Konten dari Pengguna

Filsafat Ronggowarsito (11): Sabar dan Ikhtiar

Toto TIS Suparto
Penulis Filsafat Moral, Pengkaji di Institut Askara
1 November 2021 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Toto TIS Suparto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oleh Toto TIS Suparto
c. Sabar dan ikhtiar
Acap teman kita dengan entengnya menyatakan, "Sabarlah...Tuhan akan mendengarkan permintaanmu". Atau ada juga kerabat yang mengingatkan, "Sabar... ini hanya cobaan sesaat!" Segala dukungan itu memang memberikan semangat, tetapi bukan soal mudah untuk mempraktikkannya. Konsepnya memang sederhana, bahwa kita sudah mencapai sabar bilamana menjalani dengan ikhlas segala ujian hidup dari Tuhan. Tetapi terkadang kita tak bisa ikhlas menerimanya, dan malah memprotes, "Mengapa Tuhan berlaku tidak adil terhadap saya?"
Kitab Bijak Pujangga Ronggowarsito (Foto: Penerbit Askara)
Sabar itu jalan menuju sentosa. Kata Ranggowarsito, sentosa itu lepas dari kerepotan dan terhindar dari keangkaramurkaan. Sebagaimana dijelaskan dalam bait terakhir dari Serat Kalatidha:
ADVERTISEMENT
Sageda sabar santosa
mati sajroning ngaurip
kalis ing reh aruraha
murka angkara sumingkir
tarlen meleng malat sih
sanityaseng tyas mematuh
badharing sapudhendha
antuk mayar sawetawis
boRONG angGA saWARga meSI marTAya
(Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa,
seolah-olah dapat mati di dalam hidup.
Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon karunia pada-Mu agar mendapat ampunan sekadarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan raga).
Apa yang dikatakan Ronggowarsito persis seperti contoh-contoh yang diberikan oleh orang bijak lainnya. Misalnya, orang bijak itu menggambarkan secara sederhana maksud dari sabar ini, seperti seorang petani yang menebar benih di lahan subur. Petani itu harus menunggu saat memanen. Petani itu memahami ada waktu dalam proses memeroleh tujuan (panen).
ADVERTISEMENT
Kalau seseorang memahami makna waktu dalam setiap proses, maka ia akan menikmati kenyamanan hati saat menunggu hasilnya. Tatkala ia berdoa kepada Tuhan, ia sadar benar bahwa doanya tidak serta merta dikabulkan. Ia akan menunggu dan menunggu sampai Tuhan memproses doanya dan pada akhirnya terkabul. Inilah hakikat sabar.
Oleh karena itu sabar ini juga dikaitkan dengan syukur. Mereka yang bersyukur itu adalah orang-orang yang bisa menikmati buah dari doanya, sebesar apapun buah dimaksud. Hal penting bagi mereka adalah doa-doanya sudah terkabulkan. Mereka menjadi nyaman karena Tuhan ada di dekat mereka. Tuhan sungguh Maha Pendengar tatkala doa-doanya dipanjatkan.
Namun doa-doa yang dipanjatkan bukanlah berdiri sendiri. Maksudnya, sembari berdoa ia tetap berupaya. Seorang atlet, misalnya, ia berdoa agar bisa menjadi juara. Akan tetapi doanya tak akan berbuah bilamana sekadar berdoa tanpa berlatih keras. Inilah dinamakan ikhtiar. Jadi, setiap doa musti dibarengi ikhtiar. Ini sekaligus menegaskan bahwa sabar bukanlah sekadar menunggu buah dari doa tanpa mau berupaya lebih keras lagi. Seorang petani saja setelah menebar benih ia harus merawatnya dengan bekerja keras.
ADVERTISEMENT
Baru setelah kita berikhtiar, semuanya diserahkan kepada Tuhan. Apapun kehendak Tuhan, kita tak bisa memperkirakan. Bisa saja doa kita berbuah jelek, atau baik, atau buah biasa saja. Semua itu Tuhan yang berkehendak, dan manusia sekadar bisa sampai ikhtiar dimaksud. Seperti dijelaskan oleh Ronggowarsito pada bait kesembilan dan sepuluh dalam Serat Kalatidha, sebagai berikut:
Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar
Lain lagi bagi yang sudah kuat. Mendapat rakhmat Tuhan.
Bagaimanapun nasibnya selalu baik.
Tidak perlu bersusah payah tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian masih juga berikhtiar.
Sakadare linakonan
ADVERTISEMENT
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma
Apapun dilaksanakan. Hanya membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petuah yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya harus memilih jalan yang baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut juga harus awas dan
waspada agar mendapat rakhmat Tuhan.(*/Askara)
= Selanjutnya : Pasrah…..(12)