Konten dari Pengguna

Male Entitlement, Cabang dari Patriarki dan Sumber Misoginis serta Kekerasan

Tiara Putri Nur Aini
Mahasiswa Universitas Airlangga
25 Juni 2022 12:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Putri Nur Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Ada banyak stereotip dalam masyarakat patriarki, misalnya bahwa perempuan harus pandai memasak, laki-laki yang menyukai rias wajah dan perawatan kulit disebut laki-laki tidak keren, perempuan harus lemah lembut, laki-laki harus jago olahraga, dan sebagainya. Stereotip ini umum terjadi dalam masyarakat dan sayangnya hal ini sering diremehkan karena dianggap tidak berbahaya bagi siapa pun. Namun, seringkali orang tidak menyadari bahwa stereotip gender ini memiliki dampak yang serius. Stereotip ini memaksakan definisi yang kaku tentang maskulinitas dan feminitas. Khususnya bagi laki-laki, jika ada lingkungan di mana seorang laki-laki tidak bertindak sesuai dengan alat kelaminnya, maka ia akan terpojok karena masyarakat umum merasa ia sedang melemahkan dirinya sebagai laki-laki, yang dianggap sebagai hal yang memalukan.
ADVERTISEMENT
Disebabkan stereotip di atas, laki-laki merasa bahwa dirinya lebih baik dan lebih superior dari perempuan, yang menyebabkan tumbuhnya ego yang besar di dalam dirinya. Namun, banyak yang tidak menyadari hal ini karena merasa sudah biasa terjadi turun temurun. Bahkan hal ini sudah ditanamkan sejak kecil melalui buku-buku yang dibaca dan film yang ditonton yang terus-menerus masuk ke alam bawah sadar mereka. Fenomena ini sering disebut male entitlement.
Definisi dari male entitlement ini adalah ide/pandangan yang mengutamakan apa yang seharusnya laki-laki dapatkan dan menuntut perempuan untuk melayani atau memenuhi keinginannya. Kebanyakan anak laki-laki terkena indoktrinasi dengan kekuasaan, sehingga mereka diwajarkan apabila memiliki sifat-sifat maskulin seperti hak untuk marah, agresif dan tangguh. Sehingga untuk laki-laki, menangis adalah tindakan yang memalukan.
ADVERTISEMENT
Male entitlement ini sering ditemukan di kehidupan bermasyarakat. Seperti contohnya ada seorang laki-laki yang menyatakan cinta kepada seorang perempuan, lalu perempuan tersebut menolak karena memang tidak tertarik. Tetapi pihak laki-laki tersebut masih agresif dan menganggap bahwa perempuan tersebut mau tapi malu. Sehingga pihak laki-laki yang agresif itu semakin mengganggu pihak perempuan. Dan yang paling mengenaskan banyak orang yang makin menganggap romantis kisah tersebut.
Male entitlement ini juga memerankan peran penting dalam kasus pelecehan. Contohnya seperti kasus yang terjadi di Pakistan, seorang pria yang memperkosa wanita lalu membunuhnya hanya karena wanita itu menolak lamarannya. Pelaku menganggap perilaku kasar tidak hanya dapat ditoleransi tetapi juga dibenarkan.
Sehingga dalam hal ini peran kita semua untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan misoginis yang terjadi. Kasus di atas hanyalah salah satu kasus dari ribuan kasus yang terjadi karena fenomena male entitlement. Dari sini dapat diambil kesimpulan pentingnya untuk belajar mengenai kesetaraan gender dan patriarki.
ADVERTISEMENT
Tiara Putri Nur Aini, mahasiswa Universitas Airlangga.