Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Film Kukira Kau Rumah dari Sudut Pandang Psikologi Sastra
10 Juli 2022 11:08 WIB
Tulisan dari Tika Fitri Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film Kukira Kau Rumah menjadi salah satu film yang laris manis ditengah gempuran pandemi Covid-19. Film besutan MD Entertainment dan film pertama yang di sutradarai oleh sutradara muda Umay Shahab hingga mampu menyabet penghargaan rekor MURI dengan pencapaian 2 juta lebih penonton. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kerjasama antara pemain dan kru dalam menyuguhkan sebuah film yang mampu menguras emosi dan air mata.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu ?
Film Kukira Kau Rumah merupakan film tentang kesehatan mental yang diadaptasi dari salah satu lagu Amigada dengan judul yang sama. Film yang mengisahkan tentang sosok Niskala yang diperankan oleh Prily Latuconsina yang mengidap gangguan psikologis bipolar sehingga menyebabkan keadaan emosinya tidak stabil. Hingga ia dipertemukan dengan sosok Pram yang diperankan oleh Jourdy Pranata dan mampu menemukan jati dirinya.
Dari sisi psikologi sastranya sendiri, dalam film Kukira Kau Rumah dapat dianalisis menggunakan teori Sigmund Freud dengan struktur kepribadian yang dibagi atas id, ego dan superego. Hal tersebut jelas terlihat bahwasannya sisi psikologis tokoh memang sangat ditonjolkan pada film ini.
Tahap pertama pada analisis ini diawali dengan id, dimana pada tahap ini dapat dilihat dari sosok Niskala yang dijelaskan mengidap penyakit gangguan mental bipolar sehingga menyebabkan emosinya tidak stabil dan tidak terkontrol. Hal tersebut mulai terlihat ketika Niskala masih kecil dimana ia menjorokkan temannya tanpa sebab hingga tangannya patah.
ADVERTISEMENT
Tahap kedua yaitu ego, pada tahap ini adanya tindakan dari ayah Niskala yang membatasi ruang geraknya, serta hanya mempercayakan kepada kedua sahabatnya Dinda yang diperankan oleh Shenina Cinnamon dan Oktavianus yang diperankan oleh Raim Laode. Selain itu, seorang Niskala dituntut untuk terus meminum obat setiap hari guna mencegah penyakitnya kambuh. Pada tahap ini dijelaskan bahwa kehidupan Niskala makin dibatasi, kebebasannya makin direnggut dan ia tidak diberikan ruang untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.
Tahap ketiga yaitu superego, pada tahap ini merupakan puncak dari kesabaran seorang Niskala dan merupakan klimaks cerita. Berbagai pembuktian yang telah dilakukan oleh Niskala untuk dapat menjadi manusia normal pada umumnya tidak diakui oleh ayahnya dan masih saja ditentang. Hal tersebut menyebabkan kesabaran Niskala memuncak hingga ia mengalami keputusasaan dan melakukan tindakan percobaan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Film yang berdurasi 1 jam 30 menit ini jelas menguras emosi penonton dimana penonton seakan ikut merasakan apa yang dialami oleh Niskala. Dalam hal ini ada 2 sisi pesan moral yang diambil.
Dari sisi orang tua pastinya mereka ingin memberikan hal yang terbaik untuk anaknya, namun terlalu mengekang anak dan membatasi ruang geraknya untuk mengembangkan diri merupakan salah satu yang tidak dibenarkan.
Selain itu, dari sisi anak dapat dilihat dari sosok Niskala yang menunjukkan bahwa bentuk kekangan yang terlalu berlebihan akan mengganggu kesehatan mental anak. Karena apa yang dilakukan oleh seorang anak tanpa didukung oleh orang tua mampu menurunkan mentalnya untuk dapat terus berkembang.
Disamping itu, walaupun dalam film ini dikemas dengan memasukkan genre romance, namun pesan dari film ini tetap mampu tersampaikan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental atau mental healty ditengah kondisi masyarakat saat ini. Bahwa sejatinya kesehatan mental seseorang adalah kunci kehidupan yang damai.
ADVERTISEMENT