Konten dari Pengguna

Keamanan Eropa Terancam: Apakah Austria Akan Melepaskan Netralitas-nya?

Titan Alramadhan
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Andalas - Anggota ASEAN Youth Organization (AYO) Headquarter.
6 Juni 2022 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Titan Alramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Masyarakat Austria Mengibarkan Bendera Austria (Foto: Shutterstock - 210972364)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Masyarakat Austria Mengibarkan Bendera Austria (Foto: Shutterstock - 210972364)
ADVERTISEMENT
Kala ini, keamanan kawasan Eropa sedang tidak baik-baik saja, keadaannya semakin mengkhawatirkan sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 kemarin. Negara-negara Eropa telah mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan keamanannya, baik secara internal maupun eksternal. Terdapat negara yang memilih untuk mempersenjatai diri dengan lebih serius, yaitu Belanda. Terdapat pula negara-negara yang berusaha mencari perlindungan dengan mengutarakan niatnya bergabung dengan pakta pertahanan seperti NATO, yaitu Swedia dan Finlandia.
ADVERTISEMENT
Upaya yang diambil beberapa negara tersebut secara tidak langsung telah menunjukkan kecenderungan mereka dalam tatanan global. Hal ini merupakan sisa-sisa budaya yang ditinggalkan pasca Perang Dingin. Sejak saat itu, tatanan global terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu Barat atau aliansi Amerika Serikat, dan kubu Timur atau aliansi Uni Soviet. Walaupun dunia internasional sudah meninggalkan tendensi perang sejak lama, tetapi hal ini masih menjadi peninggalan tersendiri yang membekas di dunia.
Swedia dan Finlandia yang mulai mengurus aplikasi mereka untuk bergabung ke NATO, secara tidak langsung sudah menunjukkan kecenderungannya pada kubu Barat, karena memang pakta pertahanan ini berhasil menghimpun negara-negara aliansi Amerika Serikat. Padahal, Swedia dan Finlandia sejak dahulu terkenal dengan identitas mereka yang netral, dalam artian bahwa kedua negara ini tidak ingin menunjukkan kecenderungannya pada kubu mana pun.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang bersamaan, Austria yang juga kerap menunjukkan netralitasnya sejak Perang Dingin sempat mempertimbangkan aplikasinya untuk bergabung dengan NATO. Sejak Swedia dan Finlandia mengumumkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO, persoalan ini menjadi pembahasan yang selalu dibahas di televisi dan kanal berita Austria. Namun, hal ini segera dibantah oleh Kanselir Austria, Karl Nehammer, beliau menyatakan bahwa Austria akan mempertahankan netralitasnya, “netralitas negara tidak untuk diperdebatkan”, ujar Nehammer.
Menyusul langkah Finlandia dan Swedia yang hendak bergabung dengan NATO, banyak pihak di Austria, mulai dari pakar politik, ilmuwan, dan diplomat yang mendesak pemerintah untuk segera meninjau sikap netral ini. Pihak-pihak tersebut juga meminta pemerintah untuk segera membuka diri mengenai kebijakan keamanan Austria, dengan alasan bahwa invasi Rusia ke Ukraina sewaktu-waktu dapat mengancam keamanan nasional. Namun, hal ini langsung ditolak mentah-mentah oleh Menteri Pertahanan Austria, Klaudia Tanner, dengan menjelaskan bahwa netralitas Austria yang sudah dipegang teguh sejak lama sudah tertanam dalam konstitusi Austria.
ADVERTISEMENT
Hal ini adalah kesekian kalinya bagi Austria dalam menepis indikasi kecenderungannya pada kubu-kubu yang ada. Austria kerap menyatakan bahwa netralitasnya sudah menjadi identitas tersendiri. Salah satu partai oposisi yang cukup berpengaruh di Austria, Sozialdemokratische Partei Österreichs (SPÖ), menjelaskan bahwa netralitas Austria di setiap kesempatan adalah hal yang tidak dapat diganggu gugat, dinegosiasikan, atau bahkan diubah. Sehingga, Austria secara tidak langsung telah menunjukkan keengganannya untuk bergabung di NATO.
Berkaitan dengan hubungannya bersama NATO, Austria secara gamblang menyampaikan bahwa mereka akan mengupayakan cara lain untuk meningkatkan keamanan di tengah-tengah konflik yang terjadi. Austria menggagaskan bahwa langkah untuk bergabung dengan NATO sudah terlalu jauh dari prinsip yang dipegangnya, karena hal ini akan meruntuhkan identitasnya sebagai negara yang netral.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Gärtner, Heinz. 2022. “Austrian Neutrality Does Not Mean Disengaging from International Affairs. Instead, It Demands An Intense Involvement.” The Parliament Magazine: 1–9.
Misik, Robert. 2022. “Is It Time for Austria to Re-Evaluate Its Neutrality?” IPS Journal: 1–4.
“‘No Country Is An Island’: Is It Time Austria Abandoned Neutrality?” 2022. The Local Austria: 1–5.
Scally, Derek. 2022. “Austria Holds to Neutrality Tradition Despite Nordic Shift to NATO.” The Irish Times.
Schneider, Anna. 2022. “Neutrality Is Not An Option! Austria Must Follow Finland And Sweden Into NATO.” World Crunch: 1–3.