Justin Trudeau Keturunan Nias, Kanada Tak Istimewakan Indonesia

1 Maret 2017 5:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
PM Kanada Justin Trudeau (Foto: Reuters/Chris Wattie)
Pada kunjungan kenegaraannya ke Washington pertengahan bulan lalu, Justin Trudeau menyampaikan sebuah sindiran halus kepada presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
ADVERTISEMENT
“Ada masa di mana kami memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani suatu hal. Dan kami selalu menghormati keputusan masing-masing,” ucap Trudeau dalam konferensi pers bersama Trump di Gedung Putih, Washington, Senin (13/2).
“Hal terakhir yang masyarakat Kanada inginkan dari saya adalah untuk datang ke sini dan menguliahi negara lain tentang bagaimana mereka seharusnya menjalankan pemerintahan,” lanjutnya kepada puluhan wartawan AS. Trump yang berdiri di sampingnya hanya bisa khidmat mendengarkan.
Pidato Justin Trudeau dan Donald Trump. (Foto: Carlos Barria/Reuters)
Perbedaan yang ia maksud adalah mengenai bagaimana pemerintahan Trump menangani masalah imigrasi. Trump saat itu baru saja mengeluarkan executive order untuk menolak masuknya imigran dari tujuh negara muslim, salah satunya Suriah yang tengah mengalami konflik berdarah selama bertahun-tahun.
Tentu saja apa yang dikatakan Trudeau tak berhenti di situ. Berkebalikan dari apa yang dia katakan sebelumnya, Trudeau justru mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan negaranya merupakan “contoh yang baik bagi dunia”.
ADVERTISEMENT
“Peran saya adalah untuk memastikan pemerintahan berjalan sesuai cerminan nilai-nilai yang dianut masyarakat Kanada dan menjadi contoh yang baik bagi dunia,” lanjutnya memaksa Trump menoleh kepada perdana menteri ke-23 Kanada tersebut.
Justin Trudeau dan Donald Trump bersalaman. (Foto: Kevin Lamarque/Reuters)
“Kami bisa memastikan kebijakan keterbukaan kami tetap berjalan tanpa mengorbankan keamanan warga Kanada,” sindirnya.
Pemerintahan Trudeau memang dikenal memiliki kebijakan yang sangat terbuka di bidang imigrasi. Tahun lalu saja, Kanada menerima tidak kurang dari 40.000 pengungsi dari Suriah. Negara yang masyarakatnya terkenal sangat heterogen tersebut menjadi salah satu negara yang paling progresif dalam isu imigrasi. Menurut Menteri Keimigrasian Kanada, John McCallum, pada tahun 2017 Kanada akan menerima 300.000 imigran dari seluruh dunia.
Kebijakan-kebijakan Kanada yang progresif dan pro-masyarakat tersebut jelas melambungkan nama Trudeau. Selain kebijakannya yang populis, semangatnya terhadap isu kemanusiaan membuatnya dicintai masyarakat dunia. Untuk hanya menyebut beberapa, ia pernah datang secara personal untuk menyambut imigran dari Suriah; ia menyukai olahraga tinju; dan putra dari Perdana Menteri Kanada ke-15, Pierre Trudeau, juga merupakan satu dari sedikit --atau satu-satunya-- pemimpin dunia yang memiliki tato di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Keturunan Indonesia
Pesonanya yang luar biasa itu membuat netizen di Indonesia heboh ketika mengetahui si perdana menteri memiliki leluhur yang lahir di Indonesia.
Dalam laman www.thepeerage.com, sebuah website yang melacak silsilah keluarga-keluarga ningrat Eropa, diketahui bahwa ibu dari Justin Trudeau tersebut memiliki kakek yang lahir di Makassar. Thomas Kirkpatrick Bernard, buyut Justin Trudeau dari ibunya, disebut lahir di Makassar pada tahun 1891 dan baru bermigrasi ke Kanada pada tahun 1906.
Thomas Kirkpatrick Bernard (Foto: findagrave.com)
Bernard merupakan keturunan dari penjajah asal Britania Raya, seperti Francis James Bernard dan Arthur Bernard. Nama yang disebutkan terakhir adalah anggota dari House of Commons (Dewan Perwakilan) Irlandia. Keluarga tersebut dikenal sebagai trah kolonialis di Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Makam William Purvis dan Cornelia Intveld (Foto: findagrave.com)
Selain dari kakek buyutnya, nenek buyut dari ibunya pun disebut memiliki hubungan khusus dengan Indonesia. Cornelia Louisa Intveld, nenek buyut ketiga dari Margaret Trudeau, dikatakan lahir di Padang. Website Find A Grave juga mencatat bahwa ayah Intveld berasal dari Hellevoetsluis, Belanda, yang melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tinggal di Padang dan menjadi penduduk di tanah Sumatera Barat itu. Sedangkan, ibu Intveld merupakan seorang Ono Niha, sebutan bagi masyarakat asli Nias, Sumatera Utara, meski tak pernah jelas identitasnya.
Komentar Netizen soal Trudeau (Foto: Facebook)
Tidak Ada Bedanya
ADVERTISEMENT
Silsilah Justin Trudeau (Foto: gw.geneanet.org)
Namun demikian, kedekatan leluhur seorang pemimpin negara dengan Indonesia toh tidak membawa keuntungan khusus bagi Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Justin Trudeau, Indonesia memang mendapatkan Foreign Direct Investment (FDI) dari Kanada yang cukup tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Asia Pacific Foundation of Canada, pada tahun 2015 FDI dari Kanada naik sebesar 5.7 persen dibanding tahun sebelumnya, ketika Trudeau belum menjabat. Di tahun 2016 pun, Kanada menjamin peningkatan yang stabil dalam bidang investasi untuk Indonesia.
“Indonesia adalah negara pusat dalam hubungan Kanada dan ASEAN,” ucap Kepala Canada-ASEAN Business Council (CABC), Jean Charest (9/9/16), seperti dikutip dari Jakarta Post.
Meski begitu, apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, kenaikan tersebut ternyata lumrah saja. Pada tahun 2015, investasi Kanada ke Asia meningkat 26 persen dibandingkan 2014. Jadi, ini bukanlah perkara kedekatan leluhur atau alasan-alasan non-pragmatis lain.
FDI dari Kanada ke Indonesia (Foto: asiapacific.ca)
Peningkatan sebesar 5.7 persen sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan investasi Kanada ke Jepang yang meningkat sebesar hampir 20 persen. Atau apabila dibandingkan dengan Malaysia yang meningkat sebesar 19 persen. Atau dibandingkan dengan Selandia Baru yang meningkat lebih dari 100 persen. Atau bahkan investasi Kanada ke Korea Selatan yang meningkat sebesar 200 persen.
ADVERTISEMENT
Jadi, buat apa bangga dengan pemimpin negara lain yang jadi keturunan orang Indonesia (apabila itu tidak menguntungkan Indonesia sendiri)?