Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahasa Kritik Politis dalam Lagu-Lagu di Negeri Ini
13 Juli 2022 12:41 WIB
Tulisan dari Tika Fitri Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lagu selalu berdampingan dengan musik. Lagu merupakan wujud representasi dari sebuah ungkapan perasaan, entah rasa cinta, rasa rindu, galau, sedih, bahagia, luapan emosi ataupun ungkapan perasaan lainnya. Banyak genre musik sebagai pengiring sebuah lagu agar semakin nikmat untuk didengarkan, misalnya genre musik pop, dangdut, jazz, rock, poprock, indie dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada berbagai hal yang menginspirasi seorang musisi dalam menciptakan sebuah lagu, baik masalah persahabatan, cinta kasih, kesehatan mental bahkan isu sosial di masyarakat. Dalam hal ini, isu kesehatan mental dan isu sosial merupakan salah satu ragam isu yang sedang menyeruak di tengah masyarakat luas saat ini.
Salah satu lagu yang mengangkat tentang isu sosial adalah bentuk kritikan terhadap pemerintah. Sudah bukan menjadi rahasia publik lagi jika ditengah gencarnya isu politik banyak bentuk kritikan masyarakat terhadap petinggi negeri. Bukan hanya satu atau dua musisi yang menciptakan sebuah lagu sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintahan. Sebut saja musisi seperti halnya Slank, Iwan Fals, Efek Rumah Kaca, Iksan Skuter, Enau dan musisi-musisi lainnya. Mereka adalah musisi yang dengan lantang menyuarakan aspirasi rakyat tentang kekeliruan negeri ini.
ADVERTISEMENT
Bahasa kritikan dalam sebuah judul ataupun lirik lagu yang diciptakanpun cukup menjadi sorotan. Misalnya lagu dari Efek Rumah Kaca dengan judul Mosi “Tidak Percaya” pada album “Kamar Gelap” pada tahun 2008 yang jika dianalisis berdasarkan bahasa kritikan judul lagu tersebut mengandung artian ketidakpercayaan seseorang terhadap suatu kepemimpinan.
Kemudian salah satu lagu dari Iksan Skuter yang rilis pada tahun 2016 dengan judul “Bingung”. Dalam hal ini, konteks kata bingung jika dikonotasikan maknanya adalah dimana adanya ketidakjelasan karena pilihan-pilihan yang dianggap salah dimata umum.
Berlanjut ke salah satu bank negeri ini yang sangat popular yaitu Slank yang gencar mengutarakan bahasan politik pada setiap lagunya. Dari tahun 1990-an sampai dengan sekarang, Slank masih konsisten dengan bentuk bahasa-bahasa kritikan dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Misalnya pada lagu “Seperti Para Koruptor” yang rilis pada tahun 2008. Maksud lagu tersebut jika diartikan secara pragmatik memiliki artian ajakan jangan sampai berkelakuan seperti para koruptor yang bermewah-mewahan namun hidupnya ditengah ketidaknyamanan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, salah satu musisi tanah air yang memiliki segudang prestasi dan keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan adalah Iwan Fals. Penyanyi legendaris yang telah menuangkan karya magisnya dalam bentuk lagu serta dengan lantang mengangkat isu bertemakan kritikan terhadap pemerintahan sejak tahun 1980an.
Sebut saja lagunya berjudul “Bento” yang mengisahkan tentang penguasa yang licik dan egois. Kemudian lagu “Surat Dari Rakyat” yang kala itu ditunjukkan pada masa pemerintahan Soeharto tentang bentuk sindiran bahwasannya yang wakil rakyat haruslah berasal dari rakyat bukan dari sekumpulan teman dekat. Selain itu, pada tahun ini ditengah kelangkan minyak goreng, Iwan Fals menciptakan sebuah lagu berjudul “Minyak Goreng” dimana pada lagu tersebut merupakan bentuk curahan atau kritikan terhadap nasib negeri ini yang kaya akan sawit namun kesulitan minyak goreng.
ADVERTISEMENT
Dari uraian diatas, jelas bahwasannya tidak sedikit lagu yang bernafaskan tentang isu bahasa kritikan terhadap politisi dan petinggi negara. Karena sejatinya, lagu tentang kritikan tersebut tidak akan tercipta jika tidak adanya ketidakpuasan dari masyarakat, utamanya terhadap kinerjanya seorang wakil rakyat.