Konten dari Pengguna

Pengolahan Ikan Bilih Kelompok Ibu Rumah Tangga Kampung Tangah Kabupaten Solok

Atthoriq Chairul Hakim
Peneliti Antropologi Budaya Institut Seni Indonesia Padang Panjang Jurnalisme
21 Oktober 2024 11:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atthoriq Chairul Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis: Septriani, M.A
Ikan Bilih Danau Singkarak
Ikan Bilih merupakan spesies ikan air tawar yang hanya terdapat di Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ikan Bilih mempunyai bentuk badan lonjong, pipih dan ramping. Panjang rata-rata Ikan Bilih adalah 5–14,9 cm dengan bobot 1–25 gram. Masyarakat sekitar Danau Singkarak, termasuk juga Jorong Kampung Tangah, Kecamatan Junjung Sirih, banyak yang menjadi nelayan Ikan Bilih. Harga Ikan Bilih di pasaran cukup tinggi. Untuk Ikan Bilih basah dipatok dengan harga sekitar Rp. 100.000 per kilogram. Ikan Bilih kering dipatok dengan harga Rp. 260.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Pengolahan Ikan Bilih Kelompok Ibu Rumah Tangga Jorong Kampung Tangah
Saat ini sebagian besar masyarakat Jorong Kampung Tangah menggeluti usaha pengolahan Ikan Bilih. Hal ini juga dilakukan oleh kelompok ibu rumah tangga dibawah paguyuban Bundo Kanduang Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih. Namun, kelompok ibu rumah tangga ini belum produktif secara ekonomi dan masih menjadikan usaha ini sebagai usaha sampingan. Hal ini di antaranya disebabkan oleh variasi olahan yang tidak beragam dan pengemasan yang kurang menarik. Saat ini produk olahan Ikan Bilih hanya dikeringkan, digoreng atau direbus. Pengemasannya juga menggunakan plastik polos dan kardus bekas.
Proses Memasak Ikan Bilih. Dokumentasi: Jenji Juliana Nainggolan
Pelatihan Inovasi Produk Olahan Ikan Bilih Danau Singkarak
Melihat potensi dan hambatan pengolahan Ikan Bilih pada kelompok ibu rumah tangga di Jorong Kampung Tangah, Tim Pengabdian Insitut Seni Indonesia Padangpanjang mengadakan pelatihan inovasi produk olahan Ikan Bilih. Tim Pengabdian terdiri dari 3 orang dosen; Septriani, dosen Antropologi Budaya, Khairunnisa Dosen Desain Komunikasi Visual, Emzia Fajri dosen Kewirausahaan, dan 2 orang mahasiswa Antropologi Budaya; Suci Destriana, Jenji Juliana Nainggolan. Tim pengabdi memperkenalkan varian olahan baru yang mengangkat kuliner juga identitas etnis minang, yaitu rendang dan lado hijau. Tim pengabdian memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada kelompok ibu rumah tangga Jorong Kampung Tangah untuk mengolah Ikan Bilih dengan masakan rendang dan lado hijau. Bahan dan bumbu yang digunakan tidak jauh berbeda dengan rendang dan lado hijau pada umumnya, tetapi terdapat teknik memasak khusus yang membuat produk tahan lama tanpa menghilangkan cita rasa Ikan Bilih sebagai sebagai bahan utama. Untuk rendang, santan dimasak terpisah dengan bumbu. Santan dimasak terlebih dahulu sampai menyusut, bumbu juga ditumis terpisah dari santan. Setelah itu bumbu rendang tumis dan santan dicampur bersama dengan bumbu-bumbu lainnya. Bumbu rendang ini dimasak kurang lebih 5 jam dan terus diaduk agar tidak gosong / berkerak. Setelah bumbu rendang matang, api dimatikan dan didiamkan beberapa saat. Kemudian bumbu tersebut baru dicampurkan dengan Ikan Bilih yang sudah digoreng sebelumnya.
Gambar 2. Produk Hasil Pengolahan Ikan Bilih. Dokumentasi: Suci Destriana
Teknik memasak rendang seperti ini terbukti berhasil membuat Ikan Bilih tetap renyah dengan cita rasa rendang bilih yang khas. Inovasi serupa juga dilakukan pada pengolahan lado hijau yang menggunakan teknik memasak khusus. Bumbu-bumbu lado hijau dihaluskan tanpa air. Penghalusan dengan blender menggunakan minyak. Setelah itu bumbu halus dimasak dalam minyak yang panas. Bumbu lado hijau yang sudah matang kemudian didiamkan beberapa saat dan baru dicampurkan dengan Ikan Bilih yang sudah digoreng kering sebelumnya. Hasil inovasi olahan produk ini juga terbukti tahan lama dengan cita rasa khas kuliner etnis minang. Saat ini kelompok ibu rumah tangga Jorong Kampung Tangah memberikan label inovasi produk tersebut dengan nama BKT (Bilih Kampung Tangah), dengan varian Rendang Bilih dan Bilih Lado Hijau. Pengemasan juga sudah bervariasi, dengan menggunakan plastik kedap udara, cup, dan kardus kemasan. Rencananya produk olahan yang sudah diinovasi ini akan dipasarkan secara digital untuk menjangkau pembeli dari luar Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT