Konten dari Pengguna

Bahasa Gaul Dilestarikan, Bahasa Baku Dilupakan

Tiara Sabila Rachmani
Seorang mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran.
28 Oktober 2021 19:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Sabila Rachmani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemuda dalam berinteraksi. (Unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemuda dalam berinteraksi. (Unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Kata-kata seperti “baper”, “mager”, “bucin”, dan berbagai macam kata unik lainnya pasti sudah tidak asing didengar. Seperti yang kita tahu bahwa kata tersebut merupakan kata dari bahasa gaul. Bahasa gaul biasa ditemukan pada percakapan di lingkungan sekitar dan media sosial.
ADVERTISEMENT
Melihat zaman sekarang, tidak asing jika Generasi Z menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul sendiri digunakan untuk mudahnya berkomunikasi serta mudah bergaul dengan teman sebaya. Mungkin saja jika tidak berbicara dengan bahasa gaul akan terjadi miskomunikasi di antara teman sebayanya atau akan dibilang “ketinggalan zaman”.
Jika melihat sejarahnya bahwa bahasa gaul sudah ada sejak 1980-an. Tujuan awal adanya bahasa gaul ini hanya untuk komunikasi antar anggota dalam kelompok tersebut, sehingga orang lain yang bukan anggota kelompok tersebut tidak mengetahui makna yang dibicarakan. Dapat diartikan juga bahwa bahasa gaul sebagai kode yang hanya dimengerti oleh beberapa orang saja.
Melihat pengalaman selama di bangku sekolah, para guru pasti mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Contohnya seperti mempelajari bahasa baku dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mempelajari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dan tata bahasa. Tetapi mengapa justru bahasa gaul lebih banyak digunakan pemuda zaman sekarang di kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman dalam teknologi komunikasi terdapat juga perkembangan bahasa secara pesat. Hal yang menjadi permasalahan adalah keberadaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Maksudnya adalah terdapat perkembangan gaya bahasa dan membuat gaya Bahasa Indonesia menjadi bervariasi. Contohnya adalah menyingkat kata seperti “japri” yang artinya jalur pribadi, membalikkan kata seperti “takis” yang artinya sikat, atau juga mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing seperti “negara ber-flower” yang artinya negara berkembang.
Menyinggung permasalahan keberadaan Bahasa Indonesia, bahasa gaul membentuk dampak tersebut. Memang dengan adanya bahasa gaul ada dampak positif seperti seseorang menjadi lebih update terhadap perkembangan zaman, namun terdapat dampak buruknya dalam Bahasa Indonesia yang baku.
Eksistensi Bahasa Indonesia bisa terancam karena pemuda tidak membiasakan diri dalam mengembangkan Bahasa Indonesia baku. Dengan membiasakan diri menggunakan bahasa gaul membuat bahasa nasional dan identitas bangsa menjadi mulai memudar dan bisa menjadi ancaman akan punahnya bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa gaul membuat terhambatnya komunikasi dengan orang lain yang tidak mengerti bahasa gaul.
ADVERTISEMENT
Agar Bahasa Indonesia tetap dapat dilestarikan, alangkah lebih baiknya sekolah lebih memperketat soal pembelajaran Bahasa Indonesia agar pemuda membiasakan diri menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain sekolah, orang tua juga harus mengajarkan anaknya dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Adanya interaksi antara orang tua dan anaknya seperti berdiskusi atau bercerita menggunakan Bahasa Indonesia baku dapat melatih sang anak dalam berbahasa secara baik dan benar.
Edukasi dalam mempelajari bahasa secara baik dan benar juga bisa didapatkan melalui platform media sosial seperti Tiktok. Harapan untuk ke depannya bagi para konten kreator yang fokus dalam bidang edukasi lebih memperhatikan pada penggunaan Bahasa Indonesia baku agar pemuda atau para followers dapat mengikuti dalam berbahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemuda yang bijak dalam melestarikan Bahasa Indonesia yang baku, mari membiasakan diri dalam menggunakan bahasa ibu kita sendiri atau Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mari sama-sama mempertahankan bangsa dan negara, mulai dari hal kecil yang merupakan membiasakan diri dalam berbahasa Indonesia baku dengan baik dan benar. (TSR)