Konten dari Pengguna

Memahami dan Mengatasi Dampak Negatif Sosial Media dengan Social Media Detox

Titania Aulia Wulan
Mahasiswa Psikologi FK USK angkatan 2023
28 Februari 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Titania Aulia Wulan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
credit by canva
zoom-in-whitePerbesar
credit by canva
ADVERTISEMENT
Sebagai pengguna aktif sosial media, pernahkah kamu merasa dengan terus memantau dan menggunakan media sosial membuatmu mulai merasa insecure, rendah diri, dan terkadang cenderung membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan?
ADVERTISEMENT
Jika hal tersebut mulai terjadi di diri kamu, mungkin inilah saatnya kamu mengenal dan menerapkan social media detox yang akan diulas pada artikel ini nih sobat!
Social media detox merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi dikalangan pengguna sosial media. Social media detox merupakan suatu upaya mengurangi penggunaan sosial media seperti Instagram baik dengan melakukann deactive atau penghapusan akun untuk sementara maupun berkelanjutan dengan tujuan menjauhkan diri dari dunia maya untuk menjaga kesehatan psikologis. Instagram merupakan salah satu sosial media paling populer di dunia, penggunanya mencapai 1,35 miliar di tahun 2023. Pengguna Instagram sendiri didominasi oleh kalangan umur 18-24 dengan persentase 30,8% dan disusul oleh kalangan umur 25-34 dengan persentase 30,3%.
ADVERTISEMENT
Social media detox ini sendiri umumnya dilakukan ketika pengguna sosial media merasa sosial media yang digunakan membuat self-esteem mulai tidak sehat. Berbagai masalah seperti cyberbullying, rusaknya penilaian pada citra diri, dan dampak pada kinerja diri merupakan menjadi faktor terjadinya fenomena social media detox ini.
Sejumlah penelitian dilakukan terhadap dampak yang dapat terjadi pada pengguna media sosial dalam waktu lama yaitu dapat menyebabkan hal-hal terkait manifestasi dan gejala negatif, depresi, cemas, dan stress. Penggunaan media sosial memang tidak selamanya berdampak negatif terhadap penggunanya, media sosial menjadi platform untuk berhubungan dengan dunia luar secara instan. Akan tetapi, fenomena seperti ingin menampilan gaya hidup terlalu berlebihan di media sosial, mengikuti tren, dan pemaksaan gaya hidup demi postingan kerap terjadi sehingga menimbulkan efek negatif terhadap psikologis diri sehingga banyak fenomena seperti social media detox terjadi dikalangan penggunanya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana media sosial berhubungan dengan kesehatan mental yang memburuk? Banyak penelitian menemukan adanya hubungan antara lamanya penggunaan waktu pada media sosial dan banyak media sosial yang digunakan dengan gejala terjadinya kecemasan dan depresi. Sebagian besar penelitian memang menunjukkan korelasi antara hal ini. Walaupun demikian, bukan berarti setiap gejala kecemasan dan depresi disebabkan oleh media sosial, tetapi penggunaan media sosial secara berlebihan menjadi salah satu faktor yang menyebabkannya. Sementara itu pada remaja, fenomena lain seperti FoMO atau fear of missing out, yaitu perasaan tidak ingin ketinggalan sesuatu atau kehilangan pengalaman. Media sosial membuat perasaan FoMO ini meningkat, misalnya melihat postingan temannya yang bepergian ke pantai dan tidak mengajaknya. Hal seperti inilah yang dapat menimbulkan perasaan dikucilkan dikalangannya sendiri sehingga menimbulkan perasaan negatif bagi diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media sosial dapat memiliki efek negatif pada fase kritis perkembangan otak remaja yang berusia 10 hingga 19 tahun. Proses perkembangan otak mereka, terutama saat mereka berada dalam masa remaja awal yang rentan, dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial, pandangan dari teman sebaya, dan perbandingan dengan individu lain yang mungkin terlihat lebih menarik atau populer. Penggunaan media sosial yang berlebihan bisa mengakibatkan perubahan pada struktur otak mereka, khususnya di area yang mengendalikan emosi dan impuls, serta meningkatkan sensitivitas mereka terhadap isyarat sosial. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi lebih emosional dan kurang bahagia, terutama pada remaja perempuan yang berusia 11 hingga 13 tahun dan remaja laki-laki yang berusia 14 hingga 15 tahun. Oleh karena itu, dampak media sosial pada fase rentan ini sangat penting untuk diperhatikan dan membutuhkan pengawasan yang lebih intensif.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang ditemukan terkait masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial adalah bagaimana media sosial berdampak pada penilaian citra tubuh. Citra tubuh ini berkaitan dengan penghakiman dan penilaian terhadap tubuh diri, orang-orang yang melakukan penilaian terhadap citra diri ini mengaku malu terhadap citra diri setelah melihat profil orang yang lebih menarik yang kemudian menyebabkan penilaian terhadap citra diri menjadi lebih negatif.
Dampak-dampak negatif inilah yang menyebabkan orang-orang pengguna media sosial mulai menerapkan social media detox untuk memperbaiki self-esteem. Social media detox memang menjadi salah satu langkah positif untuk diterapkan apabila telah mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan diatas, apabila kamu ingin menerapkan social media detox, berikut beberapa tips yang dapat kamu lakukan:
ADVERTISEMENT
- Tetapkan batasan waktu
Menghabiskan banyak waktu di media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan suasana hati, bagi kamu yang tetap ingin menggunakan media sosial tetapi ingin melakukan pengurangan, direkomendasikan untuk menetapkan batasan waktu harian penggunaan media sosial dan menepatinya secara konsisten.
- Lakukan digital detoks rutin
Ambil waktu beberapa hari atau satu minggu untuk tidak menggunakan media sosial sama sekali, hal ini dapat mengurangi beban pikiran berlebihan akibat media sosial dan kemudian kita dapat fokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat.
- Bersikap selektif pada konten
Pilah dan pilihlah konten yang akan ditonton juga berhenti mengikuti akun yang dapat mengganggu kesehatan mental atau pikiran, kemudian mulailah mengikuti akun yang menginspirasi dan membuatmu merasa nyaman ketika mengikutinya.
ADVERTISEMENT
- Prioritas terhadap kehidupan nyata
Membuat prioritas dengan kehidupan nyata dapat dilakukan dengan bertemu orang dekat secara langsung untuk menghabiskan waktu bersama atau berpartisipasi dengan kegiatan sosial dapat dilakukan untuk pengurangan penggunaan sosial mediad.
- Mencari hobi dan minat baru
Waktu yang sebelumnya dilakukan untuk melihat media sosial dapat dihabiskan dengan mencari dan melakukan hal baru yang lebih bermanfaat yang dapat membangun pikiran positif.
Social media detox ini memang bukanlah suatu tindakan besar, tetapi menjadi langkah bijak untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan mental diri. Sadari kelebihan dan kekurangan penggunaan sosial media kemudian mulailah lakukan hal yang lebih positif untuk kesejahteraan diri kedepannya.
Referensi
Allcott, H., Braghieri, L., Eichmeyer, S., & Gentzkow, M. The welfare effects of social media. American Economic Review, 2020; 110(3), 629-76.
ADVERTISEMENT
Barry CT, Sidoti CL, Briggs SM, Reiter SR, Lindsey RA. Adolescent social media use and mental health from adolescent and parent perspectives. Journal of Adolescence. 2017; 61:1-1.
Data.goodstats.id.(2023, 23 Mei). Pengguna Instagram Berdasarkan Rentang Usia 2023. Diakses pada 27 Februari 2024, dari https://data.goodstats.id/
S. Surgeon General’s Advisory. Social Media and Youth Mental Health. https://www.hhs.gov/sites/default/files/sg-youth-mental-health-social-media-advisory.pdf. 2023.
Vogels, Emily. Gelles-Wtnick, Risa, and Massarat, Navid. Teens, Social Media and Technology 2022. Pew Research Center. 2022. https://www.pewresearch.org/internet/2022/08/10/teens-social-media-and-technology-2022/