Konten dari Pengguna

Sejarah Rumah Tenun-Kampung Bandar Pekanbaru,Riau

Tivany Adelya
Mahasiswa Universitas Islam Riau Prodi Administrasi Bisnis
2 Januari 2025 18:37 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tivany Adelya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Milik Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Milik Pribadi
ADVERTISEMENT
PENDAHULUAN
Salah satu potensi ekonomi yang dikembangkan yaitu pariwisata. Untuk itu pembangunan kepariwisataan merupakan suatu hal yang diperlukan bagi daerah-daerah yang menjadikan sektor pariwisata menjadi unggulan dan andalan daerah. dengan berbasis pada sumber daya alam, sumber daya budaya, obyek daya tarik buatan dan sumber daya lain yang mendukung. Kampung Bandar yang dulunya dikenal dengan Kampung Bukit adalah sebuah tapak tanah dalam lintasan sejarah lahirnya Pekanbaru, telah mengubah citra dirinya menjadi sebuah wilayah administrasi pemerintahan setingkat kelurahan dalam wilayah teritorial Pemerintah Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jumlah kunjungan wisatawan domestik terjadi peningkatan kunjungan setiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan domestik ke rumah tenun pucuk rebung Hj.Yahya sangat beragam seperti kunjungan dari sekolah maupun universitas luar daerah dan aktifitas promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini berjudul “Sejarah Rumah Tenun-Kampung Bandar Pekanbaru,Riau”, dengan tujuan untuk mengetahui sejarah Rumah Tenun Kampung Bandar sebagai daya tarik Wisata budaya di Kota Pekanbaru dan untuk mengetahui permasalahan terkait sejarah berdirinya Rumah Tenun Kampung Bandar sebagai daya tarik wisata budaya di Pekanbaru. Strategi promosi yang digunakan Rumah Tenun Kampung Bandar saat ini yaitu menggunakan media online WhatsApp dan Instagram sebagai media promosi, promosi offline melalui kolega, kartu nama sebagai media promosi, baliho, surat kabar, dan lain-lain. Bentuk kegiatan promosinya yaitu ikutserta dalam kegiatan event maupun pameran pariwisata dan UMKM. Bentuk promosi tidak langsung dari rumah tenun ini yaitu adanya penelitian-penelitian terkait rumah tenun serta video oleh youtuber yang berkunjung ke rumah tenun. Permasalahan terkait promosi rumah tenun sebagai daya tarik wisata budaya yaitu promosinya tidak massif dikarenakan jarangnya dilakukan publish berita dan informasi terkait rumah tenun, tidak memiliki katalog produk, tidak memiliki program loyalty pelanggan, tidak bekerjasama dengan travel bloger dan influencer lokal dalam promosi, koordinasi dengan Pokdarwis Kampung Bandar kurang berjalan dengan baik, serta tidak melakukan promosi maupun penyuluhan ke sekolah maupun kampus guna meningkatkan kedasaran generasi muda terhadap seni tenun tradisional dan rumah tenun sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
PEMBAHASAN
Foto Milik Pribadi
Rumah Tinggi atau lebih dikenal sebagai rumah tenun, adalah tempat produksi kain tenun Melayu di Kampung Bandar, Senapelan, Pekanbaru Riau.
Rumah Tinggi atau lebih dikenal sebagai rumah tenun, adalah tempat produksi kain tenun Melayu di Pekanbaru. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan tempat bongkar muat barang. Rumah Tenun Kampung Bandar ini sudah dibangun pada tahun 1887. Pemilik adalah H Yahya, yang berprofesi sebagai seorang pengusaha getah ternama. Dimasa perjuangan merintis kemerdekaan, rumah ini banyak memiliki peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Faktanya, dahulu rumah tenun dijadikan gudang logistik dan dapur umum di masa awal perang kemerdekaan. Diperkirakan dibangun pada tahun 1887 dan didiami oleh H. Yahya seorang tauke getah karet temama masa itu bersama istrinya Zainab beserta lima ar yaitu H. Abdul Hamid Yahya yang juga merupakan satu pejuang perintis kemerdekaan Indonesia Ramzah Yahya, Kamsah Yahya, Hj Ramnah Yahya dan Nurisah Yahya.
ADVERTISEMENT
Pada masa Pra Kemerdekaan rumah ini pemah dijadikan basis Pejuang Fisabilillah sekaligus menjadi gudang logistik dan dapur umum. Namun karena alasan keamanan maka dipindahkan ko suraulithash yang terletak di jalan senapelan. Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1958 rumah lini kemüdian difungsikan sebagai salah satu markas sekaligus tempat tinggal Tentara Nasional Indonesia Pusat di era penumpasan pem berontakan PRRI di Sumatera Bagian Tengah khususnya Propinsi Riau.
Selain itu rumah ini juga pernah ditempati oleh KH Muhammad Sech seorang Imam Besar Masjid Raya Nur Alam/Masjid Raya Pekanbaru yang juga menjabat sebagai kadi yang diangkat langsung oleh Sultan Siak pada masa Sultan Syarif Qasim beliau merupakan salah satu menantu dari H. Yahya, Selanjutnya rumah ini ditempati oleh anak H. Yahya yaitu Hj. Ramnah Yahya yang bersuamikan H. ibrahim beserta keempat anaknya Dan semasa ditempati oleh Hj. Ramnah Yahya rumah ini digunakan untuk aktifitas mengajar anak-anak mengaji, bertenun dan monokat, beliau juga berlaku sebagai Mak Andam helat perkawinan adat kemudian rumah ini ditempati oleh seorang anak Hj. Ramnah Yahya bernama Yusuf Ibrahim kemudian setelah memiliki rumah sendiri rumah ini sempat ditinggalkan kosong. Saat ini rumah ini dimanfaatkan untuk kegiatan menenun khususnya bagi ibu-ibu ataupun remaja. Hingga saat ini, tempat tersebut dijadikan sebagai tempat produksi tenun di Pekanbaru.Untuk membuat sebuah tenun, pengerjaannya menggunakan gerakan tangan serta gerakan kaki. Kain yang berhias benang sutra berwarna emas dengan motif khas Pekanbaru ini, dibuat dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang khas dan dioperasikan secara manual. Terdengar suara kayu beradu dari rumah itu dan dari jendelanya yang terbuka terlihat helaian kain dan benang berjejer rapi. Rumah tersebut berisi enam unit alat tenun tradisional atau yang lebih dikenal sebagai Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
ADVERTISEMENT
Di tempat ini, kita bisa melihat proses pembuatan kain tenun Melayu, alat pembuatan, hingga membeli kain tenun yang sudah jadi, seperti syal, sarung, dan selendang. Ruhaya (44) salah satu penduduk Kampung Bandar yang sudah tujuh tahun menekuni pekerjaan ini, mengatakan belajar menenun tenun Siak tidak butuh waktu yang lama. ''Menenun ini enggak sulit, asalkan sudah tahu caranya. Dulu ada pelatihan satu bulan buat belajar caranya, setelah itu tinggal memahirkannya saja. Memahirkannya butuh waktu setahun,'' tuturnya. Kain tenun bermotif benang emas ini dibuat dengan berbagai corak, corak dasarnya adalah Siku Keluang, Siku Awan, Pucuk Rebung, Tampuk Manggis, Itik Pulang Petang, dan Lebah Bergayut. Benang emas yang digunakan untuk membuat kain tenun ini berasal dari benang emas sutra yang diimpor langsung dari Singapura. Ruhaya menyebut meski menggunakan motif untuk panduan membuat corak, dia merasakan masih ada corak tersulit untuk ditenun yakni Siku Keluang. "Motifnya padat, jadi harus konsentrasi dan teliti," ujarnya. Warna kain tenun Siak pada dasarnya adalah merah, kuning, hijau, dan untuk para raja biasanya menggunakan warna kuning dan hitam. Tetapi, di zaman dulu, penggunaan kain tenun ini harus disesuaikan dengan warnanya, dan tidak sembarangan, setiap warna memiliki makna yang berbeda dalam budaya Melayu. Misalnya warna kuning yang berarti kesucian dan kekuasaan, hitam yang berarti pengabdian dan keperkasaan, putih juga dapat diartikan sebagai lambang kesucian dan juga sebagai tanda berkabung, merah berarti keberanian, hijau berarti kesuburan dan keramahan, emas yang artinya kemegahan, dan biru yang diartikan sebagai kekuasaan atas lautan. Kain tenun Siak umumnya berukuran dua meter dengan lebar 115 sentimeter. Proses pembuatan kain ini umumnya berkisar tujuh sampai sepuluh hari per kainnya. Harga kain tenun yang dijual bervariasi. Kain dengan ukuran 2 meter dijual dengan harga Rp 700.000 hingga jutaan rupiah. Di sini juga, ada selendang tenun cantik yang dapat dibeli seharga Rp 50.000. Dan untuk mendapatkan kain tenun khas Pekanbaru ini, kamu mesti merogoh kocek sekitar Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta per kainnya sesuai dengan tingkat kesulitan motifnya. Menurut penuturan Ruhaya, sepasang kain tenun Siak dapat dihargai mulai dari Rp 1,6 juta. Kain ini terdiri dari selendang, kain tenun untuk wanita dan kain tenun untuk pria. Kegiatan menenun yang saat ini menjadi bagian dari budaya penduduk Pekanbaru di Kampung Bandar berawal dari keinginan Sultan Terengganu yang ingin memberikan kesibukan yang bermanfaat bagi para anak gadis Melayu di Pekanbaru. Ia ingin agar gadis Melayu bisa menghasilkan hal yang bermanfaat dan bernilai ekonomis, sehingga Sultan Terengganu mengundang seorang ahli tenun langsung dari Terengganu. Rumah ini memiliki banyak kisah sejarah, seperti menjadi dapur umum dan gudang logistik pada masa penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatera Bagian Tengah hingga menjadi rumah tinggal menantu H. Yahya yaitu KH. Muhammad Syech, imam besar Masjid Raya Pekanbaru yang juga pernah menjabat sebagai kadhi (hakim perkara) Sultan Siak pada masa pemerintahan Sultan Syarif Qasim.
ADVERTISEMENT
A. Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu kegiatan untuk melakukan perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan tujuan lainnya.
1) Aspek fisik
Aspek fisik menunjukan pandangan pembaharuan rumah tenun pucuk rebung hj yahya, yang melibatkan menjaga bangunan dalam kondisi baik, menciptakan lingkungan kebersihan kenyamanan, dan merehabilitas bangunan serta serta melihat kondisi jalan.
2) Aspek sosial
Aspek sosial memerlukan lokasi yang dapat digunakan dimana warga dan turis (wisatawan) bisa menikmati jalan-jalan, belajar dan menghabiskan waktu bersama pengrajin tenun.
ADVERTISEMENT
3) Aspek ekonomi
Aspek ekonomi menyiratkan bahwa perkembangan property tidak cukup untuk mendorong pengelola dan pengunjung yang datang di karenakan kurangnya suatu promosi, dan alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kain tenun.
B. Objek Wisata
Menurut Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian obyek wisata adalah segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilaiyang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Kain tenun merupakan pelestari budaya yang sudah mendunia, dimana kain tenun ini telah termasuk kedalam world heritage. Menurut ibid (2012) dalam bukunya yang berjudul world heritage,dibagi menjadi dua unsur yaitu :intangible heritage(abstrak) merupakan heritage yang tidak dapat disentuh karena bukan merupakan benda berwujud ( bahasa, ritual, music, tarian, kepercayaan) dan tangible heritage(konkrit) merupakan heritage benda terwujud atau yang dapat disentuh. Jadi kain tenun ini termasuk dalam unsur intangible heritage karena kain tenun ini tidak dapat disentuh atauwarisan budaya tak benda (WBTB) yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2013.
ADVERTISEMENT
C. Sejarah Kampung Bandar
Sejarah perkembangan kelurahan kampung bandar, yang sebelumnya bernama kampung bukit, adalah sebuah kawasan kota lam dan titik nol dalam lintasan sejarah lahirnya pekanbaru. Sosok tua kelurahan kampung bandar telah menjadikannya sebagai teras penghubung khazanah dalam pencitraan kawasan yang memikat dan melahirkan akulturasi budaya yang heterogen di dalam komunitas masyarakat kampung bandar yang lazim disebut puak senapelan. Kata senapelan itu sendiri telah ditafsirkan dari berbagai sumber cerita, antara lain "sungai polan" dan "chinapala". Bermula dari jejak sejarahnya di masa lalu sebagai pusat pemerintahan maupun perdagangan di abad ke 16, jauh sebelum pekan yang baharoe ini terakhir, kawasan ini sudah dihuni oleh sekumpulan masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Batin Senapelan dan membuat pemukiman disekitar sungai Senapelan.
Foto Milik Pribadi
KESIMPULAN
ADVERTISEMENT
Revitalisasi objek wisata rumah tenun pucuk rebung Hj.Yahya kampung bandar kecamatan senapelan kota pekanbaru masih kurang karena kurang terkelolanya rumah tenun ini mulai dari aspek fisik, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Untuk pemerintah, belum bisa membantu semaksimal mungkin dikarenakan tanah atau lahan rumah tenun pucuk rebung masih berstatus kepemilikan pribadi. Terdapat hambatan-hambatan revitalisasi rumah tenun pucuk rebung Hj.Yahya Kampung Bandar Kecamatan Senapelan yaitu kondisi lingkungan yang terletak dilokasi padat penduduk, masyarakat sekitar yang kurang memperhatikan kondisi rumah, dan tidak ada bantuan dari pemerintah.Meskipun Rumah Tenun ini sudah menjadi ikon budaya, tantangan terbesar adalah menjaga regenerasi pengrajin. Banyak generasi muda yang kurang tertarik melanjutkan tradisi ini karena menganggapnya tidak sejalan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk menjadikan Rumah Tenun Kampung Bandar sebagai pusat kebudayaan yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya Rumah Tenun Kampung Bandar, Pekanbaru tidak hanya dikenal sebagai kota modern, tetapi juga sebagai penjaga tradisi Melayu yang kaya. Tempat ini menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan warisan budaya untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
167210441. (n.d.).
Meidya, O. :, Hastanto, R., Sofia, H., Si, A. M., Ilmu, J., Program, ±, & Pariwisata, S. (2016). POTENSI WISATA BUDAYA DI KAMPUNG BANDAR SEBAGAI IKON WISATA KOTA PEKANBARU. In JOM FISIP (Vol. 3, Issue 2).
Sitorus Pembimbing, R., Sulistyani, A., Ilmu Administrasi -Program Studi Pariwisata, J., Bina Widya Jln Soebrantas KM, K. H., & Baru Pekanbaru, S. (2017). REVITALISASI OBJEK WISATA RUMAH TENUN PUCUK REBUNG HJ YAHYA KAMPUNG BANDAR KECAMATAN SENAPELAN KOTA PEKANBARU. In JOM FISIP (Vol. 4, Issue 2).
ADVERTISEMENT
Helinsa rasputri, & salmah. (2018, March 27). Mengunjungi Rumah Tinggi,Pusat Tenun Pekanbaru Yang Bernilai Sejarah. KUMPARANTRAVEL.
Nefri Inge. (2021, December 2). Rumah Tenun Kampung Bandar,Saksi Bisu Kemerdekaan Indonesia. MELAYU PEDIA.