Konten dari Pengguna

Menyoal Keselamatan Capres 2024

Tony Rosyid
Pengamat politik
4 Januari 2024 5:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tony Rosyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pekerja menurunkan kotak suara pemilu 2024 saat tiba di Gudang Logistik KPU Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023).  Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menurunkan kotak suara pemilu 2024 saat tiba di Gudang Logistik KPU Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Mendagri Tito Karnavian pernah menyinggung soal terbunuhnya calon presiden. Mantan kapolri ini menceritakan nasib Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, yang terbunuh saat kampanye (19/12). Tito mengingatkan agar tidak underestimate. Walaupun pembunuhan terhadap capres belum pernah terjadi di Indonesia, tapi tidak berarti mustahil. Ungkapan Tito ini menanggapi hadirnya Mayor Inf Teddy Indra Wijaya yang ikut masuk ke gedung KPU saat acara debat. Teddy adalah pengawal Prabowo.
ADVERTISEMENT
Ungkapan Tito seolah mengingatkan kepada para capres bahwa potensi calon presiden terbunuh, termasuk di Indonesia itu tetap ada. Ini harus diwaspadai.
Gak lama dari ungkapan Tito Karnavian ini, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit mengkhawatirkan pilpres gagal. Pilpres gagal bisa menjadi ancaman serius terhadap demografi Indonesia (27/12).
Apa yang diungkapkan oleh mantan Kapolri dan Kapolri aktif ini dibaca publik sebagai puzzle yang bisa jadi berhubungan satu dengan yang lain. Masing-masing tidak berdiri sendiri. Meski diungkapkan oleh dua jenderal polisi yang berbeda dan di momen yang terpisah.
Dua Jenderal polisi ini bukan orang sembarangan. Keduanya bisa membaca secara detail dinamika keamanan negara melalui akses inteligennya. Tito Karnavian mantan Kapolri yang sekarang menjadi mendagri. Jenderal Listyo Sigit adalah Kapolri aktif. Yang satu melihat kemungkinan adanya capres yang dibunuh. Satunya lagi, yaitu Kapolri seperti merasa ada kekhawatiran akan terjadinya chaos jika pemilu gagal. Pemilu bisa gagal jika salah satu capres terbunuh. Tentu ini menjadi tanggung jawab Kapolri. Jika ini terjadi, betapa repotnya Kapolri dan jajarannya karena harus menangani gejolak politik yang tidak karuan. Situasi keamanan yang uncontrolled.
ADVERTISEMENT
Apa yang diungkapkan mantan Kapolri Tito Karnavian harus kita baca sebagai kemungkinan adanya capres yang terancam bunuh. Ancaman ini bisa terjadi. Bukan sesuatu yang dibesar-besarkan dan tidak mungkin. Lalu siapa yang kemungkinannya paling besar terancam bunuh?
Prabowo? Tidak mungkin. Prabowo adalah jenderal bintang tiga dengan latar belakang TNI. Bahkan mantan danjen Kopassus dan Pangkostrad. Siapa yang berani mengancam Prabowo? Ini menyangkut soal korp. Terlebih saat ini, Prabowo adalah Menhan. Cawapresnya adalah Gibran, putra presiden. Dan Prabowo-Gibran mendapat dukungan penuh dari kekuasaan.
Mungkinkah Ganjar terancam bunuh? Tidak mungkin juga. Membunuh Ganjar sama dengan membangkitkan heroisme PDIP dalam peristiwa Jl. Diponegoro. Kader PDIP solid dan menjadi pemenang pemilu 2014 dan 2019. Ganjar juga tidak perlu disingkirkan karena peluang menangnya tipis. Elektabilitasnya drastis turun dan makin jauh ketinggalan. Sekarang di posisi di bawah 20%.Tidak ada daya ungkit yang bisa membuat Ganjar bisa reborn. Buat apa disingkirkan?
ADVERTISEMENT
Publik membaca Anies Baswedan adalah capres yang lebih dikhawatirkan menjadi objek pembunuhan. Ini kekhawatiran yang perlu mendapat perhatian amat serius. Sekadar membuka memori lama, Anies adalah capres yang sering dijegal. Begitu banyak peristiwa penjegalan terhadap Anies. Sebelum akhirnya sukses menjadi calon presiden. Sah dan resmi terdaftar di KPU bersama Muhaimin Iskandar.
Elektabilitas Anies-Muhaimin terus naik. Harapan untuk menang cukup besar. Maka adanya potensi ancaman bunuh terhadap capres sebagaimana yang diungkapkan oleh Tito Karnavian peluang kemungkinan terjadinya justru ada pada Anies. Bukan pada Prabowo dan Bukan pula pada Ganjar.
Jika ada upaya pembunuhan oleh pihak mana pun kepada capres terbongkar, maka ini akan menjadi pintu kegagalan pemilu.
Jika ada peristiwa di mana secara meyakinkan di mata publik bahwa ada capres sedang berupaya dibunuh, maka ini bisa memicu ledakan Indonesia. Ini analisis berbasis teori konflik. Tahapan menuju konflik sebagaimana diungkapkan oleh Jonathan Turner, akan matang situasinya jika ada capres yang terbunuh. Dari sini, ledakan Indonesia akan benar-benar terjadi. Dan ledakannya sangat besar.
ADVERTISEMENT
Capres terbunuh, para pendukung marah, para jenderal, politisi, pengusaha dan aktivis bergentayangan, maka chaos tidak bisa dielakkan lagi. Chaos akan menggagalkan pemilu, sebagaimana dikhawatirkan oleh Jenderal Listyo Sigit.
Seperti apa ancaman bunuh terhadap capres? Gampang, bisa menabrak mobilnya. Atau ada yang mencampur minumannya capres dengan racun Sianida. Dan ini bisa terjadi di mana pun, termasuk di gedung yang disiapin KPU untuk acara debat. Banyak cara untuk melukai dan mencelakakan seorang capres. Jika ada yang melakukan ini, chaos di depan mata akan segera terjadi, dan pemilu akan gagal serta keamanan Indonesia terancam stabilitasnya.
Setiap capres dan timnya, terutama dari pihak Anies Baswedan harus waspada. Ini demi pemilu 2024 damai dan sukses. Indonesia tetap aman untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan: adil dan sejahtera.
ADVERTISEMENT