Konten dari Pengguna

Mengenal Kesenian Lokal Tari “Sorèng” Bersama Anak Kelas 3 SDN 1 Muneng

Malikussholih Alfatih
Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegori Semarang
20 Agustus 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malikussholih Alfatih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Kesenian Lokal Tari “Sorèng” Bersama Anak Kelas 3 SDN 1 Muneng
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Guna meningkatkan minat anak-anak terhadap kesenian lokal, Malikussholih Alfatih mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang dari KKN tim II 2023/2024 Desa Muneng, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang membuat sebuah program “Belajar dan Melestarikan Kesenian Lokal”.
ADVERTISEMENT
Dalam program tersebut mahasiswa mengajak anak-anak kelas 3 SDN 1 Muneng mengenal kesenian lokal di daerah mereka khususnya kesenian “Sorèng” pada kamis (25/7).
Mahasiswa mengambil kesenian tersebut dikarenakan adanya keterikatan budaya yang ada di daerah tersebut. Kesenian Sorèng menurut penjelasan merupakan bentuk penghormatan kepada Arya Penangsang, karena menurut cerita wayang dia adalah seorang yang pemberani dan memiliki daya juang tinggi. Hal ini dapat mengajarkan kepada anak-anak untuk memiliki keberanian mengambil sebuah tindakan dan memiliki daya juang tinggi untuk meraih sebuah cita-cita.
Menurut jejak sejarah, diwilayah Magelang masih terdapat keturuna Demak yang hijrah ke daerah lereng gunung Merbabu yang masih berbentuk hutang pada masa itu. Namun menurut para sesepuh, wilayah Pakis di lerang gunung Merbabu ini merupakan pelarian dari prajurit Jipang Panolan. Pelarian teresbut dilakukan karena meninggalnya Arya Penangsanyang di tangan Joko Tingkir.
*Dokumentasi pemaparan asal usul kesenian tari Sorèng
Bentuk tarian yang beregu hingga 40 ini awalnya merupakan bentuk latihan prajurit dari Arya Penangsang sebelum peperangan. Lalu para leluhur mengadaptasi latihan tersebut menjadi kesenian tari Sorèng yang dikenal sampai sekarang. “penari boleh saja dari laki-laki atau perempuan, bahkan bisa dilakukan secara berkolaborasi agar terlihat lebih menarik” ujar Alfatih selaku mahasiswa KKN II Undip sembari menjelaskan kepada anak-anak.
ADVERTISEMENT
“Dengan adanya mahasiswa KKN dari Undip ini, saya selaku wali kelas 3 berharap minat terhadap kesenian lokal dapat meninggkat untuk melestarikan kebudayaan lokal yang ada di sekitar kita” ujar Ibu Meiyrin selaku wali kelas 3 SDN 1 Muneng
Bukan hanya pemaparan materi tentang asal usul dari kesenian tari Sorèng tersebut, kita juga melakukan games tentang materit yang disampaikan. Hal ini guna memberikan motivasi kepada anak-anak untuk menyimak, mengingat dan mempelajari.
Sebelum menutup materi, kita juga melakukan nobar kesenian tari Sorèng di YouTube karena anak-anak sangat antusian sudah mendengarkan pemaparan materi dan bermain games.
“Saya berterima kasih kepada mahasiswa KKN Undip yang sudah menyempatkan waktunya untuk datang dan memberikan ilmunya kepada siswa-siswi SDN 1 Muneng, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi siswa-siswi.” Ujar Pak. Aris selaku kepala sekolah SDN 1 Muneng.
ADVERTISEMENT