Perkembangan Industri Animasi 3 Dimensi di Indonesia

TRESNA MUHAMMAD -
Mahasiswa Institut Teknologi Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
7 Juni 2022 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TRESNA MUHAMMAD - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Selama pandemi merebak ke seluruh dunia, banyak perubahan yang terjadi dalam sektor industri kreatif. Perubahan konsumsi masyarakat di bidang entertaiment dan periklanan membuat industri animasi 3 dimensi dibutuhkan oleh berbagai agensi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Walaupun industri ini berjalan dengan baik namun masih terdapat berbagai masalah seperti biaya produksi yang mahal, upah yang tidak sesuai, serta kurangnya dukungan dari tv konvensional.
ADVERTISEMENT
Animasi di Indonesia pertama kali diproduksi pada tahun 1983. TVRI menayangkan sebuah animasi “Si Huma” yang dibuat oleh Produksi Film Negara dibantu oleh UNICEF. Pada tahun 1995 “Si Doel Memilih” menjadi sebuah animasi yang digunakan untuk media iklan pemilihan umum pertama. Sedangkan untuk animasi 3 dimensi pertama di Indonesia berjudul “Hela Heli Helo”. Pada generasi awal tersebut penggunaan animasi sudah terlihat menjanjikan melalui inovasi yang belum pernah ada di Indonesia. Walau perkembangan nya kala itu masih sedikit namun mereka memelopori animasi Indonesia.
Kualitas pengembangan animasi di Indonesia masih kurang baik dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti pihak stasiun televisi lebih mementingkan rating, masifnya pembelian animasi impor yang jauh lebih murah dibandingkan karya lokal, orientasi pada uang, pemerintah lepas tangan dalam memberikan kebijakan tayangan animasi lokal. Melihat faktor tersebut dapat disimpulkan jika perkembangan animasi di Indonesia masih sulit bergerak maju terutama untuk tayangan pertelevisian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak faktor yang menghambat, namun dalam beberapa dekade terakhir kita mulai melihat banyak sekali karya animasi 3 dimensi lokal memiliki kualitas yang baik seperti “Nussa & Rara”, “Adit & Sopo Jarwo”, “Knight Kris”, “Riko The Series”. Dari daftar tersebut, mereka merupakan animasi yang memiliki visual berkualitas. Hal tersebut menunjukkan Indonesia sanggup menggarap sebuah animasi sekelas pixar serta memelopori perubahan kualitas yang baik. Hal ini juga membuktikan bahwa kita mampu bersaing tidak hanya dengan malaysia namun juga di kancah internasional.
Jika kita melihat channel youtube animasi ”Nussa & Rara” maka terbukti minat penonton Indonesia terhadap animasi lokal sangat besar.[2] Mereka mampu menembus ratusan juta views dalam satu episode yang berdurasi 3-6 menit. Series tersebut memperlihatkan dengan jelas peluang yang ada. Dengan membangun sebuah animasi yang berkualitas maka penonton pun akan banyak dan biaya proses produksi akan kembali serta menghasilkan laba passive income. Namun ironisnya masih banyak animasi lokal yang belum mampu mencapai kualitas tersebut dikarenakan keterbatasan SDM dan dana produksi.
Karya 3D Animasi Kasita Winowidjojo "Wayang Dhalang" (Foto: Artstation)
Tokoh hebat yang berkecimpung di industri animasi 3 dimensi diantaranya adalah Kasita Winowidjojo yang membuat karakter Naevis untuk video clip girlband AESPA berjudul “Black Mamba”. Kemudian ada Leo Averio dalam proyek Coldplay x BTS – my universe untuk membuat konsep level designfloris”.[3] Selanjutnya adalah Yuditya Afandi yang memiliki portofolio karakter desain tokoh terkenal, dan masih banyak lagi animator hebat yang ada di Indonesia. Mereka semua memiliki rekam jejak produksi animasi untuk agensi luar negeri dan mengerjakan berbagai proyek terkenal.
ADVERTISEMENT
Kunci utama produksi studio dalam membangun sebuah animasi berkualitas adalah peran investor untuk membiayai dana produksi serta dorongan pemerintah dalam mendukung industri animasi lokal. Walau regulasi pemerintah masih belum baik namun mereka telah mendukung para industri kreatif melalui BEKRAf. BEKRAF atau Badan Ekonomi Kreatif adalah lembaga non kementerian yang digagas oleh pemerintah untuk merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif.
Setelah mengetahui perkembangan animasi 3 dimensi di Indonesia, maka terlihat prospek yang hadir sangat besar jika dibantu dengan keterlibatan berbagai pihak terkait untuk terus mendorong perkembangan animasi di Indonesia. Dengan banyaknya SDM yang berminat di bidang animasi 3 dimensi maka membuka peluang bagi indonesia untuk mampu menghasilkan sebuah film berskala besar. Talenta yang berkualitas lebih melirik proyek luar negeri dikarenakan upah yang besar dan jaminan proses produksi yang baik. Dibandingkan dengan Indonesia, kita masih dalam tahap membangun SDM yang ada sehingga dibutuhkan wadah studio yang mampu memproduksi animasi lokal berkualitas.
ADVERTISEMENT
Kemampuan SDM ahli di Indonesia sudah sangat banyak, namun mereka tidak terlalu mendapat exposure yang baik sehingga sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Alasan lain mengapa kualitas animasi di Indonesia masih sangat kurang karena pihak agensi merekrut anggota yang masih awam agar bayaran mereka tidak terlalu mahal. Hal tersebut yang menjadikan masalah penting sehingga berpengaruh pada hasil akhir produksi animasi. Pemberdayaan SDM yang kurang tepat seperti inilah yang membuat Indonesia masih tertinggal dari malaysia.
Dengan bangkitnya studio animasi 3 dimensi di Indonesia maka kita harapkan agar hadirnya film animasi dalam negeri berkualitas. Tidak hanya melalui stasiun televisi namun juga hadir ke dalam layar lebar. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya ikut mengapresiasi karya mereka dengan cara menonton secara legal dan mengikuti banyak event yang mereka hadirkan.
ADVERTISEMENT