Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seni Teater sebagai Sarana Perubahan Sosial
14 April 2023 16:17 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari TIAN ROSTIAWATI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teater dapat dikatakan mempunyai nyawa yang selaras dengan sebuah “gerakan”. Teater dapat menampilkan kisah-cerita sejarah lampau, dan fiksi yang mampu membangun suatu kesadaran jiwa. Bahkan, dapat menampilkan kisah yang berangkat dari sebuah realitas kehidupan dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Kisah dalam seni pertunjukan teater yang ditampilkan melalui lakon mengacu pada naskah yang dibuat. Isi naskah dapat berupa keresahan serta fenomena sosial yang diabaikan.
Dalam teater, masalah sosial, kebijakan, sampai tumpang-tindih kesenjangan yang terjadi dapat ditampilkan dalam sebuah seni. Ditambah lakon seni seperti ini yang bawaannya merupakan sisi cermin dari kehidupan masyarakat. Dari ironi atas tragedi yang menjadi sebuah keresahan, disuarakan lewat media seni, seperti pertunjukan teater.
Menumbuhkan Kesadaran
Persamaan teater dengan gerakan adalah keduanya sama-sama berangkat dari sebuah tragedi dan keresahan yang ada. Menumbuhkan kesadaran merupakan bentuk dampak dari tragedi atau keresahan sebagai acuan yang dibahas.
Meskipun secara garis dari tujuan teater dan gerakan itu berbeda, tapi keduanya saling berkesinambungan yaitu gerakan yang tujuannya untuk dapat membuat suatu perubahan sosial yang lebih baik dari sebelumnya dan melalui teater gerakan itu dapat menjadi sebuah aksi yang nyata.
ADVERTISEMENT
Menurut Nano Riantiarno dalam teater pasti terdapat “sesuatu” yang ingin disampaikan. Hal yang membuat menarik adalah pendirian Nano Riantiarno dalam pementasan teater yang digarapnya melalui Teater Koma, ia mengatakan bahwa teater yang akan ia sampaikan tidak berorientasi pada pasar.
Ia akan lebih fokus pada produknya, karena menurutnya jika produk yang dihasilkan bagus, maka pasar akan tercipta sendirinya. Hal ini yang menjadikannya selalu memilih materi yang akan mudah diserap oleh masyarakat atau penonton pada umumnya.
Saya sendiri cukup kagum pada beliau, Teater Koma yang dipimpinnya dengan sebelas rekan-rekannya yang berkiprah pada pentas-pentas juga erat dengan kriktikan kondisi dan situasi politik-sosial di tanah air Indonesia. Meskipun sempat menerima larangan dan pencekalan dari pihak yang berwenang, hal itu tidak menjadikan semangatnya surut dalam berkecimpungan di dunia seni teater.
ADVERTISEMENT
Satu karyanya dalam trilogi drama “Opera Kecoa” sindiran yang dapat kita lihat secara terang-terangan yakni; sebuah janji palsu pemimpin, sebuah rekayasa, doktrin kesejahteraan, penggusuran dimana-mana untuk membangun gedung-gedung tinggi. Praktik penggusuran yang digambarkan dalam karya beliau yakni; terjadinya pengerahan kekuatan berlebihan dan penggunaan senjata, kriminalisasi serta penangkapan warga, tertindasnya kaum perempuan, pengrusakan fasilitas masyarakat.
Rakyat dipaksa pindah dengan uang ganti rugi yang tidak banyak dengan alasan “demi kepentingan umum”. Masyarakat yang menyampaikan aspirasinya dituduh dengan alasan memperjuangan kepentingan kelompok yang bersifat “sektarianisme”.
Dengan itu masyarakat atau penonton sampai ke orang-orang penting, seharusnya menyadari karena disadari atau tidak, seni pertunjukan teater tersebut membawa rasa semangat gerakan, dalam pertunjukan yang ditampilkan, seni teater mampu membawa isu, keresahan, masalah, fenomena sosial yang memang harus menjadi perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Teater sebagai alat propaganda
Selain berfungsi sebagai media presentasi estetis atau mengungkapkan sebuah ide-ide, gagasan dengan perspektif keindahannya. Propaganda yang dimaksud yakni misalnya propaganda terhadap program-program pemerintah, kebijakan pemerintah, propaganda politik ataupun program-program sosial yang berhubungan dengan layanan jasa masyarakat.
Pemerintah tak jarang menitipkan program-program tersebut dalam seni pertunjukan, supaya lebih dekat dengan masyarakat pemerintah akan menitipkannya pada seni pertunjukan teater rakyat yang misalnya sosialisasi dari program keluarga berencana (KB), sosialisasi agar masyarakat sadar hukum, sadar akan disiplin, dan sosialisasi anti narkoba atau cara hidup sederhana.
Begitu sebaliknya karena seni teater merupakan wujud wakil dari hati nurani masyarakat sebagai pendukungnya, masyarakat juga dapat menjadikan teater sebagai wadah untuk menyampaikan keresahan-keresahannya. Seni teater disini diartikan secara luas yakni sebagai semua pertunjukan atau tontonan yang ditampilkan di khalayak orang banyak, contohnya dapat berupa wayang golek, lenong, teatrikal, reog, akrobat, ataupun debus.
ADVERTISEMENT
Dalam pertunjukannya akan selalu ada amanat yang disampaikan, amanat yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Sederhananya bagi saya teater dan pergerakan merupakan dua sisi yang sangat menarik, satu sisi berfungsi sebagai sarana kebutuhan hiburan, satunya lagi berfungsi untuk meluruskan kebutuhan kemanusiaan.
Jika pergerakan merupakan bentuk dari sebuah perlawanan atas apa yang menjadi sebuah keresahan dengan tujuan untuk menyadarkan dan membenahi yang salah, dan ketika keduanya dapat berjalan dengan beriringan, maka seharusnya tidak ada lagi dari keduanya yang dinegasikan.