Konten dari Pengguna

Merdeka Sejak dalam Ruang Imajinasi

Latief Mukhtar
Founder Mukhtar Institute
23 Agustus 2022 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latief Mukhtar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 17 Agustus adalah momentum yang sangat baik, momentum yang sangat baik ini dan ikhtiar untuk melakukan pembacaan ulang terhadap sejarah. Sejarah yang melekat pada bangsa Indonesia yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang.
ADVERTISEMENT
Sejarah kemerdekaan ini adalah alat baca dan instrumen perenungan mendalam tentang manusia Indonesia yang menghadapi tantangan eksistensial penjajahan. Penjajahan yang menyebabkan manusia Indonesia terkepung secara fisik dan mengalami keterbatasan pada ruang gerak kebebasan.
Tetapi pada akhirnya manusia Indonesia ini menemukan momentumnya untuk bebas dari penjajahan dan merdeka. Para pendiri bangsa menciptakan kemerdekaan dalam sebuah realitas, dan sampai hari ini kita menikmati hasil kemerdekaan itu.
Jika kita mencari pelajaran dari sejarah kemerdekaan Republik Indonesia ini, maka kita akan menemukan dua nilai fundamental yang menjadi faktor penciptaan kemerdekaan itu. Pertama, imajinasi, dan yang kedua, determinasi kolektif.
Pada mulanya ide kemerdekaan ini hanya impian dan imajinasi saja yang diciptakan supaya bangsa Indonesia tidak kehilangan harapan. Bayangkan, di tengah tengah keterbatasan dan ruang gerak yang tidak bebas dan dijajah, maka hakikatnya manusia pasti mengalami ketidakberdayaan. Oleh karenanya butuh energi yang kuat untuk keluar dan melampaui ketidakberdayaan itu. Dan energi kuat itu hanya bisa ditemukan pada mulanya dalam imajinasi. Karena imajinasi akan menumbuhkan harapan.
ADVERTISEMENT
Bangsa ini sudah menyadari sejak awal bahwa realitas kebebasan dan kemerdekaan itu tidak akan tercipta jika tidak diciptakan terlebih dahulu dalam imajinasi. Fisik boleh saja terkepung dan terjajah, tetapi imajinasi dan fikrian serta impian harus tetap terjaga. Impian dan imajinasi inilah yang menjadi sumber energi yang mengalir tidak ada habis habisnya untuk berfikir dan mencari cara menemukan kebebasan dan kemerdekaan. Oleh karenanya harus ditancapkan terlebih dahulu ide kemerdekaan ini didalam imajinasi sebagai penciptaan pertama, nanti akan tercipta kemerdekaan pada penciptaan kedua dialam realitas. Para pendiri bangsa ini menciptakan harapan dan impian terlebih dahulu sebelum realitas kemerdekaan itu tercipta.
Jika kita periksa kembali catatan sejarah pergerakan perlawanan nasional sejak tahun 1916, maka kita akan menemukan Cokro Aminoto di berbagai kesempatan pidatonya selalu menggaungkan ide kemerdekaan. Tidak henti hentinya itu digaungkan dan diulang ulang. Itu artinya, ada kesadaran dari Cokro Aminoto terhadap fikiran bangsa Indonesia pada saat itu, bahwa yang harus terlebih dahulu dijejalkan ke alam bawah sadar bangsa Indonesia adalah imajinasi alam kemerdekaan. Karena yang dibutuhkan dari sebuah bangsa yang tidak berdaya karena dijajah adalah, api harapan walaupun percikannya kecil pada mulanya. percikapan api harapan ini bersumber dari imajinasi dan fikiran. Api harapan ini tetap dirawat dan dijaga, maka pada akhirnya menghasilkan kobaran api harapan yang besar. Lalu imajinasi dan ide kemerdekaan ini terus mengalir dan menular secara masif, sehingga menjadi sebuah energi perlawanan. Ini kemudian mewujud menjadi determinasi kolektif bangsa sebagai faktor yang mendorong lahirnya kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Hari ini kita sedang menikmati hasil dari kemerdekaan, dan sudah cukup lama usia kemerdekaan bangsa ini. Tetapi kita punya persoalan dengan kemerdekaan yang sedang kita nikmati ini. Yaitu persoalan pada tingkat pencapaian ekonomi dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial yang masih belum merata.
Pada dasarnya pencapaian ekonomi Indonesia sekarang cukup bagus, namun jika dibanding dengan potensi sumber daya yang dimiliki, sangatlah tidak sebanding, potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia sangat melimpah ruah. Artinya, dengan sumber daya yang dimiliki seharusnya pencapaian ekonomi Indonesia lebih meningkat. Jarak antara sumber daya yang dimiliki Indonesia dengan pencapaian kesejahteraan, jaraknya sangat jauh. Maka tantangannya adalah mendekatkan jarak antara sumber daya yang dimiliki dengan pencapaian ekonomi dan tingkat kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Tantangan lainnya adalah menunaikan amanat konstitusi RI dalam kontribusi melaksanakan ketertiban dunia. Indonesia sudah jauh tertinggal dari bangsa bangsa lain yang sudah lebih eksis terlebih dahulu dalam urusan tatanan dunia. Oleh karenanya, pasti Indonesia akan kesulitan ketika dihadapkan pada persoalan dengan skala global terutama yang berhubungan dengan konflik geopolitik.
Perlu tempat dalam tatanan global jika Indonesia ingin terlibat dalam menjaga ketertiban dunia dan ikut memelihara keteraturan dunia. Sebagai sebuah negara besar, pada dasarnya Indonesia punya semua prasarat untuk bisa duduk sejajar dengan bangsa bangsa besar lainnya dalam merumuskan kebijakan skala global, dan maqom Indonesia sebenarnya disana.
Luas teritori, ragam budaya, jumlah populasi dan sumber daya yang melimpah adalah modal dasar yang dimiliki Indonesia untuk bisa mensejajarkan diri dengan bangsa bangsa besar lainnya dan menduduki maqom yang pantas sebagai bangsa yang besar dan turut serta dalam merumuskan kebijakan di skala global.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan maqom Indonesia ditataran global, kita perlu sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru ini adalah imajinasi baru dan determinasi baru.
Sebagaimana imajinasi kemerdekaan yang dulu diciptakan untuk menumbuhkan harapan dan menyatukan arah gerak perlawanan terhadap penjajah, maka sekarangpun Indonesia butuh imajinasi baru yang akan menjadi sumber energi dan harapan baru supaya menjadi simpul yang akan menentukan arah perdaban dunia kedepan.
Indonesia menjadi negara pemimpin dunia. Itulah imajinasinya. Imajinasi yang harus digaungkan terus menerus. Ide ini mungkin pada mulanya tampak utopis, sama seperti ide kemerdekaan dulu. Kemerdekaan hanya bisa dibayangkan dengan imajinasi saja, karena memang realitasnya belum terwujud waktu itu.
Tetapi berimajinasi menjadi negara pemimpin dunia itu penting, Karena dengan begitu bangsa Indonesia akan punya harapan yang sama, mimpi yang sama dan gerak yang sama, oleh karena punya tujuan dan cita cita yang sama. Dan dengan alasan imajinasi itu pulalah pembelahan yang selama ini terjadai pada tubuh bangsa ini bisa direduksi, karena ada kesamaan dalam mempersepsi tujuan bangsa kedepan.
ADVERTISEMENT
Dan mungkin pada bangsa Indonesia ini ada satu kelemahan pada dirinya yang menyebabkan lambat dalam bertumbuh, yaitu takut berimajinasi. Oleh karenanya jangan lagi merasa takut untuk berimajinasi.
Yang juga bagian penting dari semua itu adalah narasi kebangkitan. kita harus menggali kembali untuk menemukan makna kebangkitan ini. menggabungkan cara kerja imajinasi dengan determinasi kolektif bangsa, itulah makna kebangkitan.***
Latief Mukhtar, Founder Mukhtar Institute