Konten dari Pengguna

Resensi Buku 'Ronald Waas: Memimpin dari Tengah'

Muhammad Pratomo Ambar Bawono
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
29 Oktober 2023 14:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Pratomo Ambar Bawono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sampul Depan Buku Ronald Waas Memimpin dari Tengah (Dok. BI Institute)
zoom-in-whitePerbesar
Sampul Depan Buku Ronald Waas Memimpin dari Tengah (Dok. BI Institute)
ADVERTISEMENT
Penulis : Antony Lee, Edna Caroline, Nur Hidayati
ADVERTISEMENT
ISBN : 978-623-5662-21-3
Halaman : 251
Ukuran : 15x23 cm
Penerbit : BI Institute
Tahun Terbit : Januari, 2023
Membaca sebuah buku authorized biography selalu menimbulkan kesan tersendiri. Eksplorasi terhadap rentetan sejarah hidup, perjalanan karier, dan gagasannya membawa pada sebuah pengajaran. Tutur katanya yang memuat makna. Untaian ilustrasi yang menghadirkan inspirasi. Deretan kisah yang memberikan hikmah dan teladan. Semua itu saya temukan pada buku “Ronald Waas: Memimpin dari Tengah.” Sebuah buku terbitan Bank Indonesia Institute dari seri Begawanship yang didedikasikan sebagai referensi dan sumbangsih BI dalam mengabadikan institutional memory terkait pengembangan kepemimpinan nasional.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, ketika membaca judul buku ini, saya mengira akan banyak menemukan kutipan dan motivasi dari sosok yang digambarkan—Ronald Waas. Ternyata tidak, buku ini penuh dengan kisah yang mengupas Ronald Waas dalam menghayati 35 tahun meniti kariernya di Bank Indonesia. Seperti judulnya, 'memimpin dari tengah' seolah menjadi tagline yang khas dari kepemimpinan Ronald Waas. Kepiawaiannya dalam menjangkau pimpinan atas dan merangkul unsur-unsur di bawahnya membuat keseluruhan tim menjadi terorkestrasi untuk tumbuh bersama, saling melengkapi, dan memberikan kontribusi terbaik. Ronald Waas menyebut dirinya sebagai 'pemain tim'. Inspirasi ini didapat dari hobinya bermain sepak bola dimana ia gemar memposisikan diri sebagai gelandang tengah atau mid-fielder. Tidak hanya bisa membantu penyerangan, namun juga pertahanan, juga tak harus yang selalu menciptakan gol. Posisi ini yang dibawanya dalam praktik kepemimpinan, bahkan hingga pada puncak kariernya sebagai Deputi Gubernur BI. Ia menyodorkan inspirasi dan kesempatan bagi timnya agar berdinamika dalam menghasilkan pemikiran kritis dan kreatif. Karakter ini kemudian menjadi bingkai dalam buku ini yang menarik untuk diceritakan, sosok Ronald Waas yang lihai membagi peran, layaknya strategi Total Football Timnas Belanda.
ADVERTISEMENT
Buku ini terdiri dari 5 bab yang memuat perjalanan hidup Ronald Waas sebagai pemimpin teladan. Pada bab pertama, kita akan dikenalkan dengan latar masa lalu Ronald Waas yang tumbuh di lingkungan sosial kultural yang beragam. Sosok berdarah Ambon yang lahir di Tanjung Pinang, tumbuh di Jakarta, besar di Padang, hingga menikah dengan seorang Sunda yang lahir di Surabaya. Potret ke-Indonesia-an ini tak terlepas dari kehidupan keluarga Ronald yang terus bergulir mengikuti perpindahan dinas sang ayah, Eliza Johannes Waas—yang akrab disapa Nono. Sejak kecil, Ronald selalu mendapatkan pendidikan yang berkualitas mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Sosoknya yang cerdas dan ulet membuatnya memiliki jadwal yang ketat hingga disiplin tugas yang tinggi. Ritme kegiatan yang terbentuk pada Ronald di masa kecil ini tak terlepas dari pengaruh orang tuanya. Tumbuh di dalam keluarga yang berprinsip dan religius, membuat Ronald mewarisi nilai-nilai yang dibawanya dalam meniti kehidupan. Termasuk di antaranya pengaruh dari Ayah Ronald mengenai sepak bola. Asupan informasi dan pengalaman yang didapatkannya membuat Ronald gandrung terhadap sepak bola, utamanya sebagai gelandang tengah. Inilah cikal bakal cerita yang menjadi dasar filosofis kepemimpinan Ronald Waas di masa depan.
ADVERTISEMENT
Berlanjut di bab 2, ini merupakan penggambaran mengenai titik awal Ronald dalam memulai kariernya. Setelah lulus dari ITB sebagai Sarjana Teknik Sipil, selain mendapatkan ijazah dan jodoh—Tjandrawati (istri dan teman satu jurusan), Ronald juga mendapatkan pekerjaan full-time pertamanya di Bank Indonesia sebagai staff di bagian urusan materiil, yang belakangan beralih menjadi Departemen Logistik dan Fasilitas serta Departemen Pengadaan Strategis, yang bertugas menangani bangunan. Baru 1 tahun bekerja di BI, Ronald telah menunjukkan dedikasinya dalam menghadirkan terobosan. Berkat gagasan dan kemampuan teknis yang dimilikinya, target pembangunan masjid dalam proyek LPPI yang semulanya telah dijadwalkan dapat selesai lebih cepat berkat usulannya untuk membangun menggunakan gambar artist's impression, bukan gambar kerja. Karena kontribusi yang telah bertahan 13 tahun berkarier di bidang logistik, BI kemudian membiayai Ronald untuk menempuh pendidikan master manajemen kebijakan ekonomi di Columbia University. Tak berselang lama, integritas yang senantiasa ditegakkan Ronald dalam profesionalisme bekerja, serta kemampuan komunikasinya dalam menjangkau segala jenjang kalangan berbuah manis ketika dirinya didaulat untuk mengelola bidang teknologi informasi.
ADVERTISEMENT
Di bab 3 ini, kisah seorang Ronald yang diberi kepercayaan untuk tidak hanya mengelola sesuatu yang bukan menjadi latar belakangnya, namun juga dihadapkannya pada tantangan besar Bank Indonesia lebih banyak dijelaskan. Dimulai dari tantangan Millenium Y2K, tsunami Aceh, gempa Yogyakarta, hingga banjir Jakarta yang mengguncang fondasi keteraturan BI yang telah bertahan sebelumnya. Keberhasilannya melewati tantangan, selain TI, Ronald juga mengelola manajemen informasi. Ia banyak mempelajari taksonomi data dan pentingnya data-warehouse. Ia juga mendorong lahirnya Peraturan DG Bank Indonesia No. 10/10/PDG/2008 tentang prinsip dasar bahwa informasi merupakan milik BI. Kolaborasi dengan Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran pun dilakukan untuk menyerap hal-hal baru dan merespons perkembangan lingkungan. Dari situ, muncullah inovasi seperti rancangan RTGS II dan system regulatory organization Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai respons atas maraknya industri uang elektronik. Segenap sumbangsih yang diberikan Ronald ini kemudian mengantarkannya dicalonkan sebagai Deputi Gubernur (DG). Ia terpilih setelah melalui tes fit-and-proper di DPR dan dilantik sebagai Deputi Gubernur BI untuk masa bakti 2011-2016.
ADVERTISEMENT
Ronald menganalogikan perjalanan kariernya seperti aliran air di saluran irigasi. Walau mengalir, namun terencana. Dan aliran itu bermuara pada puncak kariernya sebagai Deputi Gubernur. Kepemimpinannya yang autentik banyak dibahas di bab ini, bab 4. Adanya power-distance yang rendah, paradigma egaliter, mendorong kepemimpinan Ronald semakin dihayati oleh seluruh tim. Soal kecintaannya pada sepak bola, Ronald Waas kerap mempromosikan pelajaran yang ia dapat dalam manajemen di lingkungan kerja. Penerapan strategi yang menekankan pada pembagian peran, yang menanamkan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing, Ronald Waas hadir di tengah mereka memberi kekuatan layaknya filosofi “Ing Madya Mangun Karso.” Ini berdampak positif terhadap produktivitas BI dalam menghadirkan inovasi dan solusi. Seperti halnya mengarungi dunia sistem pembayaran sebagai perjuangan baru, dimana BI menghadirkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), bantuan sosial, kedaulatan rupiah, hingga konsolidasi teknologi informasi.
ADVERTISEMENT
Dan terakhir, di bab 5 berisi ulasan, kesan, dan cerita fakta mengenai sosok Ronald Waas dari kaca mata kolega dan tim.
Secara umum, buku ini menggambarkan biografi sosok Ronald Waas secara utuh. Tidak hanya sebagai pemimpin di lembaga, namun juga pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarga. Pendekatan yang humanis dan eksploratif menawarkan cara baru dalam memandang kepemimpinan seseorang yang khas dan berdampak. Ronald Waas menunjukkan bahwa pemimpin tak harus selalu di depan, namun ada kalanya di tengah menjadi jembatan lintas jenjang.
Jika dibandingkan dengan buku "Erwin Rijanto: Sebuah Totalitas"—seri lain yang diluncurkan bersamaan, buku ini sama-sama menunjukkan pemimpin yang teladan. Hanya saja berbeda pada pembawaan karakter tokoh. Secara umum, buku ini menjadi rekomendasi bagi Anda tertarik pada pelajaran dari contoh konkret kepemimpinan yang autentik dan berpengaruh.
ADVERTISEMENT