Menunda Karier demi Menempuh Gelar Pendidikan

Tiara Salwa Assyifa
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
30 Mei 2022 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiara Salwa Assyifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Laila tersenyum melihat hasil tes kelulusan. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Laila tersenyum melihat hasil tes kelulusan. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian orang menganggap pendidikan bukanlah hal yang penting bagi perempuan, di zaman serba teknologi ini ilmu dapat diperoleh dari mana dan kapan saja.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan hidup, aku tidak ingin menunda hal apa pun yang akan dilakukan. Sebisa mungkin aku melakukannya dengan seimbang. Namun, berbeda halnya dengan ini. Aku memprioritaskan pendidikan dibandingkan hal yang lain. Namaku Laila Nur Asiah Jamil, perempuan kelahiran 5 September 1999, buah pasangan dari Jaedi dan Aas Astirah. Di usia yang tidak muda lagi, aku dihadapkan dengan pilihan untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, atau pun menikah.
Sedari kecil, aku selalu dinasihati serta diberi arahan oleh ibu untuk rajin ibadah, patuh kepada orang tua, giat belajar, serta fokus dengan apa pun yang akan dipilih.
Perjalanan membawaku untuk menentukan pilihan dalam proses kehidupan. Pendidikan dan karier merupakan dua hal yang tidak mampu aku pisahkan keduanya.
ADVERTISEMENT
Awal masa pandemi Covid 19, aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Depok. Kaget dan bahagia aku rasakan saat pertama kali mendapat kabar tersebut. Perjalananku untuk menempuh pendidikan jenjang perguruan tinggi bukanlah hal yang mudah. Sebab, tahun ini adalah tahun terakhir untuk aku bisa diterima di perguruan tinggi negeri.
Di lain sisi kebahagiaan, aku merasa gelisah dan bingung dengan kondisi saat ini. Ketika dinyatakan diterima aku sedang bekerja di salah satu perusahaan sebagai customer service.
Sejenak aku memikirkan kedua hal yang sulit dalam hidupku. Merenung dan meminta petunjuk kepada Tuhan untuk menentukan pilihan yang terbaik.
Sampai pada akhirnya, restu orang tua membawa keputusanku untuk menerima perguruan tinggi negeri itu sebagai tujuan hidupku ke depannya. Kesempatan yang aku tunggu ini tidak akan aku sia-siakan begitu saja. Walaupun rasa sedih menyelimutiku, lingkungan baru di kampus menyambut kedatanganku dengan baik.
ADVERTISEMENT
(Tiara Salwa Assyifa/Politeknik Negeri Jakarta)