Konten dari Pengguna

Kehadiran AI dan Kaitannya dengan Jurnalisme

Tiyas Febriyanti
Saya seorang mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta program studi jurnalistik. Menulis bukan hanya soal fakta, tetapi juga keindahan di dalamnya.
27 Oktober 2023 17:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiyas Febriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Duduk di bangku kuliah, menempuh pendidikan tinggi dengan minat yang sudah dicita-citakan memang bukanlah kesempatan yang semua orang bisa rasakan. Menyelami lautan ilmu sedalam mungkin dan mengaplikasikannya pada kehidupan masyarakat adalah wujud pengabdian mahasiswa terhadap ilmu yang sudah dipelajarinya.
ADVERTISEMENT
Berbagai perguruan tinggi tentu menawarkan banyak jurusan yang bisa menjadi pilihan bagi para calon mahasiswa ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda, tak ayal mengapa ada beberapa kasus jurusan yang ramai peminat dan begitupun sebaliknya.
Tidak hanya itu, istilah "salah jurusan" pun menjadi momok yang seakan menjadi hal yang wajar. Bahkan terasa aneh jika justru mahasiswa tidak merasa bahwa dirinya berada di tempat yang salah dengan segala bentuk permasalahan yang dialami selama perkuliahan.
Hal itu merupakan bagian dari bentuk adaptasi dengan budaya kuliah yang jauh berbeda ketika duduk di bangku sekolah. Mulai dari segi waktu, pertemanan, belum lagi harus mengenal berbagai karakter dosen, dan jangan lupakan bagaimana bentuk tugas yang bisa dibilang menguras isi kepala.
ADVERTISEMENT
Ketika sudah memutuskan untuk memilih suatu jurusan yang akan ditempuh selama beberapa tahun ke depan, itu artinya sudah ada proses yang panjang dan riset yang dilakukan sebelumnya. Ada banyak pertimbangan yang matang dan alasan yang kuat mengapa orang-orang memilih jurusan A, B atau bahkan Z.
Prospek kerja setelah lulus, minat dan latar belakang pendidikan saat duduk di bangku menengah atas menjadi pertimbangan kuat bagi para calon mahasiswa dalam memilih jurusan. Hadirnya lembaga survei mengenai perkuliahan pun bisa menjadi wadah bagi calon mahasiswa dalam menentukan jurusan.
Survei yang kini menjadi perhatian di kalangan mahasiswa adalah terkait jurusan yang paling disesali setelah lulus. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh ZipRecruiter terhadap lebih dari 1500 lulusan perguruan gi tinggi yang sedang mencari pekerjaan, Jurnalisme menempati urutan teratas dengan persentase 87%. Angka yang besar jika dibandingkan dengan beberapa jurusan di bawahnya seperti sosiologi, seni dan juga pendidikan.
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta Sedang Praktik Fotografi. Foto: Tiyas Febriyanti
Persentase untuk dapat bekerja sesuai bidang mulai menurun lantaran sudah diambil alih oleh para robot dan mesin. Baru-baru ini muncul kecanggihan teknologi Artificial intelligence (AI) presenter yang diperkenalkan oleh salah satu stasiun swasta di Indonesia. Hadirnya AI presenter tentu menjadi kekhawatiran para news anchor atau Jurnalis di mana posisinya perlahan akan tergeser oleh hadirnya teknologi buatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Terbitnya berbagai jenis Chat GPT saat ini juga menambah kekhawatiran di beberapa kalangan. Chat GPT sendiri merupakan fitur chatbot yang menawarkan berbagai kemudahan kepada penggunanya dengan perintah yang diajukan. Proses kerjanya pun terbilang mudah, hanya dalam hitungan detik pengguna akan langsung mendapatkan jawaban dari apa yang ditanyakan. Di beberapa contoh kasus, Chat GPT dapat digunakan untuk menjawab persoalan tugas, mencari data atau informasi, dan segala hal berbau kepenulisan.
Ilustrasi Jurnalis. Foto: Pixabay.com
Sebagai mahasiswa jurnalisme, tulis menulis seakan sudah menjadi makanan pokok yang harus dikuasai. Belajar mencari informasi dengan data dan fakta lalu dituangkan baik dalam bentuk berita, feature, atau artikel. Hadirnya Chat GPT memang bisa dianggap sebagai penolong, tetapi tidak menutup kemungkinan juga sebagai ancaman. Profesi seperti copywriter maupun content writer juga sewaktu-waktu dapat tergantikan oleh adanya sistem chatbot.
ADVERTISEMENT
Artificial intelligence (AI) memang menguntungkan bagi perusahaan media. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menggaji karyawan jika semua yang dikerjakan berbasis teknologi. Cukup pengeluaran untuk biaya perawatan dan beberapa karyawan yang ahli di bidang teknologi itu sendiri.
Begitu banyak yang dikhawatirkan baik mahasiswa maupun lulusan Jurnalisme. Selain karena semakin sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, banyak juga yang mengeluhkan gaji dari pekerjaan yang diembannya. Besarnya gaji yang diterima tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan. Jurnalis dituntut untuk bisa melakukan semua hal, mencari sumber informasi, menulis, serta melaporkan atau meliput berita.
Meskipun jam terbang dan pengalaman bisa menjadi penentu besaran gaji yang diterima. Namun sangat disayangkan di beberapa contoh kasus para pekerja digaji dengan cukup rendah bahkan ada juga yang tidak mendapatkan apa yang sudah menjadi haknya.
ADVERTISEMENT
Lahirnya teknologi yang kian canggih dan modern memang menjadi kabar baik bagi masyarakat. Ada banyak kelebihan yang ditawarkan, tetapi tidak menutup kemungkinan di balik itu semua ada pihak-pihak yang merasa terancam bahkan dirugikan. Untuk itu, kita harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar tidak tersingkirkan.