Konten dari Pengguna

Pemilu Kontestasi Narasi dan Pikiran

Latief Mukhtar
Founder Mukhtar Institute
10 April 2023 17:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latief Mukhtar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penetapan partai politik sebagai peserta pemilu oleh KPU, menandai telah dimulainya kontestasi pemilu yang sekaligus juga menandai momentum yang sangat penting untuk sebuah proses peralihan kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih pemimpin. Dengan pemilu, demokrasi bisa menemukan basis legitimasi atas keterpilihan seorang pemimpin melalui rangkaian tata cara prosedur yang sudah diatur.
Bangsa ini sedang dilanda krisis multi dimensi, itulah yang menyebabkan bangsa ini mengalami kecemasan dan kekhawatiran terutama kecemasan akan masa depan bangsa ini. Persoalan yang terjadi pada bangsa ini muncul karena begitu banyak anomali yang belum ada jawabannya.
Kumpulan persoalan pada bangsa ini yang belum ada jawabannya, menimbulkan kegamangan dan bangsa ini akan kehilangan arah tujuan kolektif. Inilah yang akan melahirkan krisis narasi dan krisis leadership.
Semua mata akan tertuju kepada calon pemimpin, semua harapan akan tertumpu pada calon pemimpi. Jika calon pemimpin tidak bisa memberikan jawaban atas persoalan dan krisis ini, maka para calon pemimpin akan kehilangan kapasitasnya seketika. Oleh karenanya pemilu ini adalah momentum bagi calon pemimpin untuk menunjukkan kapasitasnya dengan manawarkan narasi-narasi dan pikiran solutif.
Ilustrasi Pemilu. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
Menjadi tanggung jawab para calon pemimpin untuk bangsa ini membuat lompatan sejarah baru menuju lebih baik di tengah kecemasan publik akan masa depannya dan kecemasan terhadap krisis yang melanda tidak hanya di Indonesia bahkan krisis yang melanda negara negara di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Calon para pemimpin sudah harus mulai membuka lembaran lembaran pekerjaan rumah bangsa ini yang sudah menumpuk. Ia harus memulainya dengan membacanya dan mulai menghitung terlebih dahulu pencapaian sekarang untuk dikomparasikan dengan sumber daya yang dimiliki.
Ada bentangan jarak yang jauh antara sumber daya yang dimiliki dengan pencapaian. Oleh karena itu tugas berat yang harus dilakukan calon pemimpin adalah mendekatkan jarak antara sumber daya yang dimiliki bangsa ini dengan pencapaiannya supaya pencapaian bisa berbanding lurus dengan sumber daya yang dimiliki.
Indonesia dewasa ini mengalami pergeseran sosial (social shifting) yang sangat pesat, ini ditandai dengan munculnya mayoritas baru orang orang yang berumur muda. Populasi orang orang muda ini, jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Menurut data Kemendagri, sampai bulan Desember 2021 tercatat sebanyak 68.662.815 juta orang orang muda yang masuk dalam kategori Gen Z.
ADVERTISEMENT
Secara bersamaan, Indonesia sekarang ini juga mengalami pergeseran pada platform informasi dan platform teknologi. Akses terhadap internet dan koneksi media sosial yang sangat mudah menjadikan jejaring dan pencarian terhadap informasi begitu sangat luas dan tidak terbatas, dan karenanya orang orang muda ini terkoneksi secara global dengan baik. Ini juga yang menjadikan mereka tumbuh dengan semangat sebagai warga global.
Munculnya the New Majority sebagai mayoritas baru orang orang muda, menjadikan tantangan tersendiri bagi negara untuk menghadapinya dan menyikapinya. Terutama ini disebabkan oleh cara pandang dan tuntutan pada diri mereka yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya memandang negara sebagai sebuah entitas politik semata, akan tetapi generasi muda ini memandang negara sebagai sesuatu yang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem demokrasi, otoritas negara menjadi semakin kecil, karena pada dasarnya kekuasaan terbagi bagi, sementara tanggung jawabnya tetap sangat besar.
Oleh karenanya jika negara hanya bekerja berdasarkan kapasitas negara, maka akan mengalami benturan dengan cara pandang baru yang dimiliki oleh generasi baru yang mempunyai tuntutan berbeda terhadap negara. Mereka menuntut negara tidak hanya bekerja berdasarkan kapasitas negara, akan tetapi negara harus bekerja berdasarkan kapasitas peradaban.
Pergerakan sejarah Indonesia menuju lebih maju bisa dilakukan jika terlebih dahulu negara mengubah persepsi tentang dirinya sendiri dari persepsi negara sebagai entitas politik berubah persepsinya menjadi negara sebagai entitas peradaban.
Oleh karenanya yang dibutuhkan Indonesia adalah calon pemimpin yang bisa mengerti tuntutan generasi orang orang muda sebagai the new majority dan mengerti alam pikiran mereka.
ADVERTISEMENT
Terutama pemimpin ini adalah pemimpin yang bekerja tidak hanya pada skala negara, tetapi lebih dari itu, pemimpin yang bekerja pada skala peradaban. Karena mereka menganggap bahwa negara bukan merupakan pusat perhatian segala-galanya, akan tetapi negara hanyalah sebagai sebuah instrumen peradaban (tools of civilization).