Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Makanan Khas Kepulauan Kei, Dari "Lat" Hingga "Mbal"
13 Oktober 2019 19:45 WIB
Tulisan dari Tommy Bernadus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
nggur
“Ini makanan dari rumput laut”
Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Taher Hanubun menawarkan makanan kepada saya di kediaman beliau ketika saya dan sejumlah teman mendapatkan kesempatan untuk datang ke Maluku Tenggara.
ADVERTISEMENT
Makanan tersebut diambil dari dasar laut atau pantai, dan kemudian dimasak dan diberikan parutan kelapa. Semacam urap. Tapi ini berbahan rumput laut.
“Kalau di sini namanya Lat,” tambah Pak Bupati.
Saya pun mengambil beberapa sendok rumput laut ini. Ini memang bukan rumput laut yang dibudidayakan. Tapi ini adalah rumput laut yang tumbuh alami.
Ketika menyantap “Lat” ini, tidak seperti rumput laut pada umumnya yang kenyal. Ketika makan Lat ini, saya merasakan seperti pecah krenyes-krenyes di dalam mulut. Rasanya asin tapi menyegarkan.
Selain ditawarkan Lat, saya juga ditawarkan makan “Mbal” oleh pak Bupati. Pak Bupati bercerita bahwa Mbal ini merupakan makanan yang dibuat dari Singkong atau Ubi Kayu. Ubi Kayu diparut, dipress hingga kemudian di Press hingga airnya semua keluar.
ADVERTISEMENT
Makan Mbal ini, renyah dan enak. Apalagi ketika menyantapnya dibarengin dengan menyantap “Lat”, yang ternyata adalah anggur laut.
Keesokan harinya, masih di tempat yang sama, kediaman Bupati Maluku Tenggara, saya disuguhi telur ikan. Berbeda dengan telur ikan air tawar, telur ikan yang saya santap ini masih terlihat butir-butir berukuran sangat kecil.
Dan ketika disantap, dimasak agak asam tapi tidak terlampau pedas. Dan telur ikan ini, ketika dimakan, sedikit sulit mengunyahnya. Tapi rasanya itu, sangat enak membuat lidah menari bergoyang menikmati rasa khas telur ikan ini.
Lantas ini telur ikan apa? Ini ternyata adalah telur ikan “terbang”. Malah ini dibilang ikan yang merupakan lambang dari salah satu stasiun televisi swasta. Mantap betul rasanya.
ADVERTISEMENT
Di hari yang sama, di petang hari, saya kembali menyantap Mbal. Tapi kali ini Mbalnya berbeda karena dicampur dengan parutan kelapa. Rasanya lebih nikmat dibandingkan dengan hanya Mbal saya.
Saya tidak menyangka, bisa sampai di Kepulauan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku ini. Perjalanan ke Kepulauan Kei dari Jakarta, kurang lebih lima jam. Dari Bandara Halim, terbang ke Ambon terlebih dahulu.
Setelah di Ambon, saya dan teman-teman beserta pak Bupati Maluku Tenggara, melanjutkan dengan pesawat ATR. Perjalanan dari Ambon ke Kepulauan Kei ini kurang lebih 1 jam 20 menit. Jika ditambahkan dengan perjalanan dari Jakarta, hampir 5 jam.