Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Skandal 'Public Figure' di Indonesia, Malah Makin Terkenal?
27 Desember 2021 14:23 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Tiara Sabila Rachmani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi fans Korea pasti sudah tahu dengan kronologi kasus bullying aktor Jisoo atau juga kasus bullying Lee Na-Eun. Karena kasus tersebut bisa jadi membuat artis terkena cancel culture.
ADVERTISEMENT
Kata “Cancel Culture” bagi khalayak Korea Selatan dan fans figure publik Korea Selatan di seluruh dunia sudah tidak asing dengan kata tersebut. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Eri Kurniawan, M.A., Ph.D, mengatakan bahwa cancel culture atau terjemahannya “budaya pembatalan” atau “budaya pengucilan” merupakan situasi fenomena sosial di mana seseorang atau biasanya figur publik dikucilkan.
Cancel culture sendiri di mana seorang public figure (figur publik) yang terkena boikot oleh khalayak. Terjadi boikot karena figur publik tersebut terdapat skandal seperti bullying, rasis, narkoba, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skandal merupakan perbuatan yang memalukan atau perbuatan yang membuat martabat seseorang turun.
Cancel culture membuat di antara perusahaan memutuskan kontrak dengan artis tersebut dan mengakibatkan figur publik tidak dapat muncul di media lagi sebagai artis. Budaya ini sudah ada sejak 2014 di Amerika Serikat yang memiliki sebutan “call out culture”.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Jill McCorkel yang merupakan profesor sosiologi dan kriminologi Universitas Villanova, bahwa cancel culture sudah ada sejak adanya sejarah keberadaan manusia. Menurutnya bahwa cancel culture yang ramai pada era digital hanyalah varian terbarunya. Dengan adanya cancel culture juga akan memperkuat norma para pesohor yang termasuk artis, perusahaan, serta media yang menjadi sasarannya.
Dikutip Pikiran Rakyat dari New York Times, menurut Dr. Jill McCorkel bahwa cancel culture sebagai evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani atau jika dilihat seperti bentuk pengusiran.
Tujuan dari cancel culture ini adalah melawan dari berbagai pelecehan serta agar hal yang buruk tidak membahayakan orang lain lagi. Masyarakat memiliki kekuatan untuk menyingkirkan artis yang pernah memiliki skandal dari lingkungan dunia hiburan. Melihat negara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang kental akan cancel culture, mari melihat figur publik di Indonesia yang terkena kasus skandal.
ADVERTISEMENT
Masyarakat sudah tidak asing dengan pemberitaan salah satu artis yang terdapat kasus pencabulan sesama jenis kelamin, lalu setelah keluar penjara malah disemat bunga serta disambut meriah oleh banyak orang. Melihat kasus dari salah satu artis tersebut adalah terjadi pencabulan terhadap seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun. Remaja tersebut atau korban merupakan fans dari artis tersebut.
Setelah artis tersebut keluar dari penjara, ia semakin terkenal dan masuk acara gelar wicara di salah satu stasiun televisi dengan tujuan kepentingan edukasi bahaya predator seksual. Adanya tayangan tersebut memunculkan kritik dari banyak pihak. Netizen juga sampai membuat petisi untuk boikot artis tersebut untuk tampil sebagai artis di media. Petisi yang dibuat netizen tersebut telah ditandatangani sebanyak 400 ribu orang lebih.
ADVERTISEMENT
Artis tersebut memang sudah meminta maaf atas kesalahannya di masa lalu serta ia juga telah menerima hukuman atas perbuatannya. Namun harapan netizen bahwa artis tersebut tidak muncul lagi di media. Pemberitaan sampai Oktober kemarin bahwa artis tersebut justru tidak terima serta mengancam jika masyarakat menyebutnya pedofil.
Melihat salah satu kasus tersebut, mengapa figur publik yang memiliki skandal malah lebih terkenal? Bukankah seharusnya setelah pelaku masuk penjara harus sudah tidak muncul di media? Mengapa tidak mengikuti budaya cancel culture seperti di Amerika Serikat dan Korea Selatan?
Menang netizen Indonesia sudah melakukan petisi untuk boikot para artis yang terkena skandal, namun di Indonesia sendiri malah lebih terkenal. Hal yang membuat artis terkena skandal makin terkenal justru karena masyarakat terlalu mengungkit kesalahan atas artis tersebut. Selain itu, sebagian masyarakat juga masih menganggap hal skandal bukan hal masalah yang besar. Adanya kasus skandal serta sensasi juga membuat media lebih menyoroti isu tersebut.
ADVERTISEMENT
Norma-norma sosial di Indonesia juga masih belum ketat serta tidak kental pada diri manusia, sehingga banyak artis yang melakukan hal sensasi dan skandal tanpa berpikir panjang. Sebagai artis juga seharusnya mencontohkan yang baik bagi fans serta masyarakat Indonesia agar mengikuti perilaku yang baik juga.
Menurut aktor Indonesia, Dennis Adhiswara, bahwa artis Indonesia memang lebih terkenal karena skandal atau sensasi tetapi akan hanya terkenal jika sedang viral saja atau bisa disebut popularitas artis tersebut tidak berkelanjutan.
"Pada saat kamu terkenal gara-gara sensasi atau skandal, kamu akan cepat terkenal. Tapi popularity kamu nggak akan sustainable. Karena yang bikin sustainable adalah karya yang kamu bikin," kata Dennis.
Di zaman sekarang justru lebih banyak orang yang berkarya melalui platform media sosial, tetapi tidak banyak media massa meliputi hal tersebut. Padahal dengan meliputi orang yang berkarya tersebut membuat masyarakat terutama generasi Z mengikuti kegiatan yang baik untuk dicontoh.
ADVERTISEMENT
Pelajaran yang bisa diambil yaitu sebaiknya di Indonesia menerapkan cancel culture. Alasannya adalah agar artis lain tidak mengikuti jejak artis yang terkena skandal tersebut. Justru seharusnya masyarakat atau artis yang baru merintis yang memiliki karya dikasih panggung agar dunia industri hiburan lebih bermanfaat serta berkreasi sebaik mungkin.
Jika memang sulit untuk menerapkan cancel culture di Indonesia, alangkah lebih baiknya figur publik lainnya tidak mengikuti sensasi dan skandal yang dilakukan artis yang terkena kasus tersebut. Serta jika memang ada artis yang sudah pernah terkena skandal, lebih baik untuk memperbaiki dirinya serta lebih banyak berkarya yang baik. Tujuannya agar dijauhkan berita yang miring serta figur publik harus bertanggung jawab menjadi contoh yang baik bagi fans serta masyarakat. (TSR)
ADVERTISEMENT