Konten dari Pengguna
Keluarga: Pondasi Awal Karakter Remaja di Era Digital
6 Juni 2025 22:39 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Tiara Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Karakter remaja terbentuk melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh berbagai lingkungan, terutama keluarga. Sebagai tempat pendididkan pertama, keluarga sangat menentukan nilai dan sikap hidup tertanam dalam diri remaja. Keluarga memainkan peran sentral dalam membentuk karakter remaja yang positif dan tangguh. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua menjadi kunci utama agar remaja tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berakhlak baik.
ADVERTISEMENT
Remaja berada dalam masa perkembangan yang kompleks, di mana terjadi perubahan secara fisik, emosi, dan sosial. Fase ini merupakan titik penting dalam pembentukan jati diri seseorang. Untuk itu, nilai dan sikap yang tertanam di masa remaja akan sangat mempengaruhi kehidupan mereka ke depan.
Salah satu faktor utama yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter remaja adalah lingkungan keluarga. Di sinilah anak pertama kali belajar mengenal nilai, norma, serta interaksi sosial. Orang tua sebagai tokoh utama dalam keluarga bertanggung jawab untuk membentuk pola pikir, sikap, serta perilaku anak melalui pengasuhan yang konsisten dan penuh kasih sayang. (Baca juga: Mengapa Pendidikan Karakter Penting di Era Globalisasi)
Namun, perkembangan zaman menentang peran keluarga itu sendiri. Gaya hidup sibuk, pengaruh digital, dan perubahan nilai sosial membuat hubungan orang tua dan anak bisa renggang. Maka dari itu, penting meninjau kembali bagaimana keluarga bisa terus mengambil peran aktif dalam pembentukan karakter remaja secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Karakter adalah hasil dari nilai-nilai moral dan etika yang membentuk cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Thomas Lickona menjelaskan bahwa karakter terdiri dari unsur-unsur penting seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, dan semangat kerja yang tinggi. Karakter yang kuat akan menjadi pondasi dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Remaja umumnya berusia 12-21 tahun dan berada pada tahap pembentukan karakter. Dalam teori Erik Erikson, remaja menghadapi fase penting yang ditandai dengan pencarian jati diri dan potensi kebingungan terhadap peran sosial mereka.
Menurut saya, keluarga sangat penting dalam membentuk karakter remaja. Karena saat itulah remaja pada masa pubertas dan sedang mengalami perubahan emosional dan sulit mengontrol emosi mereka. Maka dari itu, keluarga harus memberikan edukasi dan selalu memberikan dukungan kepada remaja agar mereka tidak melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan pada remaja saat ini. Terlebih orang tua yang sangat berjasa pada pembentukan karakter anak, sering kali kita jumpai remaja yang mungkin kurang perhatian dari orang tua nya menjadi remaja dengan kepribadian yang buruk.
ADVERTISEMENT
Keluarga memiliki fungsi edukatif, afektif, dam sosial. Lingkungan keluarga yang positif akan memfalisitasi perkembangan karakter yang kuat., sedangkan keluarga yang tidak hadir secara emosional dapat menimbulkan permasalahan dalam perkembangan anak.
1. Pola Asuh dan Dampaknya Bagi Remaja
Cara orang tua mendidik anak atau pola asuh sangat menentukan arah perkembangan karakter. Terdapat beberapa tipe pola asuh menurut Bumrind:
• Demokritis: Orang tua dengan kasih sayang tetapi tetap memberikan batas dan aturan. Pola ini mendorong remaja menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mandiri.
• Otoriter: Orang tua menuntut kepatuhan tanpa memberi ruang diskusi kepada sang anak. Sehingga ini bisa menyebabkan anak menjadi cenderung lebih tertutup dan memberontak
• Permisif: Orang tua terlalu membebaskan anak tanpa pengawasan. Akibatnya, remaja cenderung kurang disiplin dan tidak memiliki kontrol diri.
ADVERTISEMENT
Pola asuh yang bersifat demokratis dianggap paling ideal karena mampu menyeimbangkan kebebasan anak dengan bimbingan dari orang tua.
2. Keteladanan dalam Keluarga
Remaja belajar lebih banyak dari contoh nyata dibandingkan hanya sekedar nasihat. Oleh karena itu, keteladanan orang tua menjadi sangat krusial. Jika orang tua menunjukkan sikap jujur, disiplin, dan empati, maka besar kemungkinan anak akan meneladani hal tersebut.
Keteladanan mencakup cara orang tua menyelesaikan konflik, cara berbicara, cara memperlakukan orang lain, hingga cara menghadapi kesulitan. Setiap tindakan orang tua dapat berfungsi sebagai model perilaku yang kemudian diserap dan direfleksikan secara tidak langsung oleh remaja.
3. Komunikasi Terbuka
Komunikasi yang baik dan terbuka antara anak dan orang tua berperan sebagai penghubung utama dalam membentuk kepribadian dan nilai-nilai anak. Komunikasi yang terbuka dan hangat membuat remaja merasa dihargai dan didengar. Hal ini juga mencegah remaja mencari pelarian di luar rumah yang berpotensi merugikan, seperti pergaulan bebas dan narkoba.
ADVERTISEMENT
Orang tua yang sering berbincang, bertanya kabar, dan memberi nasihat tanpa menggurui akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan anak. Komunikasi dua arah menciptakan hubungan emosional yang kuat.
4. Lingkungan Emosional dalan Rumah Tangga
Suasana rumah yang hangat dan mendukung akan membantu membentuk karakter remaja yang sehat, sementara ketidakhadiran emosional dari orang tua dapat menyebabkan gangguan dalam proses tumbuh kembang anak. Jika remaja merasa dicintai dan dihargai, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang optimis, percaya diri dan mudah berempati.
5. Peran Pesifik Ayah dan Ibu
Peran Ayah: Memberikan rasa aman, peraturan, dan penguatan identitas. Ayah snagat aktif membangun kedekatan emosional dengan anak akan menciptakan figure panutan yang kuat. Karena pada zaman sekarang, anak yang mungkin tidak dekat dengan ayahnya justru mencari sosok ayah diluar sana dan menimbulkan karakter yang kurang baik. Terlebih anak perempuan yang sangat butuh sosok ayah dalam hidupnya, begitpun laki-laki. Karena bagi anak laki-laki, sosok ayah adalah figure yang hebat dan mereka menjadikan ayah mereka panutan dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Peran Ibu: Seringkali menjadi tempat anak mencurahkan perasaan. Ibu biasanya lebih dekat dengan anak secara emosional dan banyak memberikan nilai-nilai empati serta kasih sayang. Peran ibu sangatlah penting dalam pembentukan karakter remaja, karena terkadang remaja masih kesulitan mencurahkan perasaan mereka dan berpikir jika mereka mencurahkan isi perasaan merka akan dimarahi atau dihakimi. Di sinilah pentingnya peran ibu bagi sang anak.
Keterlibatan aktif antara kedua orang tua, tanpa dominasi satu pihak, akan menciptakakn keseimbangan dalam pembentukan karakter remaja.
6. Tantangan Zaman Serba Digital
Perkembangan terknologi digital membawa dampak besar terhadap pola komunikasi dan interaksi dalam keluarga. Banyak remaja yang lebih akrab dengan gadget dibandingkan dengan anggota keluarganya.
Keluarga yang tidak memiliki kontrol dan pengawasan terhadap penggunaan terknologi berpotensi kehilangan peran edukatifnya. Maka dari itu, keluarga sebaiknya membekali diri dengan literasi digital dan memosisikan teknologi sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti hubungan sosial dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
7. Pendidikan Karakter Melalui Aktivitas keluarga
Kegiatan Bersama seperti makan malam, berbincang santai, beribadah bersama, atau melakukan kegiatan sosial bisa menjadi media efektif untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan. Dalam kegiatan seperti ini, orang tua bisa menyampaikakn pesan moral secara tidak langsung.
Keluarga memiliki peranan sangat besar dalam pembentukan karakter remaja. Melalui pola asuh yang tepat, komunikasi terbuka, keteladanan, dan hubungan emosional yang hangat, keluarga mampu mencetak generasi muda yang tangguh dan berakhlak mulia. Di Tengah arus perubahan global dan perkembangan teknologi, keluarga tetap menjadi pondasi utama yang tidak tergantikan dalam membentuk masa depan anak-anaknya.
Di era digital seperti sekarang, pengaruh media sosial dan lingkungan pergaulan juga menjadi tantangan tersendiri dalam pembentukan karakter. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan peran keluarga dan kontrol terhadap pengaruh luar. (Simak juga: Dampak Media Sosial terhadap Perilaku Remaja dan Lingkungan dan Pembentukan Kepribadian Anak)
ADVERTISEMENT
Sumber:
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Remaja . Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Harlock, E. B. (2003). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hyuscyamina. (2021). Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal Psikologi, 45-52.
Rachman, A. &. (2023). Peran Keluarga dalam Pembentukan Kearakter Anak Remaja . Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1234-1242.