Review Novel Kerudung Merah Kirmizi

Tomy Revaldy
Mahasiswa Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tomy Revaldy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by Writer Tomy Revaldy
zoom-in-whitePerbesar
Image by Writer Tomy Revaldy
ADVERTISEMENT
Kerudung Merah Kirmizi merupakan novel pemenang hadiah sastra khatulistiwa 2002 yang ditulis oleh Remy Sylado. Buku yang diterbitkan oleh kepustakaan populer gramedia ini bisa dibilang sangat tebal karena memiliki ketebalan dengan 616 halaman. Buku yang berlatar belakang di masa orde baru dan awal reformasi ini mengangkat tentang ketidakadilan para penguasa dan oknum aparat yang melakukan berbagai hal kotor demi keuntungan pribadinya.
ADVERTISEMENT
Tokoh utama dalam Kerudung Merah Kirmizi ini adalah Myrna yang adalah seorang janda pilot dengan dua orang anaknya, Kartika dan Satria. Untuk bertahan hidup di kota metropolitan dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, ia harus rela bekerja sebagai penyanyi di tempat hiburan malam. Bau asap rokok dan alkohol adalah hal yang sudah biasa ia temui setiap malam. Dengan paras cantiknya pula tak jarang ia mendapat rayuan dari berbagai jenis pria hidung belang. Meski begitu, ia tetap berusaha menjalankan kewajibannya sebagai Ibu dengan sebaik mungkin.
Selain Myrna dan anak-anaknya banyak juga tokoh-tokoh yang menarik dalam novel ini. Seperti Luc Sondak yang seorang profesor dan juga duda asal bali yang membawa sejumlah konflik pada buku ini sekaligus orang yang mampu mengambil hati Myrna, Laksmi putri Luc Sondak, Winata yang seorang polisi dan teman masa kecil Myrna dan memiliki rasa terhadapnya, serta Oom Sam yang merupakan antagonis saingan Luc beserta antek-anteknya.
ADVERTISEMENT
Pada awal membaca buku ini saya merasa novel ini tidak memiliki konflik yang jelas dan tidak memahami bagaimana cerita ini akan berjalan, namun semakin lama cerita berjalan baru terlihat apa yang penulis coba sampaikan dalam buku ini. Selain membahas tentang kisah cinta Myrna dan persaingan Luc Sondak dan Oom Sam, buku ini juga kerap menyindir tentang politik di masa orde baru dan ketidakadilan bagi masyarakat kecil.
Membaca Kerudung Merah Kirmizi membutuhkan kesabaran yang cukup besar, karena selain bukunya yang tebal, buku ini juga memiliki diksi-diksi yang tidak umum dan bahasa daerah yang membuat saya butuh berulang kali membacanya untuk memahami apa maksudnya. Buku ini juga meninggalkan banyak catatan kaki yang menurut saya cukup mengganggu konsentrasi saat membaca. Dialog tokoh anak-anak dan remaja dalam novel ini juga terasa sangat dewasa sehingga agak kurang nyaman untuk saya baca.
ADVERTISEMENT
Kerudung Merah Kirmizi adalah novel pertama dari Remy Sylado yang saya baca dan nampaknya buku ini memang bukanlah tipe buku yang saya suka. Pada bagian awal sudah terlihat menjanjikan, namun keteteran di pertengahan dan terjun bebas pada bagian akhir. Saya kurang nyaman dengan cara Remy Sylado dalam menyampaikan sebuah cerita. Konflik yang disajikan terasa seperti dibuat-buat dan terjadi secara kebetulan seperti kisah dalam sinetron yang terkesan sangat dramatis.
Tokoh-tokohnya pun sudah tergambar jelas bahwa yang jahat akan kalah dan mendapat kesialan sedangkan yang baik akan menang dan bahagia. Baik dan jahat itulah yang membuat tokoh-tokoh pada novel ini tidak terasa nyata dan klise. Karakter Myrna yang digambarkan cerdas dan bijak juga nampaknya juga terlalu naif dalam menghadapi masalah-masalah dalam novel ini. Namun terlepas dari itu semua, novel ini tetaplah novel yang harus kalian baca. Buku ini tidak hanya menceritakan dari sudut pandang Myrna, namun juga beberapa tokoh pendukung yang lain sehingga membuat buku ini lebih menarik untuk diikuti. Tokoh-tokoh dalam novel ini juga memiliki karakter yang cukup menarik. Misalnya saja Dela yang selalu menyisipkan sajak dalam tiap kalimat yang diucapkannya.
ADVERTISEMENT
Novel ini juga sarat akan pelajaran yang dapat kita ambil, terutama bagaimana kita harus bersikap kepada manusia lainnya. Akhir kata, buku ini masih sangat layak untuk dibaca. Terutama bagi mereka yang sangat menyukai drama yang penuh intrik.