Ternyata Prabowo Itu NU

Tony Rosyid
Pengamat politik
Konten dari Pengguna
18 November 2018 17:01 WIB
Tulisan dari Tony Rosyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prabowo Subianto tiba di Ponpes Minhajurrosyidin, Kamis (11/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto tiba di Ponpes Minhajurrosyidin, Kamis (11/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Isunya kencang. Terutama di kalangan Nahdliyyin. Bahwa Prabowo itu Wahabi. Prabowo mau mengubah sistem negara jadi khilafah. Wow, serem banget.
ADVERTISEMENT
Dan setiap pemilu, isunya seram-seram. Makin dekat pemilu, makin seram. Malah ada yang ekstrem. Tidak hanya ekstrem kanan seperti Wahabi dan khilafah. Tapi juga ekstrem kiri seperti isu PKI. Bahkan 'sontoloyo' dan 'gerenduwo' juga dapat panggung. Yang terakhir ini paling seram. Tapi, gak mutu. Pakai banget.
Kenapa isu Wahabi dan khilafah yang diangkat? Sebab, Wahabi itu identik dengan 'tuduhan bid'ah'. NU selalu jadi sasaran dan korban. Dengan isu Wahabi, warga NU alergi. Mereka tak akan milih calon presiden Wahabi.
Kenapa isu khilafah? Khilafah dianggap oleh NU sebagai ancaman terhadap NKRI. Maka, khilafah adalah musuh NU. Siapapun calon yang teridentifikasi sebagai pengusung khilafah, NU tak akan memilihnya.
Dua isu itu dianggap efektif untuk menjauhkan pemilih NU dari Prabowo. Karenanya, terus menerus disosialisakan ke publik, terutama warga Nahdliyyin. Oleh siapa? Tentu oleh pihak yang tak ingin Prabowo menang. Apakah ini negative campaign atau black campaign? Bergantung. Jika benar, itu negative campaign. Jika fitnah, itu black campaign.
ADVERTISEMENT
Apakah benar Prabowo Wahabi? Apakah Prabowo juga berencana mengubah sistem negara jadi khilafah? Pertanyaan ini memang agak aneh dan ganjil. Kenapa? Karena ditujukan kepada seorang tentara. Meski ganjil, isunya tetap kencang.
Dua isu inilah yang menginspirasi seorang kiai sepuh NU untuk melakukan klarifikasi. Tabayun.
Tabayun adalah bagian dari etika berpolitik dan berbangsa. Tanpa tabayun, hanya fitnah dan kegaduhan yang akan diberi ruang untuk terus diproduksi. Karena itu, apa yang dilakukan kiai sepuh NU ini tidak hanya tepat, tapi juga efektif untuk merasionalisasi cara berpikir publik. Terutama warga Nahdliyyin.
Tradisi tabayun, mestinya tidak hanya berlaku pada Prabowo. Seharusnya berlaku juga pada pasangan Jokowi-Ma'ruf. Agar politik kita elegan dan terhormat. Tidak melahirkan calon pemimpin dari fitnah. Juga tidak dari pencitraan.
ADVERTISEMENT
Jokowi dihajar isu PKI. Perlu klarifikasi terkait dengan identitas orang tuanya. Terabaikannya janji-janji politik Jokowi, juga mesti ada tabayun. Fitnah atau fakta? Yang sekarang lagi santer adalah mobil Esemka. Kapan diproduksi? Mesti jelas. Bulan Oktober yang dijanjikan sudah lewat. Juga tentang ekonomi. Apakah betul negara sedang kesulitan ekonomi sehingga BBM naik, tol naik dan TDL naik? Jangan berhenti di isu. Karena rawan fitnah. Mesti diklarifikasi. Tabayun. Biar clear.
Apa yang diinisiasi oleh Kiai sepuh NU untuk melakukan klarifikasi kepada Prabowo adalah langkah yang bijak. Nama kiai sepuh ini adalah K.H.M.Hasib A Wahab. Trah pendiri NU. Pengasuh pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Soal NU, secara kultural, kiai satu ini punya otoritas untuk mewakili. Beliau bertanya kepada Prabowo. Secara langsung. Gentle.
ADVERTISEMENT
Mohon maaf Pak Prabowo, kata Kiai Hasib sebelum memberi pertanyaan. Islam yang Pak Prabowo anut itu Islam apa? Islam moderat atau Islam radikal sebagaimana Islam Wahabi? Ini pertanyaan mendasar. Syarat utama seseorang bisa dapat dukungan NU.
Didampingi Sandi, Prabowo menjawab: Islam yang saya anut itu Islam moderat seperti NU, Kiai. Saya juga suka melakukan ziarah kubur, suka dengan selawatan, suka dengan tahlilan sebagaimana yang diajarkan para Kiai NU. Jawaban Prabowo tegas. Spontan, tanpa ada keraguan. Apa adanya dan tak dibuat-buat.
Bagi Kiai Hasib, itu belum cukup. Kiyai Hasib pun bertanya kembali. Kalau terpilih menjadi presiden, apakah Pak Prabowo akan mengganti sistem negara/pemerintahan dengan sistem khilafah? Isu ini beredar dan menakut-nakuti kami. Apa jawab Prabowo?
ADVERTISEMENT
"Saya ini tentara Pak Kiai. Saya sudah didoktrin oleh TNI untuk menjaga dan berpegang pada Pancasila dan NKRI. Saya seorang nasionalis dan agamis. Isu itu gak benar dan hoaks," kata Prabowo.
Dua isu ini, yaitu khilafah dan Wahabi, memang agak sulit bisa menyerang Prabowo. Mengingat Prabowo adalah seorang TNI. Menyerang Prabowo anti NKRI akan kehilangan argumentasinya. Susah mencari korelasinya. Isunya gak tepat.
Khilafah itu perjuangan HTI. HTI tidak berpolitik. Sekarang ada kabar HTI 'lagi mau' belajar berpolitik. Melalui PBB. Sementara pimpinan PBB, Yusril Ihza Mahendra merapat ke Jokowi-Ma'ruf. Dan cukup rajin mengkritik Prabowo-Sandi. Nah, pertanyaan khilafah malah nantinya bisa menyasar ke Jokowi-Ma'ruf yang didukung Yusril, lawyer HTI.
Pertanyaan Kiai Hasib tampaknya sengaja diajukan agar publik melek. Punya nalar yang benar dalam merespons isu-isu hoaks yang masif dan produktif menjelang pilpres ini. Sekaligus menegaskan jangan sampai lahir dan terpilih seorang presiden dengan isu-isu partisan, apalagi pencitraan. Ini strategi cerdas Kiai Hasib.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan Kiai Hasib ke Prabowo sesungguhnya hanya sebagai sarana. Tujuannya? Mencerdaskan publik, terutama warga NU. Agar mereka bernalar terbuka, obyektif, dan rasional. Bicara data, bukan atas dasar like and dislike. Itu tak sehat.
Tak berhenti di situ, Kiai Hasib mengajukan satu pertanyaan lagi. Yang ini lebih politis dan strategis. Apakah ada jaminan dari Pak Prabowo untuk kementerian agama diberikan kepada kader NU? Apa jawab Prabowo? Saya sudah tandatangani di pengajian dengan pesantren di Situbondo (K.H. Cholil As'ad Syamsul Arifin), bahwa jabatan menteri agama akan diserahkan kepada kader NU.
Siapa dia? Misteri. Belum bisa sebut nama. Mekanismenya biasanya diserahkan kepada para sesepuh Kiai NU. Lukman Hakimkah? Sepertinya tidak. Atau Romahurmuziy? Ah, ada-ada aja. Cak Imin? Allahu A'lam.
ADVERTISEMENT
Kiai Said Agil Siraj, Ketua PBNU, boleh jadi akan ikut terlibat menentukan siapa kader NU yang akan jadi menteri agama. Hanya butuh satu syarat saja. Apa itu? Tarik dukungannya dari Jokowi. Simple, kata para pendukung Prabowo.
Dari tiga pertanyaan di atas, jawaban Prabowo tegas. Bersama NU Prabowo siap menjaga Pancasila dan mempertahankan NKRI. No khilafah, apalagi PKI. No banget. Itulah TNI. Prabowo adalah TNI. Darahnya NKRI. Anda masih ragu? Kebangetan! Kata pendukung Prabowo.
Mencermati ketegasan Prabowo atas tiga pertanyaan Kiai Hasib, tampak jelas, ternyata Prabowo itu punya kesamaan ritual dengan orang NU. Tidak hanya itu, Prabowo juga telah memberi jaminan menteri agama dari kader NU. Dari jawaban Prabowo itu, tak salah jika ada yang menyimpulkan bahwa ternyata Prabowo itu NU.
ADVERTISEMENT
Jakarta,19/11/2018