Konten dari Pengguna

Tari Gandrung Profesional: Warisan Budaya yang Mulai Terlupakan

Tiara Ayu Febriyanti
Mahasiswa jurusan Akuakultur, Fakultas Ilmu Kesehatan Kedokteran dan Ilmu Alam, Universitas Airlangga
31 Desember 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Ayu Febriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mak Temu ketika tampil untuk mempertunjukan Tari Gandrung sekaligus menyanyi (Sumber foto: Dok. Gandrung Temu Misti)
zoom-in-whitePerbesar
Mak Temu ketika tampil untuk mempertunjukan Tari Gandrung sekaligus menyanyi (Sumber foto: Dok. Gandrung Temu Misti)
ADVERTISEMENT
Tari Gandrung adalah salah satu warisan budaya yang sangat bernilai dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tari ini memiliki makna budaya dan sejarah yang kaya karena mencerminkan tradisi lokal yang telah ada sejak lama. Seiring dengan perkembangannya, Tari Gandrung telah menjadi simbol kebudayaan dan bagian penting dari identitas masyarakat Banyuwangi. Pertunjukan Tari Gandrung juga menarik banyak pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, karena memadukan gerakan tari, musik, dan nyanyian. Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan sosial, Tari Gandrung menghadapi tantangan dalam pelestariannya. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga kestabilan pariwisata Tari Gandrung, terutama Tari Gandrung Profesional, yang kini menghadapi dilema dalam mempertahankan jati dirinya di tengah tuntutan profesionalisme dan persaingan pasar hiburan global.
ADVERTISEMENT
Di Banyuwangi, setiap perempuan memiliki kesempatan untuk menjadi Gandrung. Tidak perlu berasal dari keluarga keturunan Gandrung, karena siapa pun dapat mempelajari seni ini. Namun, menjadi seorang Gandrung Profesional memerlukan lebih dari sekedar keterampilan menari. Seorang Gandrung Profesional adalah tokoh utama dalam dunia seni Gandrung, yang tidak hanya menguasai tarian, tetapi juga musik dan vokal, serta menghormati nilai dan norma masyarakat. Untuk membekali diri, penari Gandrung Profesional menjalani serangkaian ritual, termasuk meras, selametan, dan pentas yang berlangsung sepanjang malam. Ritual meras, khususnya, menjadi momen penting yang menandakan bahwa generasi baru Gandrung siap melanjutkan warisan budaya ini, menjadikannya sebagai harta karun dalam bentuk seni yang kaya.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memasang oprog dalam tradisi ritual "Meras Gandrung" di Pantai Boom Banyuwangi, Jatim. Jumat (15/9/2023) ANTARA/HO-Humas Pemkab Banyuwangi.
Salah satu Penari Gandrung Profesional di Banyuwangi yang terkenal adalah Mak Temu Misti, beliau sudah menjadi penari gandrung sejak berumur 15 tahun dan selain menari beliau juga terbiasa menyanyi dan menjadi sinden. “Saya menjadi penari gandrung sudah sejak umur 15 tahun, tari gandrung sudah menjadi pekerjaan saya dari dulu. Kalau dulu penari gandrung wajib harus bisa nyinden, kalau sekarang kebanyakan hanya bisa menari saja tapi tidak bisa sambil nyinden.” Tutur Mak Temu ketika di wawancarai oleh kelompok 2 kelas BWI-C, FIKKIA, Universitas Airlangga di Banyuwangi.
Kegiatan wawancara di kediaman Maestro Tari Gandrung Mak Temu Misti bersama Kelompok 2, Kelas BWI-C, FIKKIA, Universitas Airlangga di Banyuwangi.
Menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan Tari Gandrung telah menempatkan warisan budaya ini dalam situasi yang kritis secara historis dan kultural. Modernisasi gaya hidup turut mengubah pola keterlibatan masyarakat dalam menjaga tradisi ini. Selain itu, pelestarian Tari Gandrung secara profesional di Kabupaten Banyuwangi menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal mencetak penari yang tidak hanya terampil menari tetapi juga mampu menyanyi (sinden), yang merupakan elemen penting dari Tari Gandrung Profesional.
ADVERTISEMENT