Dimensi Transformasi Ekonomi (2)

Tri Cahyo Wibowo
Instructor, coach, writer, and consultant of productivity. Civil servant at Jakarta Productivity Development Center (Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi DKI Jakarta).
Konten dari Pengguna
3 Desember 2021 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Cahyo Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi industri. Sumber: pxhere.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi industri. Sumber: pxhere.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Part 1 sudah membahas tentang pengantar dari dimensi transformasi ekonomi hingga sampai pada dimensi pertama, yaitu upgrading. Berikutnya pada Part 2 ini akan dibahas dimensi kedua dari transformasi ekonomi, yaitu restrukturisasi (restructuring).
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang mampu mendukung restrukturisasi ekonomi adalah, antara lain: komposisi sektor-sektor, komposisi industri-industri di dalam sektor, dan kompleksitas ekonomi.
Komposisi sektor-sektor yang berdampak pada perekonomian suatu negara akan senantiasa berubah seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi.
Pada mulanya, sektor yang memiliki kontribusi besar bagi negara adalah sektor pertanian dan mulai tergantikan saat ini dengan sektor industri, di mana sektor industri yang paling menonjol adalah manufaktur.
Akan tetapi, sektor manufaktur pun semakin lama akan semakin menurun dan mulai digantikan oleh sektor jasa. Sektor jasa semakin meningkat proporsinya baik dari sisi nilai tambah maupun tenaga kerja.
Grafik log perubahan sektor pertanian, manufaktur, dan servis dalam beberapa waktu. Sumber: Herrendorf, B., Rogerson, R. and Valentinyi, A. (2013), Growth and Structural Transformation, NBER Working Paper Series. Note: Data spanning 1800-2000.
Grafik di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki tren yang semakin menurun seiring waktu, baik dari sisi nilai tambah maupun dari sisi tenaga kerja. Menariknya, sektor manufaktur pernah berkembang pesat namun akhirnya mencapai puncaknya dan mulai mengalami penurunan juga. Terakhir, dapat kita lihat bahwa sektor jasa masih senantiasa meningkat hingga saat ini, artinya sektor jasa masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Grafik komposisi sektor terhadap GDP (Gross Domestic Product) di Jepang. Sumber: Presentasi Dr. Woon Kin Chung pada Workshop on Productivity, Quality, and Innovation for Transforming Economies (Januari 2021)
Grafik komposisi sektor terhadap GDP (Gross Domestic Product) di Korea Selatan. Sumber: Presentasi Dr. Woon Kin Chung pada Workshop on Productivity, Quality, and Innovation for Transforming Economies (Januari 2021)
Kedua grafik di atas menunjukkan tren yang sama, di mana sektor pertanian pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19 merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi, baik di Jepang maupun di Korea Selatan, disusul dengan sektor manufaktur yang cukup meningkat sejak tahun 1940-an, bahkan hingga tahun 2000-an masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negara-negara tersebut. Di sisi lain, terlihat bahwa sektor jasa ternyata memiliki peran yang terus-menerus meningkat seiring berjalannya waktu.
Grafik cross-sectional view dari sektor manufaktur (terhadap value added). Sumber: Presentasi Dr. Woon Kin Chung pada Workshop on Productivity, Quality, and Innovation for Transforming Economies (Januari 2021)
Bidang pada sektor manufaktur yang banyak berkontribusi di Indonesia adalah bidang pengolahan makanan dan minuman, sedangkan negara-negara yang lebih maju seperti Cina, Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat lebih kuat di sektor permesinan (machinery) dan peralatan (equipment).
ADVERTISEMENT

Kompleksitas Ekonomi

ADVERTISEMENT
Semakin berkembang sebuah negara maka struktur ekonominya pun akan semakin kompleks dalam hal kapabilitas dan kemampuannya untuk memproduksi sesuatu. Hal ini akan termanifestasi dalam 2 (dua) hal, yaitu: semakin besar diversifikasi produk dan semakin meningkatnya kompleksitas produk yang diproduksi dan diekspor. Hingga tujuan akhirnya adalah peningkatan produktivitas.
Struktur ekonomi yang kompleks diartikan sebagai kemampuan sebuah negara untuk menghasilkan produk kompleks yang beragam, sedangkan struktur ekonomi yang sederhana hanya mampu menghasilkan produk sesuai kapabilitas dasar saja.
Kemampuan sebuah negara untuk meningkatkan selalu kapabilitasnya menjadi hal yang penting dan kritikal sehingga negara tersebut mampu bertransformasi menjadi negara dengan struktur ekonomi yang kompleks.
Persebaran kompleksitas produk di Pakistan. Sumber: Presentasi Dr. Woon Kin Chung pada Workshop on Productivity, Quality, and Innovation for Transforming Economies (Januari 2021)
Persebaran kompleksitas produk di Korea Selatan. Sumber: Presentasi Dr. Woon Kin Chung pada Workshop on Productivity, Quality, and Innovation for Transforming Economies (Januari 2021)
Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa negara Pakistan belum memiliki kemampuan menghasilkan produk-produk yang kompleks, berbeda dengan Korea Selatan yang sudah bisa menghasilkan produk-produk yang kompleks, seperti elektronik, kendaraan, spare parts, permesinan, dan sebagainya. Di sisi lain, Pakistan lebih banyak bermain di sisi produk-produk yang tidak kompleks seperti linen, pakaian, beras, dsj.
ADVERTISEMENT
GDP Pakistan masih banyak dipengaruhi dari sektor tekstil, pertanian, dan servis, sedangkan Korea Selatan lebih merata pada sektor elektronik, kendaraan, kimia, servis, dan metal.
Tabel urutan negara dengan pendapatan tinggi di dunia (high income countries) 2021. Sumber: https://worldpopulationreview.com/country-rankings/high-income-countries
Saat ini kita ketahui posisi Korea Selatan sudah menjadi salah satu negara maju (high income country) di dunia, yaitu pada posisi ketujuh setelah Italia.
Kira-kira di mana posisi Indonesia, ya?
~Tri Cahyo Wibowo~
Instruktur Produktivitas di Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi DKI Jakarta