Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bumi Datar dan Bumi Bulat dalam Dalil Kitab
26 Januari 2017 17:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Perdebatan soal bumi bulat versus bumi datar, mau tak mau, kerap membawa-bawa ayat-ayat dalam kitab-kitab suci beberapa agama, selain memaparkan argumen sains dari kedua kubu.
ADVERTISEMENT
Kubu bumi datar dan bumi bulat mencomot ayat-ayat yang berlainan pada kitab suci untuk menjustifikasi keyakinan mereka.
Apa saja sih dalil-dalil yang kerap digunakan sebagai tameng dalam perdebatan kedua kubu?
Bumi Datar
Bumi datar adalah keyakinan khalayak umum di Eropa sebelum Galileo Galilei sekitar awal tahun 1600-an membuat keributan dengan mengatakan bumi berbentuk bulat dan mengelilingi matahari sebagai pusat sistem tata surya.
Padahal, saat itu masyarakat Eropa --dan Gereja-- percaya bahwa bumi datar dan merupakan pusat tata surya, bukannya matahari. Akibatnya, Galileo pun dihukum --meski kemudian ia direhabilitasi tiga abad setelah mati.
Dalil yang menjadi dasar argumen flat earthers dan masih digunakan hingga kini, beberapa di antaranya tercantum pada tulisan Robert J. Schwadewald di The Bulletin of the Tychonian Society #44 berjudul The Flat-Earth Bible.
ADVERTISEMENT
Schwadewald menuliskan beberapa ayat seperti Daniel 4:10-11 yang mengisahkan penguasa Babilonia, Raja Nebukadnezar, berkata “Saw a tree of great height at the centre of the earth… reaching with its top to the sky and visible to the earth's farthest bounds.” (Melihat sebatang pohon yang amat tinggi di tengah bumi… pohon itu tingginya mencapai ujung langit dan dapat terlihat dari titik bumi paling jauh).
Schwadewald menganggap, pohon tersebut hanya bisa terlihat hingga ke ujung-ujung dunia apabila bumi datar.
Schwadewald juga mencontohkan argumen bumi datar lewat Matthew 4:8 yang mengatakan, “Once again, the devil took him to a very high mountain, and showed him all the kingdoms of the world [cosmos] in their glory.” (Sekali lagi, iblis membawanya ke gunung yang sangat tinggi, dan menunjukkan kepadanya semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya).
ADVERTISEMENT
Serupa dengan tafsirannya atas Daniel 4:10-11, keadaan pada Matthew 4:8 menurut Schwadewald tidak mungkin apabila bumi itu bulat.
Ayat lain yang juga sering digunakan untuk mendukung argumen bumi datar ialah Revelation 7:1, “After this I saw four angels standing at the four corners of the earth, holding back the four winds of the earth to prevent any wind from blowing on the land or on the sea or on any tree.” (Setelah itu, saya melihat empat orang malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi. Mereka menahan keempat angin di bumi supaya jangan ada angin yang bertiup di darat atau di laut, atau di pohon-pohon).
Pendapat tersebut, menurut flat earthers, menunjukkan bahwa bumi memiliki ujung di keempat pojoknya. Hal yang, dalam pandangan penganut keyakinan bumi datar, tak mungkin terjadi ketika bumi itu bulat.
ADVERTISEMENT
Kelompok bumi datar tak hanya didominasi agama Kristen. Selain dalil Injil, flat earth society juga berkembang di kalangan pemeluk agama Islam.
Dalil Alquran yang kerap digunakan sebagai pendukung argumen tersebut misalnya, "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu, menurut ukuran." – (QS.15:19).
Kata “menghamparkan” pada ayat Al Hijr di atas menjadi basis argumen bahwa bumi merupakan sebuah bentangan medan datar.
Selain Al Hijr, surah Thaha juga memiliki satu ayat yang sering digunakan oleh Flat Earth Society, yakni "Yang telah menjadikan bagimu bumi, sebagai hamparan (tempat hidupmu), dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu (sebagai tempat ber)jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu, berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam." – (QS.20:53)
ADVERTISEMENT
Al Qaaf pun demikian. "Dan Kami hamparkan bumi itu, dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata." – (QS.50:7)
Dalam Bahasa Inggris, surat Thaha tersebut dituliskan dengan pengartian “[It is He] who has made for you the earth as a bed [spread out]...”
Kata-kata “as a bed” dan “spread out” itu menjadi basis argumen para anggota Flat Earth Society yang menggunakan dalil-dalil Al-Quran.
Persis dengan penggunaan ayat Al Qaaf yang dalam Bahasa Inggrisnya tertulis “...the same that) has made for you the earth (like a carpet) spread out.”
Bumi Bulat
Dalil bumi datar, dibantah oleh pemercaya teori bulat --juga dengan dalil kitab. Misalnya, klaim flat earthers yang menggunakan Injil Revelation 7:1 untuk mengasumsikan bumi datar karena ada “empat sudut” bumi, disebut round earthers sesungguhnya tafsir ada empat arah mata angin: utara, selatan, timur, dan barat.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam kitab perjanjian lama, Job 26:7, dijelaskan bahwa bumi tertahan di suatu ruang, sebanding jelas dengan matahari: “Allah membentangkan langit, di atas samudra, dan menggantungkan bumi pada ruang hampa.”
Pada ayat 10, penjelasan berlanjut, yang artinya kurang lebih: He described a circle upon the face of the waters, until the day and night come to an end.
(Digambar-Nya lingkaran pada muka lautan untuk memisahkan terang dari kegelapan.)
Lingkaran pada muka lautan, bagi pendukung teori bumi bulat, ditafsirkan sebagai bentuk ruang yang buat, sebuah sphere (bola).
Dalam dalil-dalil Islam, kata-kata membentangkan yang memunculkan kesan datar di beberapa ayat seperti Al Qaaf dan Thaha, menurut round earthers, sesungguhnya menekankan pada penampakan dan fungsi bumi bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Datar, dalam bahasa Arab, disebut dengan kata sawi atau almustafi. Alquran, dalam berbagai pilihan kata yang digunaknnya untuk menjelaskan sifat bumi, tidak menggunakan kosakata “datar” sama sekali.
Meskipun tidak ada ayat yang secara jelas menyatakan bumi itu datar, ayat yang menyebut secara literal dan harfiah bahwa bumi bulat, juga tak ada.
Walau begitu, ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa bentuk bumi ialah bulat, contohnya surat Az-Zumar 39:5 yang berbunyi, “Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam.”
Menutupkan, atau dalam Bahasa Arabnya yukawwiru, mengandung pengertian “Melapisi sesuatu kepada suatu benda yang bundar.” Kata yang sama biasa digunakan ketika hendak mengatakan “melilitkan sorban di kepala.”
ADVERTISEMENT
Dari situ, Alquran mencoba menjelaskan bahwa bumi, kurang lebih, sama seperti kepala: sebuah ruang yang memiliki bentuk bulat tiga dimensi.
Itu soal dalil-dalil kibat suci. Nah, bagaimana secara ilmiah?