Konten dari Pengguna

Mengapa Suku Sakai Menolak Modernisasi?

Tiara Nursabila
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang
18 Desember 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Nursabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Meta AI
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Meta AI
ADVERTISEMENT
Suku Sakai adalah salah satu suku yang berada di Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatra, Provinsi Riau. Mereka hidup di daerah pedalaman yang kaya akan sumber daya alam, dan sangat bergantung pada alam untuk kelangsungan hidup mereka. Masyarakat Suku Sakai dikenal dengan kehidupan tradisional yang berpindah- pindah tempat, mengikuti sumber daya alam dengan cara berburu, meramu, dan bercocok tanam. Keberadaan mereka di sekitar sungai dan hutan sangat mendalam, dan mereka menjadikan alam sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari- hari mereka.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan dan Tradisi Suku Sakai
Meskipun beberapa anggota Suku Sakai telah memeluk agama lain, sebagian besar masyarakat masih mempertahankan kepercayaan animisme dan dinamisme, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam, baik yang hidup maupun yang mati, memiliki roh atau kekuatan spiritual. Ritual adat dan tradisi leluhur sangat dihormati oleh suku ini, sebagai upaya menjaga hubungan harmonis dengan alam dan leluhur mereka.
Dinamika Kebudayaan Suku Sakai
Suku Sakai dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan tempat tinggal mereka, yaitu Suku Sakai dalam dan Suku Sakai luar.
* Suku Sakai Dalam Mereka masih hidup menetap di hutan dan bergantung pada berburu, menangkap ikan, serta mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suku Sakai dalam cenderung menolak modernisasi karena mereka ingin mempertahankan cara hidup tradisional yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka. Mereka khawatir bahwa modernisasi akan menghapuskan ciri khas budaya mereka yang sudah ada sejak zaman dahulu.
ADVERTISEMENT
* Suku Sakai Luar Kelompok ini tinggal di perkampungan yang lebih maju, berinteraksi dengan masyarakat lain, dan mulai beradaptasi dengan pendidikan formal serta pekerjaan yang lebih ultramodern. Banyak anggota Suku Sakai luar yang kini sudah belajar di perguruan tinggi dan bekerja di sektor- sektor ultramodern, seperti perkebunan atau industri.
Mengapa Suku Sakai Tidak Mengalami Proses Dinamika Kebudayaan?
Suku Sakai, terutama yang tinggal di daerah pedalaman, menunjukkan penolakan terhadap modernisasi dan perubahan kebudayaan yang datang dengan period globalisasi. Penolakan ini bukan hanya soal ketidakmampuan untuk mengakses teknologi baru, tetapi juga merupakan upaya sengaja untuk mempertahankan tradisi dan identitas budaya mereka.
Adanya keinginan untuk melestarikan identitas budaya. Suku Sakai melihat tradisi mereka sebagai bagian integral dari identitas etnis mereka. Menjaga adat istiadat dan cara hidup tradisional berarti juga menjaga jati diri mereka di tengah tekanan modernisasi yang mengancam kelestarian budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Suku Sakai memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem mereka, seperti cara berburu dan meramu, menggunakan tumbuhan herbal untuk pengobatan dan mengandalkan hasil alam tanpa merusaknya. Modernisasi sering kali membawa perubahan yang dapat mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan merusak lingkungan.
Mereka memilih untuk menolak perubahan demi menjaga keseimbangan alam dan sumber daya yang ada. Karena masuknya modernisasi dapat mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat, yang sering kali mengabaikan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam. Pembangunan yang tidak berkelanjutan dan eksploitasi alam dapat mengurangi sumber daya yang selama ini mereka andalkan.
Suku Sakai memilih untuk menjaga jarak dari pengaruh luar yang bisa merubah pola pikir mereka. Mengisolasi diri dan menolak modernisasi menjadi strategi untuk melestarikan identitas budaya mereka di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Meskipun beberapa anggota Suku Sakai luar sudah berpendidikan formal, mereka tetap menjaga nilai- nilai tradisional agar tidak kehilangan akar budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Suku Sakai merupakan contoh masyarakat adat yang berjuang untuk mempertahankan keaslian budaya mereka di tengah perubahan zaman. Dengan cara hidup yang bergantung pada alam, serta kearifan lokal yang diwariskan turun- temurun, mereka berusaha menjaga identitas budaya mereka agar tetap lestari. Meskipun modernisasi dan globalisasi membawa banyak perubahan, Suku Sakai tetap teguh pada nilai- nilai tradisional mereka, karena mereka percaya bahwa cara hidup mereka lebih sesuai dengan keberlanjutan alam dan keseimbangan ekosistem yang ada di sekitar mereka.
Referensi:
* Suparla, R. (1995). Masyarakat Suku Sakai di Riau. Pusat Pengkajian Kebudayaan dan Sejarah, Universitas Riau.
* Moszkowski, M. (dalam Suparla, 1995). Ras Weddoid dan Suku Minangkabau di Riau.
* http://scholar.unand.ac.id/209192/2/BAB%20I.pdf
* https://egindo.com/mengenal-suku-sakai-suku-nomaden-hidup-menyatu-dengan-alam/
ADVERTISEMENT
* https://id.scribd.com/document/497836272/Asal-Usul-Suku-Sakai