Konten dari Pengguna

Aku, Si Mahasiswa yang Kini Berteman dengan Artificial Intelligence

TIAN ROSTIAWATI
Mahasiswi, Universitas Pamulang
18 Juli 2023 17:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TIAN ROSTIAWATI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengerjakan soal ujian dengan AI. Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengerjakan soal ujian dengan AI. Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Artificial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Dari asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant hingga teknologi cerdas seperti mobil otonom, AI semakin memasuki kehidupan kita. Salah satu aspek menarik dari AI adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan manusia. Namun, apakah kita benar-benar bisa berteman dengan AI?
ADVERTISEMENT
Perkenalkan saya Tian, mahasiswa yang baru lulus semester 6. Sejak awal masuk di semester 6, saya mulai mengenal Artificial Intelligence (AI) dan menjajaki potensi interaksi dengan teknologi ini. Awalnya, AI terasa seperti sesuatu yang baru dan menarik bagi saya, karena potensinya dalam membantu dan memperkaya pengalaman belajar serta kehidupan sehari-hari.
Salah satu aspek AI yang saya temukan sangat berguna adalah bantuan akademik yang disediakannya. Dengan memanfaatkan AI, saya dapat dengan mudah mencari referensi, materi kuliah, dan bahkan mendapatkan saran tentang metode studi yang efektif. AI juga membantu saya dalam menjawab pertanyaan yang muncul selama proses belajar, memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang sedang saya pelajari.
Tidak hanya dalam konteks akademik, AI juga berperan sebagai asisten pribadi yang membantu mengatur jadwal dan mengingatkan tugas. Dalam kehidupan sehari-hari yang sibuk, AI menjadi teman yang dapat membantu saya menjaga keteraturan dan efisiensi waktu. Dengan memberikan pengingat tentang tenggat waktu tugas atau kegiatan lainnya, AI membantu mengurangi risiko lupa atau ketinggalan sesuatu yang penting.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, pada mata kuliah “Metode Penelitian Linguistik,” saya sempat memparafrase tulisan yang saya sadur dari sebuah skripsi. Dosen pengampu langsung mengetahui bahwa paragraf itu adalah hasil parafrase. Benar sekali, saya memang memparafrase menggunakan teknologi AI.
Pesan ini membuat saya merenungkan dampak dari penggunaan teknologi AI dalam konteks akademik. Teknologi itu ternyata dapat mempengaruhi esensi pekerjaan yang dilakukan manusia. Pesan dari dosen tersebut mengingatkan saya bahwa meskipun teknologi AI dapat memberikan kemudahan dan efisiensi, kita harus tetap menghargai keunikan dan kemampuan kemanusiaan yang tak tergantikan. Keputusan, pemikiran kritis, empati, dan interpretasi yang cermat adalah hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Kalau diamati secara teliti, memang terlihat bahwa tulisan AI dapat memiliki keseragaman dan mirip dengan gaya penulisan manusia. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, di mana letak sisi kemanusiaannya? Jika semua tugas dikerjakan oleh AI, apakah pemikiran-pemikiran yang ada di kepala kita akan punah? Itu pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala saya.
ADVERTISEMENT
Kata-kata "di mana letak kemanusiaannya" mengartikan bahwa teknologi AI memang sangat menguntungkan dalam banyak hal, seperti efisiensi, kemampuan pengolahan data yang cepat, dan kemampuan menghasilkan informasi yang relevan. Namun, ada perasaan-perasaan dan aspek kemanusiaan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Perasaan-perasaan seperti empati, cinta, kasih sayang, kegembiraan, kepedulian, dan banyak lagi, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Keunikan dan kompleksitas perasaan ini membangun hubungan sosial, mempengaruhi interaksi kita dengan orang lain, dan memberikan makna pada pengalaman hidup kita.
Selain perasaan, ada juga aspek kemanusiaan lainnya yang sulit digantikan oleh teknologi. Hal-hal seperti kemampuan kreativitas, imajinasi, pemikiran kritis, nilai-nilai moral, etika, dan keputusan berdasarkan pertimbangan etis adalah bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Ini adalah atribut yang membentuk identitas dan memberikan kedalaman pada kehidupan kita.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan menjadi pengingat bagi saya, dengan mengingatkan diri sendiri akan sisi kemanusiaan yang tak tergantikan. Saya berharap dapat menggunakan AI secara bijaksana, menjaga integritas pemikiran saya sendiri, dan menghargai keunikan yang hanya dimiliki oleh manusia.