Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kecerdasan Buatan di Dunia Medis: Solusi atau Masalah Baru?
13 Januari 2025 9:28 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Christopher Aldrick Gunadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan teknologi terdepan manusia berbasis sistem komputer yang seperti namanya dapat meniru kecerdasan manusia. Tentunya teknologi ini memberikan manfaat berupa reformasi industri ke arah otomatisasi, tak terkecuali sektor medis. Namun, penerapan AI dalam sektor medis tentunya menimbulkan pertanyaan, seperti: apakah Anda bersedia dilayani oleh kecerdasan buatan (AI), dan apakah penggunaannya sesuai dengan nilai moral serta prinsip etika?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan peninjauan secara menyeluruh mulai dari manfaat penggunaan, tantangan penggunaan dan rencana pengembangan lebih lanjut. Hal tersebut karena dalam menguji kelayakan suatu inovasi diperlukan pertimbangan secara matang mengenai kebermanfaatan dan risikonya bagi kesejahteraan manusia.
Manfaat AI dalam Sektor Medis
Kecerdasan buatan dalam sektor medis menawarkan inovasi signifikan yang dapat mengolah data kesehatan dalam jumlah besar secara cepat. Salah satu penerapannya adalah digitalisasi administrasi rumah sakit yang tentunya dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengolah data dan mengambil keputusan. Dengan begitu, pelayanan kesehatan dapat mengalami peningkatan kualitas baik dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia (SDM).
Di negara-negara besar seperti Amerika, Inggris, dan Jepang sudah menerapkan teknologi AI untuk pengambilan diagnosis medis. Mengutip dari laporan yang berjudul “Computer Methods and Programs in Biomedicine Update” (05/03/2024), kecerdasan buatan mampu melakukan analisis citra medis, seperti X-ray, MRI, dan CT scan dengan kecepatan serta akurasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode konvensional. Algoritma AI dapat mengurangi kesalahan diagnosis dan meningkatkan akurasi diagnosis penyakit kompleks seperti kanker dan gangguan neurologis. Terlepas dari inovasi-inovasi yang menjanjikan, teknologi ini menghadapi tantangan seperti dilema etika penggunaan dan masalah keamanan data pasien.
ADVERTISEMENT
Tantangan Penggunaan AI di Dunia Kesehatan
Keunggulan-keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi AI memang seakan-akan meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi perlu disadari bahwa teknologi ini masih belum sempurna dan penerapannya belum sepenuhnya bebas dari dampak negatif lainnya. Misalnya, privasi keamanan data pasien yang masih menjadi dilema etika utama lantaran AI sering memproses data pasien yang sensitif dan menyangkut privasi pasien sehingga akan sangat berbahaya apabila data tersebut jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, bias algoritma juga menjadi tantangan utama penerapan karena AI sendiri cenderung menggunakan data mayoritas untuk pengolahan data besar. Hal ini dapat menyebabkan data yang tidak representatif bagi kaum minoritas dan menyebabkan ketimpangan akses layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Di samping dampak negatif penggunaannya, teknologi ini juga menuai dilema dari sisi tanggung jawab hukum. Dalam kasus malapraktik kesehatan yang melibatkan AI dalam diagnosis atau pengambilan keputusan, sulit untuk menentukan pihak mana yang seharusnya bertanggung jawab secara hukum, apakah dokter, pihak rumah sakit, atau pengembang layanan AI? Regulasi hukum di kebanyakan negara termasuk Indonesia belum secara jelas mengatur hal tersebut. Selain itu, belum meratanya fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai untuk pemanfaatan AI juga dapat menyebabkan ketimpangan akses kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan rencana pengembangan lebih lanjut untuk mendukung keberhasilan penggunaan kecerdasan buatan.
Rencana Pengembangan Lebih Lanjut
Dalam memastikan penggunaan AI di sektor medis memberikan kebermanfaatan untuk semua pihak, diperlukan pengembangan lebih lanjut yang melibatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan sebagai kunci utama keberhasilan penggunaan teknologi AI. Pemerintah sebagai pengembang regulasi harus memastikan keamanan data pasien serta menciptakan regulasi hukum yang jelas. Pemerintah juga dapat mengadakan program pelatihan kecerdasan buatan kepada tenaga medis secara merata. Dari sisi pengembang layanan AI, pengembangan harus mengedepankan transparansi algoritma untuk mencegah terjadinya bias data yang merugikan sebagian pihak.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi lintas sektor dapat memastikan bahwa penggunaan teknologi AI dapat berjalan inklusif serta sesuai dengan prinsip etika. Sebagai masyarakat, kita perlu meningkatkan literasi terhadap teknologi dan turut berpartisipasi aktif dalam mendukung kebijakan yang melindungi pasien dan mendorong transparansi dalam penggunaan AI. Dengan begitu, AI dapat berjalan dengan adil dan bertanggung jawab.
Christopher Aldrick Gunadi, mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.