Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pantang Menyerah, Biaya Hidup Bergantung Kuda
20 Mei 2022 14:28 WIB
Tulisan dari Tiara Salwa Assyifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Yadi. Lelaki paruh baya asal Cibinong, Kota Bogor ini menghidupi keluarganya dengan keahlian merawat dan menjaga hewan kuda selama kurang lebih 20 tahun di berbagai tempat bekerjanya.
ADVERTISEMENT
Semasa muda, Yadi sudah mencoba berbagai bidang pekerjaan yang telah dilakukan. Seperti kuli bangunan, kuli pabrik, berkebun, dan berjualan. Namun, itu semua tidak dapat bertahan lama dilakukannya. Hanya dengan menjadi penjaga hewan kuda, Ia mampu bertahan lama untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Berawal dari Yadi ditawarkan pekerjaan oleh temannya untuk menjaga kuda di penangkaran milik seorang pejabat terkenal daerah Bogor. Takut dan ragu dengan keputusan yang dipilih. Namun dengan tekad yang bulat demi membiayai kebutuhan ekonomi istri dan anak, akhirnya ia bekerja di salah satu penangkaran tersebut.
Selama enam belas tahun bekerja di penangkaran itu, bagi Yadi merupakan hal yang paling tidak bisa dilupakan baginya. Sebelumnya, Yadi tidak memiliki pengalaman dan ilmu tentang kuda tersebut. Namun, senior dan rekan kerjanya selalu membantu memberi pengarahan yang baik tentang cara merawat dan memelihara kuda sehingga saat ini ia sudah memiliki ikatan batin yang kuat dengan kuda.
ADVERTISEMENT
Risiko tidak pernah lepas dari pekerjaannya. Yadi pernah ditendang bahkan diinjak oleh kuda yang mengakibatkan tulang punggung nya menjadi bengkok. "Ya gak apa-apa, namanya juga hewan yang tidak punya akal. Jadi wajar saja kalo tiba-tiba melakukan gerakan yang diluar dugaan," ujarnya.
Ketika sinar matahari datang dan menggantikan gelapnya senja, Yadi selalu bergegas cepat untuk menyelesaikan semua tugasnya. Walaupun keluarganya mengalami kesulitan ekonomi, ia selalu merasa bersyukur kepada Tuhan karena diberikan pekerjaan. Setelah lelah dan letih bekerja, lelaki itu harus tetap senyum dan ceria saat bertemu putri kecilnya di rumah.
“Walau di tempat kerja selalu aja ada kejadian yang di luar dugaan sama kuda, tapi kalo udah ketemu sama anak yang paling kecil selalu merasa harus senyum dan jangan pernah menunjukkan rasa sakit,” ujar Yadi.
ADVERTISEMENT
Kesenangannya dalam hewan kuda membuat Yadi selalu bersemangat dalam bekerja. Kuda memiliki naluri dan intuisi kuat kepada seseorang yang telah merawatnya. Walaupun yang dirawat bukanlah kuda miliknya. Namun, ia merasa kuda yang dirawat baginya seperti miliknya sendiri.
Bagi Yadi merawat kuda merupakan salah satu bentuk jihad dirinya kepada Tuhan. Ia ingin bekerja tidak hanya demi mencari uang. Namun, turut melakukan hal baik untuk memperoleh amal ibadah. Seperti hanya merawat kuku kuda saja termasuk satu pahala yang nantinya akan mendapatkan balasan di akhirat.
(Tiara Salwa Assyifa/Politeknik Negeri Jakarta)