Konten dari Pengguna

Menelaah Tiga Nasihat Kuil Apollo dalam Konteks Kehidupan Kontemporer

Timothee Kencono Malye
Hakim Pengadilan Negeri Teluk Kuantan
10 November 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Timothee Kencono Malye tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Dewa Apollo, sumber: pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dewa Apollo, sumber: pexels.
Pada Kuil Apollo di Delphi, Yunani kuno, terdapat tiga nasihat yang abadi, yang hingga kini tetap relevan untuk direnungkan: a) Kenali Dirimu Sendiri; b) Jangan Berlebihan; dan c) Kepastian Membawa Kehancuran. Meski berasal dari zaman yang jauh berbeda, kebijaksanaan yang terkandung dalam kalimat-kalimat tersebut mungkin saja masih relevan di era sekarang.
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang penuh tuntutan, nasihat-nasihat tersebut, meskipun terkesan sederhana, mengandung kedalaman yang menggugah kita untuk berpikir lebih dalam. Namun, seiring dengan waktu dan perubahan, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa meskipun ketiga nasihat ini menyajikan sebuah panduan, ada berbagai perspektif lain yang turut memperkaya maknanya.
Kenali Dirimu Sendiri: Sebuah Pencarian yang Tak Pernah Usai
Ilustrasi kosmos di dalam diri, sumber: pexels.
Nasihat pertama, "Kenali dirimu sendiri", adalah ajakan untuk melakukan refleksi mendalam terhadap diri. Di dunia yang serba cepat ini, di mana banyak orang terkadang tenggelam dalam rutinitas dan tuntutan eksternal, seruan untuk mengenal diri sendiri menjadi semakin relevan. Nasihat ini sering dipahami sebagai upaya untuk menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya, terlepas dari peran-peran yang kita mainkan dalam kehidupan sosial dan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang sering ditemukan dalam tradisi filsafat Timur, terutama dalam aliran Zen dan Buddhisme, pemahaman tentang diri tidak terbatas pada identitas individual semata. Dalam pandangan ini, pencarian diri bukanlah sekadar penemuan ego atau citra diri, melainkan pemahaman bahwa diri kita terhubung dengan dunia yang lebih besar ("kosmos"). Dari perspektif ini, "mengenal diri" adalah proses yang lebih dalam, yang mengarah pada penghapusan ego dan pencapaian kedamaian batin.
Di sisi lain, di tengah masyarakat yang semakin mengedepankan individualisme, mengenal diri terkadang bisa disalahartikan sebagai pencarian atas kepuasan diri semata. Banyak orang terjebak dalam pencapaian pribadi tanpa menyadari bahwa kedamaian sejati tidak datang hanya dari pemahaman ego, tetapi dari hubungan yang harmonis dengan orang lain dan alam sekitar. Dalam hal ini, mengenal diri menjadi sebuah pencarian yang terus berkembang, yang memerlukan keseimbangan antara pemahaman diri pribadi (termasuk pemenuhan ambisi dan hasrat pribadi) dengan keterhubungan dengan dunia di luar kita.
ADVERTISEMENT
Jangan Berlebihan: Tentang Keseimbangan dalam Dunia yang Tak Terduga
Ilustrasi kelebihan berat badan, sumber: pexels.
Nasihat kedua, "jangan berlebihan", mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam hidup. Di tengah zaman yang serba cepat dan terkadang penuh tekanan, banyak di antara kita yang terjebak dalam kehidupan yang sibuk, yang sering kali memaksa kita untuk melampaui batas. Banyaknya informasi, tuntutan pekerjaan, dan harapan sosial kadang membuat kita kehilangan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, antara waktu untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Namun, meskipun pesan ini mengajak kita untuk menjaga kesederhanaan, penerapannya dalam kehidupan modern tidak selalu mudah. Keseimbangan itu bukanlah hal yang bersifat mutlak; ia lebih bersifat relatif dan kontekstual. Dalam beberapa situasi, mungkin diperlukan pengorbanan lebih dari yang biasa—baik itu waktu, tenaga, atau perhatian—untuk kepentingan yang lebih besar. Misalnya, dalam karir atau hubungan pribadi yang membutuhkan energi yang lebih besar jika memang dianggap penting.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam beberapa aliran filsafat yang lebih mendalam seperti ajaran Buddha, konsep keseimbangan itu sendiri mengarah pada sebuah pencapaian yang lebih tinggi, yakni pengurangan ketergantungan pada keinginan duniawi. Dalam pandangan ini, keseimbangan bukan hanya tentang menghindari ekstrem, tetapi lebih pada pengendalian diri dan mencapai kedamaian batin yang lebih dalam demi mencapai Nirvana.
Dengan demikian, prinsip untuk tidak berlebihan dalam kehidupan, meskipun sangat berharga, memerlukan penyesuaian terhadap konteks masing-masing individu dan situasi. Keseimbangan bukan berarti menghindari pengorbanan, melainkan memahami kapan dan di mana pengorbanan itu diperlukan untuk tujuan yang lebih besar. Sebgaimana diketahui, ada perbedaan antara kalimat "pengorbanan dan pengabdian dibutuhkan untuk perihal xyz" dengan "pengorbanan dan pengabdian adalah hal yang mulia dan sungguh perlu dilakukan setiap manusia." Mungkin meskipun terkadang dibutuhkan, glorifikasi terhadap konsep "pengorbanan" dan "pengabdian" pun sebaiknya dihindari demi keseimbangan dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Kepastian Membawa Kehancuran: Menghadapi Ketidakpastian dengan Pikiran Terbuka
Ilustrasi fleksibilitas, sumber: pexels.
Nasihat terakhir, "kepastian membawa kehancuran", mengajak kita untuk menjaga pikiran tetap terbuka dan tidak terjebak dalam keyakinan yang terlalu saklek. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kemampuan untuk menerima perubahan dan mengevaluasi pandangan dengan fleksibilitas menjadi sebuah keunggulan. Dengan perkembangan zaman yang terus bergerak, kepastian yang terlalu kaku justru dapat menghambat kita untuk beradaptasi dengan perubahan.
Namun Penulis pun paham bahwa bagi sebagian orang, ada kebutuhan untuk memiliki prinsip yang jelas dan kepastian dalam nilai-nilai dasar. Memang dalam kehidupan yang dinamis, kepastian yang bersifat kontekstual, misalnya tentang nilai-nilai dasar, boleh jadi terkadang dapat memberikan landasan yang kuat untuk menghadapi ketidakpastian.
Menemukan Keseimbangan: Kebijaksanaan Kuno dalam Konteks Modern
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, tiga nasihat dari Kuil Apollo ini, meskipun terkesan sederhana, menyajikan kebijaksanaan yang luas dan kompleks. Masing-masing nasihat mengandung ajakan untuk bertindak dengan kesadaran, menjaga keseimbangan, dan terbuka terhadap perubahan. Namun, dalam menerapkan ketiga prinsip ini, kita perlu mempertimbangkan konteks dan tantangan yang ada dalam kehidupan kontemporer.
Pencarian untuk mengenal diri, menjaga keseimbangan, dan terbuka terhadap ketidakpastian adalah usaha yang terus-menerus dan memerlukan pendekatan yang tidak hanya bersifat individu, tetapi juga sosial. Dalam kehidupan modern, di mana tekanan eksternal dan internal kerap saling berinteraksi, prinsip-prinsip ini menjadi sebuah panduan untuk terus mencari makna yang lebih dalam dalam hidup. Namun, penerapannya tetap memerlukan ruang untuk refleksi yang lebih luas, agar kebijaksanaan kuno ini tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT