Anak Broken Home yang Berani Wujudkan Mimpi

Tiara Salwa Assyifa
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Salwa Assyifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salsa sedang menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa. (Foto: Tiara Salwa Assyifa)
zoom-in-whitePerbesar
Salsa sedang menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa. (Foto: Tiara Salwa Assyifa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi anak broken home bukanlah hal mudah untuk dilalui setiap orang. Sepanjang malam melihat dan mendengarkan pertengkaran orang tua yang tiada henti. Keputusan orang tua untuk saling jalan berjauhan adalah hal yang tidak mudah di hadapi bagi setiap anak.
ADVERTISEMENT
Salsabila Hani, kerap disapa dengan nama Salsa. Perempuan kelahiran asal Padang Panjang, Sumatra Barat ini harus melalui kehidupan kelam yang menimpanya. Harapannya memiliki keluarga yang utuh harus di kubur dalam-dalam.
Salsa memiliki ayah, ibu, serta abang di dalam keluarganya. Sejak kecil, ia merupakan anak bungsu yang selalu di manja oleh kedua orang tuanya. Perhatian dan kasih sayang selalu di curahkan kepadanya melebihi abang. Namun, itu semua tidak dapat ia rasakan lagi ketika kata perpisahan terucap pada mulut Ibunya.
Ayahnya yang berstatus sebagai kepala keluarga sudah tidak lagi bekerja secara penuh. Hidup di perdesaan membuat kondisi ekonominya selalu berantakan tak karuan. Banyak kebutuhan tidak terpenuhi terutama dalam hal biaya pendidikan anak-anak. Hal itu menjadi keputusan terbesar ibu memilih jalan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua orang tuanya resmi bercerai secara hukum. Keputusan itu serasa petir waktu yang menghantam kencang pada tubuh Salsa. Ia menangis selama sebulan penuh saat menghadapi kondisi tersebut. ibu meyakininya bahwa semua akan baik-baik saja tanpa harus selalu bersama dengan ayah.
Salsa memilih untuk tetap hidup dan bersama dengan ibu serta abang. Sedangkan Ayahnya memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Hidup tanpa figur seorang Ayah di dalam keluarga sangat sulit untuk ia rasakan kembali. Abangnya hanya berselisih umur empat tahun selalu menyakinkan ia untuk bisa membuktikan pada semua orang bahwa mampu mewujudkan mimpi-mimpinya walaupun dengan keadaan seperti ini.
Memasuki masa Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Salsa mulai bisa menerima keadaan yang seperti ini. Banyak impian yang harus ia gapai untuk mengubah kondisi keuangan keluarga. Melihat Abangnya yang lolos perguruan tinggi negeri di daerah Bandung dengan beasiswa menjadi acuan ia untuk mengikuti jejak abang.
ADVERTISEMENT
Selama masa sekolah, Salsa tidak pernah lalai dalam kewajibannya sebagai seorang siswa. Tekad dan keinginan yang bulat untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi selalu ia dambakan. Di penghujung tingkat akhir sekolah, ia selalu mencari informasi melalui sekolah atau internet untuk mewujudkan keinginannya.
Berkat segala usaha, Salsa terpilih menjadi salah satu siswa yang mendapatkan jalur prestasi melalui sekolah. Ia memutuskan untuk memilih kampus Politeknik Negeri Jakarta sebagai tempat lanjut pembelajaran. Jurusan Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bispro) menjadi impiannya untuk mewujudkan mimpi. Sedari kecil, ia menyukai hal yang bertemakan bahasa Inggris seperti melihat film kartun.
Bahagia, sedih, kaget, dan panik menjadi satu rasa ketika ia dinyatakan lulus dalam seleksi penerimaan tingkat sekolah. Ibu serta Abangnya sangat histeris mendapatkan kabar bahagia tersebut. Namun dalam hati terdalam Salsa, ia tidak siap untuk meninggalkan Ibunya seorang diri tanpa satu pun anak.
ADVERTISEMENT
Namun, Ibu tidak pernah melarang anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan kemana pun. Justru ibu malah sangat senang memiliki anak yang hebat serta pintar untuk mencapai cita-citanya.
Bagi Salsa, keluarga yang utuh memang hal paling bahagia untuk dirinya. Namun, kehidupan setiap orang sangatlah berbeda. Ia harus tetap menerima dan bersyukur terhadap Tuhan atas keadaan dan cobaan yang telah diberikan.
Salsa tau hal ini memang tidak mudah untuk dilalui, ia berpesan kepada seseorang yang masih belum bisa menerima keadaan. Perpisahan kedua orang tua bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan langkah awal yang baru untuk mendorong dan mewujudkan kehidupan menjadi lebih baik di masa depan.
(Tiara Salwa Assyifa/Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT