Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Rencana yang Berubah Menjadi Bencana, Yuk Hindari Aggressive Driving!
20 Desember 2022 13:39 WIB
Tulisan dari Tri Alinda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang sering bertengkar dengan temannya di jalan karena salah baca peta? Hayoo mengaku! Karena kita dilarang untuk menggunakan ponsel saat berkendara, pasti butuh sekali nih teman yang bisa baca peta. Bahkan kalau di dalam kelompok sepeda motor tuh biasanya akan ada satu orang yang dikhususkan untuk menjadi pemandu jalan loh. Tetapi bagaimana yah kalau ternyata orang yang kita percaya malah salah ambil keputusan saat di jalan?
ADVERTISEMENT
Bagaimana nih kalau terjadi aggressive driving di jalanan? Duh berbahaya sangat loh. Bisa-bisa rencana jalan-jalannya berubah menjadi bencana. Kita kenalan dahulu yuk sama Aggressive Driving serta faktor pengaruh dan pencegahannya.
Apa sih itu Aggressive Driving?
Aggressive driving atau dikenal sebagai perilaku agresif dalam berkendara merupakan perilaku mengemudi dengan tanpa memedulikan keberadaan orang lain di jalan, melanggar peraturan lalu lintas, dan menciptakan situasi bahaya bahkan dapat menyebabkan kecelakaan (hartoyo dkk., 2021). Sedangkan menurut (wisnu dkk., 2011) aggressive driving yaitu aksi yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang atau menyakiti secara fisik maupun psikis pengendara lain, penumpang dan penyeberang jalan.
Dalam pengertiannya sendiri, agresif merupakan perilaku yang menunjukkan keinginan untuk menyerang atau menyakiti seseorang akibat emosi yang berlebih. Dengan demikian, agresivitas dalam berkendara dapat diartikan sebagai perilaku di bawah emosi yang dapat menimbulkan situasi berbahaya bagi pengendara lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Duh, dari penjelasannya saja sudah terlihat berbahaya. Perilaku ini bukan hanya memberikan efek kepada si pengendara loh. Tetapi juga dapat memberikan efek kepada pengendara lain. Contohnya, kalau kalian bersifat aggressive di perjalanan nih, terus kamu mengemudikan kendaraan di atas rata-rata. Bisa-bisa kamu kehilangan kendali atas kemudi loh. Akibatnya? Kecelakaan tentu tidak akan bisa terhindari.
Lalu Apa Salah Satu Faktor yang Memengaruhi Aggressive Driving?
Walaupun manusia merupakan makhluk sosial, perilaku egoisme tentu tidak luput dari kehidupannya. Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Sedangkan egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interes). (mugiarti dkk., 2018)
ADVERTISEMENT
Sehingga dapat diartikan, egoisme merupakan perilaku yang menunjukkan keakuan atau mementingkan diri sendiri. Sifat egoisme ini menimbulkan banyak penyesalan di akhir. Karena perilaku egois, seseorang bisa kehilangan temannya atau dalam kasus berkendara, karena perilaku egoisme tadi, seseorang dapat kehilangan nyawanya.
Nah, egoisme ini membuat seseorang bertindak berdasarkan emosinya. Dengan mementingkan dirinya sendiri, egoisme di jalan dapat berakibat terjadinya perilaku aggressive. Terkadang, saat melakukan perjalanan bersama kawan perilaku ini sering terjadi. Saat sedang berkendara di daerah yang belum diketahui, mencari jalan baru sangatlah rawan dipengaruhi rasa egois. Kalau ego sudah memenuhi pikiran seseorang, kecelakaan dapat terjadi loh. Karena pengendara sudah kehilangan fokus pada jalanan atau bahkan ego dalam dirinya mengingkan penumpangnya untuk tersakiti. Duh bahaya sekali loh.
ADVERTISEMENT
Hal Apa sih yang Penting dalam Berkendara?
Dalam kesehariannya, individu membutuhkan acuan dan patokan dalam berperilaku sehari-hari. Hal ini diikuti dengan yang namanya self-control atau kontrol diri. Menurut ubaydillah yang dikutip oleh (febrianto, 2016), self-control adalah dengan sadar menentukan pilihan reaksi yang positif saat terdapat problem yang akhirnya menghasilkan problem yang baru melainkan problem yang telah ada diberikan solusi yang tepat. Dari pengertian di atas, self-control dapat diartikan sebagai pemilihan reaksi secara sadar dengan menentukan sisi positifnya, apakah itu dapat menyelesaikan masalah atau malah menambah masalah.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa self-control dapat dimaksudkan sebagai berkuasanya seseorang terhadap dirinya sendiri. Dalam arti lain mampu membatasi keinginannya sehingga tidak melakukan tindakan yang over. Serta mencegah terjadinya sebuah masalah.
ADVERTISEMENT
Tindakan-tindakan di atas tentu dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Entah itu kendaraan roda dua, roda empat, roda enam sekalipun. Perilaku egoisme dapat menimbulkan sikap tidak peduli sekitar yang bisa mengakibatkan pengendara lalai dalam berkendara. Demikian pula dengan self-control yang jika tidak dimiliki seorang pengendara, hal itu dapat menyebabkan terjadinya berbagai kasus kecelakaan. Entah itu saling senggol, saling tidak mengalah hingga salah paham berkelanjutan.
Dengan demikian, aggressive driving ditentukan dengan perilaku seseorang berupa self-control dan tingkat egoisme. Self control berpengaruh apabila seseorang tidak memilikinya dapat menimbulkan egoisme hingga terjadinya salah paham, keserakahan hingga terjadinya kecelakaan. Untuk menghindari hal tersebut, setiap pengendara wajib mengetahui peraturan lalu lintas yang ada seperti marka jalan dan sejenisnya. Supaya tidak ada pelanggaran.
ADVERTISEMENT
Selain itu, yuk pastikan sebelum berkendara kalau teman Anda benar-benar paham cara membaca peta. Serta buatlah komitmen bersama bahwa Anda sudah saling percaya 100%. Jadi yuk buat rencana perjalananmu lebih matang terlebih dahulu sebelum berkendara.