Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Peran Strategis Relasi Dan Jejaring Alumni Dalam Mencari Kerja di Masa Pandemi
8 Oktober 2020 11:58 WIB
Tulisan dari Titin Ariyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Pada Februari 2020, BPS mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia sebesar 4,99 persen, atau turun 0,15 persen dari setahun sebelumnya, meskipun jumlah angkatan kerja meningkat 1,73 juta orang dibanding periode yang sama. Dua hari beranjak dari Februari 2020, atau pada tanggal 2 Maret 2020, Pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang kemudian beberapa waktu setelahnya dirilis kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
ADVERTISEMENT
Kebijakan PSBB ini dirasa perlu dilakukan untuk menekan laju penyebaran infeksi SARS-Cov-2, namun di sisi lain perekonomian nasional juga mengalami guncangan. Ini berdampak pada banyaknya jumlah pegawai yang dirumahkan, baik sementara maupun permanen. Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah, pada 1 September 2020 mengungkapkan bahwa kini jumlah pengangguran di Indonesia mencapai lebih dari 10 juta jiwa.
Lowongan Tetap Banyak Dibuka, Namun Pendaftar Membludak
Salah satu fenomena yang baru-baru ini terjadi adalah ribuan pelamar kerja di sebuah perusahaan di Purwakarta yang berdesakan dan melamar untuk memperbutkan kurang dari 200 posisi yang dibuka. Beberapa pembuka lowongan dari beberapa perusahaan juga terkejut dengan jumlah pendaftar yang fantastis, yakni dalam 2x24 jam hari tercatat 2000 aplikasi lamaran masuk untuk satu posisi yang dibuka. Sehingga lowongan tersebut ditutup segera oleh penyelenggara.
ADVERTISEMENT
Dinas Ketenagakerjaan di beberapa wilayah juga cukup kewalahan menghadapi banyaknya permintaan pembuatan kartu pencari kerja (kartu kuning) yang lebih dari 100 pemohon dalam satu hari. Selain pandemi, penyebab lainnya adalah bertambahnya angkatan kerja setelah periode kelulusan perguran tinggi dan sekolah menengah.
Relasi dan Jejaring Alumni : ‘Jalur Cepat’ Yang Realistis
Jika kita menjadi pemberi kerja yang harus menyortir ribuan aplikasi yang masuk ke email untuk mendapatkan hanya satu karyawan, darimana kita harus memulainya? Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah. Lain cerita jika kita sudah memiliki junior di kampus yang sudah kita kenal dan ketahui kapasitas serta kompetensinya dan kita tahu bahwa dia turut mendaftar, itu akan sedikit jadi lebih mudah. Tapi tentu, mungkin pemberi kerja tetap memiliki pertimbangan lebih dan preferensinya sendiri yang lebih spesifik.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah cukup banyaknya fenomena di mana pemberi kerja mencari lulusan dari perguruan tinggi yang sama dengannya. Ini cukup logis karena ia pernah punya pengalaman dan informasi yang cukup untuk mengetahui standar yang dimiliki oleh lulusan perguruan tersebut. Ditambah dengan adanya rasa kesamaan dan persaudaraan yang mungkin muncul sebagai buah dari sistem kaderisasi kemahasiswaan yang pernah dilalui.
Menilik Kembali Di Mana Harus Memulai
Sebagai langkah awal, pencari kerja perlu menggali informasi dan memetakan sektor mana saja yang mampu bertahan dan tetap progresif di masa pademi, atau juga sektor mana saja yang rentan namun tetap punya potensi untuk terus eksis. Ini jadi modal yang cukup penting di tengah ketidakstabilan perekonomian dalam negeri maupun skala global.
ADVERTISEMENT
Kedua, jika pencari kerja punya pengalaman internship atau magang di suatu lembaga atau perusahaan di sektor tersebut, ini akan sedikit lebih mudah karena perusahaan terkait tentu sudah mengetahui kualitas dan kompetensi pencari kerja tersebut. Maka ini bisa jadi tempat pertama yang dijajaki untuk mengirimkan aplikasi, terlebih lagi jika ada alumni seperguruan tinggi yang sudah dikenal baik di sana.
Ketiga, pengalaman berorganisasi menjadi modal yang cukup kuat juga untuk melakukan tracking di mana saja relasi senior yang dulu di organisasi yang sama kini berkarir. Organisasi kemahasiswaan yang satu dengan lainnya memiliki value masing-masing yang cukup khas, sehingga kesamaan pengalaman organisasi ini adalah nilai tambah jika pencari kerja berasal dari organisasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Keempat, Buku Data Alumni – yang walaupun tidak semua perguruan tinggi merilisnya- bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail di mana saja tempat berkarir alumni yang jurusannya sama ataupun dekat dengan keilmuan kita. Saat kita masih mahasiswa, mungkin kita sering memanfaatkannya untuk mencari sponsor ataupun donatur untuk mendukung acara yang kita selenggarai di kampus. Kini, tidak ada salahnya kita juga memanfaatkannya untuk mendapatkan informasi yang cukup untuk mengetahui persebaran karir alumni dan kemudian mengontak salah satu atau beberapa yang dirasa cukup potensial dan sebidang dengan apa yang kita minati.
Kelima, media sosial adalah amunisi yang sangat ampuh untuk mendapatkan informasi -yang tentunya mungkin lebih update daripada buku data alumni- untuk dapat membantu mencari kerja. Pemberi kerja kadang memposting lowongan kerja di media sosial mereka untuk mendapatkan kandidat yang tidak jauh dari circle mereka.
ADVERTISEMENT
Jika Kita Adalah Alumni Pemberi Kerja
Pandemi ini memberikan kita pelajaran untuk semakin berempati dan mengeratkan simpul sosial kita. Jika bisnis yang kita lakukan masih sustain dan tidak terlalu terdampak oleh pandemi, tidak ada salahnya menimbang kembali kemungkinan untuk membuka lowongan kerja agar dapat membantu pemerintah menyerap angkatan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran.
Jika kondisinya belum memungkinkan untuk itu, kita dapat mencoba memberikan bantuan dengan menghubungkan pencari kerja dengan relasi kita yang lain yang mungkin bisa membantu. Jika tidak juga, mungkin kita bisa membantu pencari kerja untuk meningkatkan skill dan pengalaman sehingga kompetensinya meningkat dan siap bekerja dengan lebih optimal ketika sudah menemukan kesempatan.
Tidak hanya untuk pencari kerja, mahasiswa yang masih berkutat di perkuliahan pun bisa kita dukung dengan kegiatan professional mentoring agar mereka lebih siap ketika masuk dunia pasca kampus. Apalagi fasilitas komunikasi dan belajar jarak jauh ini juga berkembang pesat.
ADVERTISEMENT
Jika Kita Masih Di Bangku Kuliah
Membangun jejaring sedini mungkin adalah pilihan yang tepat. Jika kita menerima suatu beasiswa, kita bisa membangun dan mempertahankan jejaring antar penerima beasiswa tersebut. Teman organisasi, teman satu jurusan atau fakultas kuliah, ataupun teman lintas fakultas, mungkin kelak akan jadi teman kita berkolaborasi secara profesional di dunia kerja.
Performa optimal perlu diaplikasikan di setiap aktivitas yang kita lakukan. Jika kita punya track record yang kurang baik, mungkin kelak kita akan tidak cukup percaya diri untuk bertemu kembali di dunia profesional, walaupun itu bukan tujuan utama kita ketika kita memberikan kinerja terbaik.
Pandemi ini membuka mata kita untuk lebih menyadari bahwa kita perlu mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk di masa depan. Dan menyadari bahwa kita tidak sendiri di dunia ini dan di masa depan, sehingga ada komponen yang perlu kita bangun dan kembangkan, yaitu networking atau jejaring. Namun perlu dipahami bahwa yang kita butuhkan bukan sekadar jejaring yang luas, tetapi juga jejaring yang terpelihara dengan baik dan memberi banyak dampak positif bagi kita dan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT