Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Peran Perhimpunan Indonesia dalam Pergerakan Nasional
28 Maret 2022 19:43 WIB
Tulisan dari Tiza Titania Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perhimpunan Indonesia merupakan salah satu organisasi pelopor pergerakan nasional bangsa Indonesia. Awalnya, organisasi ini bernama Indische Vereeniging, kemudian pada tahun 1922 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Pelopor berdirinya Perhimpunan Indonesia adalah R N.Noto Suroto bersama dengan Sutan Kasayangan. Pada saat itu, terdapat banyak lulusan Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di Belanda. Kemudian, mereka memiliki pemikiran untuk mendirikan organisasi perkumpulan dimana anggotanya para mahasiswa yang berasal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang mendasari berdirinya Perhimpunan Indonesia adalah organisasi-organisasi yang sebelumnya berdiri yaitu Budi Utomo dan Indische Partij dirasa kurang sesuai. Hal tersebut karena kedua organisasi tersebut mayoritas anggota-anggota yang berperan di dalamnya berasal dari kalangan priyayi, Indo- Belanda, dan beberapa etnis tertentu. Seiring berjalannya waktu, Perhimpunan Indonesia mulai menyebarkan pemikirannya terhadap berbagai persoalan yang terjadi di tanah air dalam ranah politik. Hal tersebut terjadi sejak Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo, serta Douwes Dekker bergabung dalam Perhimpunan Indonesia pada tahun 1913.
Setelah kehadiran tiga tokoh tersebut, mereka dapat menegakkan kembali asas dan tujuan Indische Partij yang sebelumnya sudah tidak berlaku di Indonesia. Ketiga tokoh tersebut mengadakan perbandingan yang berisikan :
ADVERTISEMENT
1. Kehidupan ekonomi atas negara mereka sendiri.
2. Perlakuan yang dirasa tidak adil oleh bangsa Belanda kepada bangsa Indonesia, baik yang terjadi di negara Indonesia sendiri maupun di negeri Belanda.
3. Permasalahan yang menyangkut tentang kekosongan janji pada November 1919 (November Bilofte) yang berkaitan dengan perubahan struktur pemerintahan Indonesia.
4. Peristiwa Perang Dunia I, yaitu pada tahun 1914-1919 yang menyebabkan adanya semboyan baru dunia yaitu “The Right of Selfdetermination” yang memiliki makna terhadap hak tiap bangsa untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Gagasan Perhimpunan Indonesia berkaitan dengan persatuan dan nasionalisme. Gagasan tersebut meluas hingga ke Hindia Belanda, bukan hanya di negeri Belanda saja. Hal tersebut menyebabkan organisasi-organisasi pergerakan nasional yang berada di tanah air terpengaruh oleh pemikiran tersebut. Mereka yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda sadar bahwa mereka adalah kesatuan bangsa, meskipun memiliki beragam perbedaan. Kesadaran tersebut yang menjadi latar belakang peristiwa Sumpah Pemuda. Perhimpunan Indonesia menjadi semakin reaksioner ketika Hatta menjabat sebagai ketua pada tahun 1926. Berbagai tuntutan terkait kemerdekaan semakin gencar dilakukan, sehingga hal tersebut membuat menteri di tanah jajahan merasa khawatir. Pada tanggal 27 September Hatta, Ali Sastroamidjoyo, Abdul Majid, serta Nadzir ditangkap oleh pengadilan wilayah Den Haag.
ADVERTISEMENT
Namun, pada saat di persidangan keempat tokoh tersebut dinyatakan tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan. Setelah adanya kasus tersebut Hatta tetap menjadi anggota Perhimpunan Indonesia, namun hanya sedikit waktu yang diluangkan pada organisasi tersebut. Hingga pada akhirnya Hatta dikeluarkan dari Perhimpunan Indonesia pada tahun 1931 dengan alasan karena ia tidak mampu menyesuaikan diri terhadap peraturan yang ditegakkan dalam organisasi tersebut. Peraturan tersebut yaitu apabila seseorang akan mengeluarkan pendapat maka wajib untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu. Namun, dengan dikeluarkannya Hatta sebagai anggota Perhimpunan Indonesia perlahan-lahan organisasi tersebut justru semakin melemah dan berada di ujung tanduk. Hingga akhirnya organisasi Perhimpunan Indonesia berakhir karena telah kehilangan sosok organisator utama yang merupakan nyawa dalam Perhimpunan Indonesia.
ADVERTISEMENT