Filsafat Ronggowarsito (6): Profan vs Sakral

Toto TIS Suparto
Penulis Filsafat Moral, Pengkaji di Institut Askara
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2021 12:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Toto TIS Suparto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagaimana cara menekan laksisme?
Atau setidaknya upaya keluar dari zaman gemblung.
ADVERTISEMENT
Banyak sesepuh bilang, zaman gemblung itu harus dilawan dari dalam. Diri kita musti membangun jati diri yang kuat. Untuk itu kita layak kembali kepada anjuran pujangga Ronggowarsito itu. Dalam Serat Kalatidha jelas ditulis, "Begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada" (seuntung-untungnya yang lupa, lebih untung yang ingat dan waspada). Eling lawan waspada ini sudah "harga mati" karena di sana menyentuh nilai kejiwaan. Anjuran Ronggowarsito lebih mengasah spiritual sehingga bisa menjadi tameng dari godaan duniawi. Yang profan dilawan oleh yang sakral.
Seolah terngiang bisikan
Kitab Bijak Pujangga Jawa (Sumber Foto : Penerbit Askara )
Ronggowarsito "Eling-lah karena ini akan menyadarkan dirimu sebagai mahluk Tuhan." Bila seseorang sadar dirinya sebagai mahluk Tuhan, maka hubungan horisontal menjadi tumpuan hidup.
Ronggowarsito juga berbisik, "Waspadalah karena membuat dirimu memperhitungkan setiap tindakanmu." Waspada membuat seseorang tidak mudah tergoda bujukan duniawi. Ia lebih mengasah batiniah demi menggapai kehidupan abadi itu. Ketika batinnya kian terasah, saat itulah punya simpati dan empati terhadap segala bentuk kesulitan rakyat.
ADVERTISEMENT
Pendeknya, mencari selamat di zaman gemblung ini di antaranya harus eling lawan waspada. Sikap ini bakal mengentas siapapun dari zaman gemblung. Atas dasar pertimbangan ini ditulislah serial yang sedang Anda baca. Tentu pada bagian lain penulis ingin mengajak pembaca untuk mengenal Ronggowarsito. Paling tidak bisa membayangkan latar belakang historis sampai-sampai pujangga agung itu menemukan istilah zaman edan. Apa yang mendorongnya membuat Serat Kalatidha itu? Juga ingin disampaikan karya-karya Ronggowarsito lainnya dan secara sekilas menelaah pesan di balik karya itu. Sudah barang tentu meyakinkan pembaca pula bahwa pesan itu tidaklah out of date, tetapi masih up to date untuk kehidupan sekarang ini.
Kemudian pada bagian berikutnya penulis ingin melihat istilah eling dari tinjauan filosofis. Begitupun istilah waspada. Pada akhirnya dari kedua telaah itu bisa diketahui eling dan waspada ini merupakan bagian dari ilmu selamat yang banyak diajarkan para pujangga terkenal.
ADVERTISEMENT
Pembaca budiman, setelah membaca ini diharapkan bisa dipahami eling itu apa? Waspada juga apa, sehingga bisa menghayati ikhwal rahasia selamat. Semua orang ingin hidupnya selamat, di dunia maupun di akhirat. Siapa tahu setelah membaca ini, Anda punya jurus untuk tetap selamat lahir bathin.
Selamat berarti bebas dari bahaya maupun penderitaan. Di zaman edan ini berbagai bahaya mengintai kita. Ketika kita tak bisa menghindar dari bahaya, maka kita akan menderita. Misal, korupsi itu berbahaya karena risikonya bisa dipenjara. Maka, tatkala kita tak bisa menghindar dari bahaya korupsi, akhirnya akan menanggung derita berupa hukuman badan di dalam penjara. Karena itu kita bakal selamat, manakala kita tahu rahasia selamat dimaksud.
Di antara kita acap merasa yakin akan selamat dari azab Tuhan, karena seringkali merasa telah berbuat baik. Tetapi jangan salah, acap dosa-dosa kecil kurang kita sadari. Inilah yang menjadi ganjalan menuju hidup yang selamat. Maka, sekali lagi, rahasia selamat senantiasa menjaga kita agar tetap selamat. (*/Askara)
ADVERTISEMENT