Konten dari Pengguna

Kenapa Kita Harus Beralih ke Mobil Listrik?

Tomi Syavitra
Tomi Syavitra Konsultan E-commerce No 1 di Indonesia. Dari tahun 2005 menjadi Konsultan Pengembangan Bisnis perusahaan, startup di Indonesia. Spesialisasinya E-Commerce, Startup. Saat ini juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perbanas Institute
20 Mei 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tomi Syavitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Hyundai Ioniq 5. Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/jalan-pemandangan-lanskap-lansekap-20787788/
zoom-in-whitePerbesar
Foto Hyundai Ioniq 5. Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/jalan-pemandangan-lanskap-lansekap-20787788/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendahuluan
Sejak tahun 1996 hingga 2023, impor minyak Indonesia terus meningkat, membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga 19%. Meskipun Indonesia merupakan produsen minyak mentah, ketidakmampuan kilang domestik untuk memproses seluruh produksi minyak menyebabkan ketergantungan pada impor, terutama dari Singapura. Artikel ini mengeksplorasi alasan di balik ketergantungan ini dan mengusulkan mobil listrik sebagai solusi potensial.
ADVERTISEMENT
Metodologi
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dari berbagai sumber online, termasuk laporan industri, data pemerintah, dan publikasi akademik. Data kuantitatif mengenai impor minyak dan penjualan mobil listrik di Indonesia dianalisis untuk mengidentifikasi tren dan potensi masa depan.
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Impor BBM
Impor minyak Indonesia terus meningkat dari 9.3499 ribu ton minyak mentah dan 10.1338 ribu ton hasil minyak pada tahun 1996 menjadi 17.8355 ribu ton minyak mentah dan 27.3738 ribu ton hasil minyak pada tahun 2023. Total impor minyak tahun 2023 mencapai US$3583 miliar atau Rp 57618 triliun, membebani hampir 19% APBN.
Alasan Ketergantungan pada Impor BBM
Meskipun memiliki sumber daya minyak yang melimpah, kilang minyak Indonesia tidak mampu memproses seluruh produksi minyak domestik. Akibatnya, minyak mentah dijual ke Singapura, diolah di sana, dan diimpor kembali ke Indonesia. Kilang-kilang besar di Singapura, seperti Shell Pulau Bukom Refinery dan ExxonMobil Jurong Island Refinery, memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan kilang di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Potensi Mobil Listrik sebagai Solusi
Mobil listrik menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Sebagai contoh, 1 kilowatt-hour (kWh) listrik dapat menempuh jarak 85 kilometer, sementara 1 liter bensin hanya dapat menempuh 10 kilometer. Dengan tarif listrik sekitar Rp 2.500/kWh di SPKLU, biaya untuk menempuh 10 kilometer dengan mobil listrik hanya Rp 3.000, jauh lebih murah dibandingkan Rp 13.500 untuk 1 liter bensin.
Perkembangan Mobil Listrik di Indonesia
Sejak 2012, perkembangan mobil listrik di Indonesia mengalami hambatan infrastruktur dan harga. Namun, minat masyarakat mulai tumbuh seiring dengan keunggulan mobil listrik dalam hal lingkungan, efisiensi, dan insentif pemerintah. Data menunjukkan peningkatan signifikan penjualan mobil listrik dari 121 unit pada 2020 hingga hampir 70% lebih pada Mei 2021.
ADVERTISEMENT
Investasi Produsen Mobil Listrik: Studi Kasus Hyundai
Hyundai melakukan investasi besar di Indonesia dengan membangun dua pabrik baterai di Cikarang dan Karawang. Investasi ini mencerminkan komitmen Hyundai untuk memperkenalkan mobil listrik baru setiap tahun, mempercepat penetrasi elektrifikasi di Indonesia. Model seperti Hyundai Ioniq 5 dan Kona Electric telah menjadi pilihan populer di pasar domestik.
Perubahan Mindset Produsen dan Konsumen
Penjualan mobil listrik di Indonesia masih menghadapi tantangan harga yang tinggi dan preferensi konsumen terhadap mobil MPV dengan kapasitas 7 penumpang. Studi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung melihat mobil sebagai "Investment through Lifestyle," di mana mobil dianggap sebagai simbol status sosial dan investasi jangka panjang.
Kesimpulan
Transisi ke mobil listrik menawarkan solusi potensial untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak dan beban anggaran negara. Namun, untuk mencapai adopsi yang lebih luas, diperlukan perubahan mindset baik dari produsen maupun konsumen. Produsen seperti Hyundai perlu mengembangkan mobil listrik yang sesuai dengan preferensi pasar domestik, sementara konsumen perlu lebih menyadari keuntungan ekonomi dan lingkungan dari mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Referensi
Data impor minyak Indonesia (1996-2023)
Laporan penjualan mobil listrik di Indonesia (2020-2023)
Studi "The Road to Southeast Asia: A Study of Consumer Perceptions and Market Opportunities for Chinese Automotive Brands"
Publikasi dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)