Konten dari Pengguna

Limbah Berbahaya yang Terabaikan di Balik Hotel Mewah

Taukhid Pramadika
Tempat & tanggal lahir: Jakarta/25 April 1987, Pendidikan: S1: Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, S2: Universitas Pendidikan Indonesia, Pekerjaan: Wirausahawan, mahasiswa
28 April 2025 13:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taukhid Pramadika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, industri perhotelan mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan melonjaknya pengembangan sektor pariwisata. Hotel-hotel berlomba-lomba menawarkan kenyamanan kelas dunia, seperti linen yang bersih, hidangan yang melimpah, hingga kolam renang dengan pemandangan yang menakjubkan. Namun, terdapat hal krusial yang sering kali luput dari perhatian, yaitu ke mana semua limbah itu pergi.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan limbah hotel memberikan tantangan yang signifikan karena beragam jenis limbah yang dihasilkan serta dampak lingkungan yang terkait dengan pembuangan yang kurang tepat. Industri perhotelan berkontribusi besar terhadap limbah kota. Oleh karena itu, pengelolaan limbah yang efektif di hotel sangat penting untuk keberlanjutan, kelestarian lingkungan, dan profitabilitas.

Beragam Jenis Limbah

Limbah yang dihasilkan dari hotel tidak dapat disamakan dengan limbah rumah tangga biasa. Berdasarkan klasifikasi umum, terdapat tiga kategori utama limbah hotel, yaitu:
1. Limbah Padat
Meliputi sampah makanan dari restoran dan dapur, plastik sekali pakai, botol minuman, tisu, serta kemasan produk perawatan pribadi yang digunakan oleh tamu.
2. Limbah Cair
Meliputi air bekas cucian (grey water), air sabun, air dari kolam renang, serta limbah cair dari dapur dan kamar mandi.
ADVERTISEMENT
3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Meliputi pembersih kimia, pelarut, oli genset, dan pestisida yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman atau fasilitas hotel.
Ilustrasi limbah plastik di hotel. Foto: Shutterstock/2470794031
Persentase jenis limbah hotel dapat dikatakan bervariasi. Namun, secara umum, sampah organik masih mendominasi komposisi limbah hotel, diikuti oleh sampah plastik, kertas, dan lainnya.
Sebuah studi di salah satu daerah di Indonesia menunjukkan bahwa komposisi limbah yang ada saat ini adalah sebagai berikut:

Tantangan Infrastruktur dan Regulasi

Banyak destinasi wisata di Indonesia tidak memiliki infrastruktur yang diperlukan untuk pengelolaan limbah yang efisien, termasuk fasilitas pengumpulan dan daur ulang limbah yang masih tidak memadai. Kondisi ini dapat mengarah pada kebiasaan pembuangan yang tidak tepat, seperti pembuangan terbuka dan pembakaran sampah.
Meskipun terdapat kebijakan untuk mengelola limbah, penegakannya masih tergolong lemah. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya serta kurangnya koordinasi antarpemangku kepentingan.
ADVERTISEMENT
Kendala geografis dan luas lahan yang terbatas semakin menghambat pembentukan fasilitas pengelolaan limbah yang memadai.

Faktor Sosial Budaya dan Ekonomi

Secara umum, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah masih rendah. Kondisi ini diperparah oleh faktor sosial budaya yang tidak memprioritaskan pemisahan dan daur ulang limbah. Selain itu, pengelolaan limbah masih belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah daerah.
Masuknya wisatawan dapat meningkatkan produksi limbah, namun harapan terhadap standar sanitasi yang tinggi masih belum terpenuhi akibat kurangnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Lemahnya Tata Kelola dan Pengawasan

Di Indonesia, tata kelola limbah hotel masih menghadapi tantangan serius. Banyak hotel, baik yang berbintang dan tidak berbintang, belum memiliki sistem pemilahan dan pengelolaan limbah yang baik. Sebagian besar limbah dari properti tersebut sering kali langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir.
ADVERTISEMENT
Peran pengawasan dari pemerintah pun masih belum optimal akibat keterbatasan sumber daya, lemahnya data, serta kurangnya kolaborasi lintas sektor. Hal ini terlihat dari belum optimalnya implementasi regulasi terkait pengelolaan limbah hotel sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sementara itu, banyak hotel melakukan praktik greenwashing, yaitu upaya meningkatkan citra ramah lingkungan yang pada kenyataannya tidak dilakukan secara nyata. Label “Green Hotel” kerap disematkan tanpa indikator dan audit yang jelas (data asli tidak tercantum).
Contoh yang terjadi saat ini, tamu dianjurkan untuk tidak mengganti handuk setiap hari dengan alasan menjaga lingkungan. Namun, pada kenyataannya, banyak hotel melakukan hal tersebut bukan karena komitmen terhadap pelestarian lingkungan, melainkan untuk mengurangi pengeluaran laundry.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dapur hotel tetap membuang sisa makanan dalam jumlah besar setiap hari. Upaya pengurangan penggunaan botol plastik kemasan dengan menggantinya menggunakan dispenser isi ulang juga sering tidak dibarengi dengan perubahan signifikan, karena barang-barang logistik lainnya masih menggunakan kantong plastik dan terkadang dibuang begitu saja.
Ilustrasi penerapan eco-concept dalam tata kelola limbah hotel. Foto: Shutterstock/1985118341

Mengapa Limbah Hotel Perlu Dikelola Serius?

Pengelolaan limbah hotel yang efektif sangat penting karena pengelolaan yang tidak tepat dapat menyebabkan degradasi lingkungan dan peningkatan emisi karbon. Hotel berkontribusi signifikan terhadap limbah kota, dengan perkiraan menyumbang 35–40 % dari total limbah kota. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi ekologis yang parah sehingga diperlukan teknik daur ulang dan pembuangan yang efisien.
Pengelolaan limbah hotel perlu mendapatkan perhatian serius mengingat dampaknya yang merusak dan berkelanjutan. Limbah organik yang menumpuk dapat menghasilkan gas metana, plastik sekali pakai dapat membahayakan ekosistem, dan limbah cair yang tidak diolah dapat mencemari serta memperburuk kualitas air di sekitarnya dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Di banyak daerah wisata, masyarakat lokal yang hidup berdampingan dengan hotel-hotel besar atau berada di sekitar kawasan hotel justru menjadi korban pencemaran. Kesehatan dan mata pencaharian mereka terganggu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan terhadap industri pariwisata.
Pengelolaan limbah yang efektif juga dapat mengurangi biaya operasional hotel, dengan catatan bahwa dana untuk pengelolaan limbah dipandang sebagai investasi, bukan sebagai beban. Namun, hotel sering kali menghadapi hambatan dalam menerapkan sistem daur ulang dan penggunaan kembali limbah yang efektif, khususnya untuk limbah plastik. Mayoritas hotel masih mengandalkan pembuangan ke tempat pembuangan akhir, dengan harapan limbah akan didaur ulang di sana.
Ilustrasi IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) pada hotel. Foto: Shutterstock/2139917243

Solusi

1. Sistem pemilahan dan pengolahan internal
Hotel wajib memiliki standar operasional prosedur (SOP) untuk pemilahan sampah dari sumber, pengomposan limbah organik, serta pemrosesan limbah cair sebelum dilakukan pembuangan.
ADVERTISEMENT
2. Kolaborasi dengan LSM lingkungan
Hotel dapat bermitra dan memberikan dampak langsung dalam upaya pengurangan limbah dengan berkolaborasi bersama startup daur ulang lokal yang menyediakan layanan pengumpulan dan daur ulang sampah.
3. Sertifikasi “Green Hotel” yang terstandarisasi dan audit berkala
Diperlukan adanya sistem sertifikasi lingkungan yang memiliki kredibilitas tinggi serta dilengkapi dengan mekanisme pengawasan dan audit secara berkala.
4. Peran pemerintah dalam pemberian insentif dan pengenaan sanksi
Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada hotel yang benar-benar menerapkan pengelolaan limbah dengan baik, serta memberlakukan sanksi tegas bagi hotel yang melakukan pelanggaran.
Diagram workflow Zero Waste untuk hotel