Konten dari Pengguna

The Power of Pembisik dan Keteguhan Hati

4 Februari 2020 10:51 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tomi Satryatomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden ke-2 RI Soeharto. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden ke-2 RI Soeharto. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
"Saya ini semakin tua, tetapi biarpun begitu, saya ini kan orang top hehehe. Tetapi top dengan dua huruf P. Artinya, daripada kata itu adalah 'Tua Ompong Peot Pikun', hehehe!" begitu kata Pak Harto pada awal 1990.
ADVERTISEMENT
Ini isyarat serius untuk mengundurkan diri. "Keinginan untuk tidak lagi dicalonkan sebagai presiden sungguh-sungguh keluar dari sanubari beliau," tulis Sumardjono, ajudan terakhir Pak Harto, dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories' (2011).
Bukan hanya pak Harto yang berkehendak mundur. Mantan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Mien Sugandhi, mengungkapkan pada 1996 bu Tien Soeharto juga mengatakan berkali-kali tidak ingin suaminya menjabat lagi sebagai presiden.
"Tiba-tiba Ibu Tien berkata kepada saya, 'Tolong katakan kepada ..... (Ibu Tien menyebut seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua'," kata Mien Sugandhi, menirukan ucapan Ibu Tien dalam suatu acara Golkar.
Ujian
Soeharto, Presiden ke-2 Indonesia. Foto: John Gibson/AFP
Tapi beberapa pembantu Pak Harto meyakinkan beliau untuk menjadi Presiden RI kembali. “Mayoritas rakyat Indonesia tetap menghendaki Bapak Haji Muhammad Soeharto untuk dicalonkan menjadi Presiden masa bakti 1998-2203,” kata pimpinan partai penguasa saat itu. Hati Pak Harto goyah. Ia berubah pikiran dan menerima pencalonan kembali sebagai Presiden.
ADVERTISEMENT
Dua bulan setelah dilantik, pak Harto mengundurkan diri akibat gelombang reformasi dan para menterinya tidak mau bekerjasama lagi. Maksud hati untuk husnul khatimah (mengakhiri masa pengabdian dengan baik) apa daya jadinya su’ul khatimah.
Sejarah penuh dengan pelajaran tentang para pemimpin/penguasa yang goyah karena rayuan fatamorgana dari orang-orang dekatnya. Kisah-kisah mulai dari Bharatayudha hingga serial fiksi Game of Thrones menunjukkan bagaimana peran orang-orang dibalik layar ini untuk mempengaruhi keputusan penguasa, dengan berbagai alasan. Pada titik inilah, keteguhan hati dan kenegarawanan seorang tokoh politik diuji.
Menjelang akhir masa jabatan keduanya sebagai Presiden RI, Pak SBY pernah dirayu untuk memperpanjang masa jabatan. Ada yang mengusulkan perpanjangan setahun. Ada pula yang mengusulkan agar sidang MPR dibuat tidak memenuhi kuorum, supaya tidak memenuhi syarat untuk melantik Presiden terpilih.
ADVERTISEMENT
Pak SBY teguh memegang prinsipnya. "Tidak ada niat utk memperpanjang jabatan saya sbg Presiden. Satu hari pun tidak. 10 tahun sudah sangat cukup & saya syukuri," tulis Pak SBY dalam akun media sosialnya.
Indonesia pun mencatat sejarah baru. Untuk pertama kalinya kekuasaan berganti dengan damai dan mulus dari Presiden ke-6 RI SBY pada Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
Isyarat Pandito Ratu
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Usai jadi Presiden, pak SBY terlihat lebih banyak fokus membesarkan kembali Partai Demokrat. Tapi seiring perjalanan usia ditambah kepergian almarhumah bu Ani Yudhoyono pada Juni 2019, ia memberi sinyal ingin mundur dari politik praktis.
Dalam acara ‘Mengenang Setengah Tahun Berpulangnya Almarhumah Ani Yudhoyono’ tanggal 1 Desember 2019 di Gunung Geulis, Bogor, pak SBY mengibaratkan dirinya tengah berada di lembah sunyi.
ADVERTISEMENT
“Di lembah sunyi itu sesekali membunyikan seruling, saran dan pandangan yang baik, rakyat Indonesia mungkin akan mendengarkan itu. Jika serulingnya indah, maka yang mendengarkan pun tetap indah," kata pak SBY.
Dalam hasanah politik Jawa, ini isyarat pak SBY ingin jadi pandito ratu atau menjadi guru bangsa, melepaskan diri dari hiruk-pikuk politik sehari-hari.
“Dalam tradisi Jawa, umumnya penggeseran itu dimulai dari ratu ke pandito. Tidak pernah ada presendence yang sebaliknya: seorang pandito kemudian menjadi ratu. Yang ada ialah ratu yang lengser kalenggahan (meninggalkan alam ramai) untuk mandito (menjadi pandito), dan tinggal di lereng-lereng gunung. Resi Begawan Abiyoso, pandito sakti yang membuka padepokan di Sapta Arga, itu dulunya seorang raja agung binatara di Astina,” tulis budayawan Moh. Sobary (1992).
ADVERTISEMENT
Regenerasi
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Di sisi lain, isyarat ini juga bisa dibaca sebagai kehendak Pak SBY melakukan regenerasi di tubuh Partai Demokrat dengan baik dan mulus. Sejarah partai-partai politik di Indonesia menunjukkan proses transisi kekuasaan ini hampir selalu menjadi titik lemah.
Pada banyak kasus ini berujung pada perpecahan partai yang melemahkan. Sejumlah partai sirna tergulung gelombang sejarah, baik partai nasionalis maupun berbasis agama, gara-gara ini.
Ini pula rupanya yang membuat elite di banyak Parpol besar ragu melakukan regenerasi dan transisi. Lihat saja partai-partai pemenang pemilu 2019. Ketua-ketua umumnya berusia 68-72 tahun, padahal jumlah pemilih usia muda sudah makin besar dan akan terus membesar seiring bonus demografi di Indonesia.
Tapi melihat stok kepemimpinan di parpol-parpol ini, memang kekhawatiran tersebut masuk akal. Belum terlihat penerus yang punya elektabilitas setinggi para orang tua yang menjabat ketua-ketua umum parpol ini.
ADVERTISEMENT
Bukan kebetulan jika Partai Demokrat saat ini berada dalam posisi yang paling tepat untuk melakukan regenerasi. Politisi-politisi muda bermunculan di level daerah maupun nasional, termasuk Agus Harimurti Yudhoyono (40) yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.
AHY lolos dari ujian sebagai Komandan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu 2019. Meski terbelah perhatiannya karena ibunya, Ani Yudhoyono, divonis kanker agresif dan wafat lima bulan kemudian, AHY memimpin partainya mematahkan prediksi bahwa PD hanya akan memperoleh 4-5 % suara, bahkan ada yang memperkirakan tak lolos ambang batas parlemen.
Tanpa kehadiran Pak SBY sebagai magnet kampanye, PD meraih 7,7 % suara, yang dikonversi menjadi 9,7 % kursi di DPR RI, masih masuk target semula 10 %. Elektabilitas AHY sendiri stabil pada angka tinggi sejak terjun ke dunia politik pada akhir 2016 sampai sekarang. Ini modal penting dalam kancah politik Indonesia yang masih mengandalkan ketokohan.
ADVERTISEMENT
There’s nothing permanent except change,” kata filsuf Yunani Heraclitus. Kehendak Pak SBY untuk menyepi, melantunkan nasihat dari lembah sunyi, patut dihormati.
Demikian pula keinginan untuk melakukan transisi yang mulus pada generasi kepemimpinan berikutnya yang sudah teruji dan diakui publik. Jangan sampai ada pembisik yang membelokkan kehendak sejarah ini, apalagi untuk kepentingan pribadi. Nasihat Bung Karno patut selalu diingat, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah.”