Zhēnzhū Nǎichá, Minuman Teh Susu Khas Taiwan

Tri Cahyo Wibowo
Instructor, coach, writer, and consultant of productivity. Civil servant at Jakarta Productivity Development Center (Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah Provinsi DKI Jakarta).
Konten dari Pengguna
26 Februari 2021 6:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Cahyo Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teh susu. Foto: Dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teh susu. Foto: Dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
Teh (Camellia sinensis) menjadi minuman khas yang senantiasa dikonsumsi di berbagai belahan dunia, dari Timur Jauh hingga dunia Barat. Bahkan beberapa negara memiliki upacara minum teh yang khas sesuai budaya negaranya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Membuka lembaran sejarah tentang teh akan membawa kita pada masa 2787 SM (tea.co.uk), ketika minuman teh pertama kali ditemukan oleh seorang Kaisar Cina bernama Shen Nung yang kala itu sedang duduk di bawah sebuah pohon dan kala itu asistennya sedang merebus air. Tiba-tiba beberapa helai daun melayang jatuh dan masuk ke dalam rebusan air tersebut. Shen Nung, yang merupakan seorang herbalis terkenal mencoba meneliti air infus yang terjadi secara tidak disengaja itu.
Sebuah kontainer teh ditemukan pada sebuah pusara pada masa Dinasti Han (206-220 SM). Namun, baru pada Kekaisaran Dinasti Tang-lah (618-906 SM) teh dijadikan minuman nasional di Cina. Selepas itu, teh pun mulai dikenal di Jepang karena dibawa oleh seorang pendeta Buddha yang selesai belajar di Cina. Jepang sendiri memiliki upacara teh sendiri yang khas.
ADVERTISEMENT
Taiwan, sebuah pulau kecil yang berdekatan dengan Cina dan Jepang pun memiliki budaya minum teh yang melekat erat pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Taiwan memiliki tehnya sendiri yang sudah banyak digunakan oleh para suku asli Formosa. Teh ini banyak tumbuh di dataran tinggi dan pegunungan di Taiwan dengan nama latin Camellia formosensis sedangkan Camellia sinensis (Chinese tea) masuk ke Taiwan pada abad ke-19 dari Provinsi Fujian, Cina (Nick Kembel, 2019).
Terdapat beberapa jenis teh yang banyak dikonsumsi di Taiwan, seperti oolong tea, black tea, green tea, dan white tea (Allee, 1994). Oolong tea sendiri paling banyak dikonsumsi, hingga sampai 20 persen dibandingkan jenis teh yang lainnya.
Ilustrasi teh hijau. Foto: Shutter Stock
Pembagian jenis teh ini dibedakan berdasarkan tingkat oksidasi/fermentasi daun teh setelah dipetik (Nick Kembel, 2019). Teh dengan tingkat oksidasi terendah adalah white tea (白茶, báichá). Teh ini paling sedikit diproses dari jenis teh lainnya. Rasanya sangat lembut dengan warna kuning muda. Nama “white” sendiri diambil dari rambut putih keperakan kecil yang ditemukan pada tunas tanaman yang belum dibuka.
ADVERTISEMENT
Berikutnya adalah green tea (綠茶, lǜchá). Green tea mirip dengan white tea karena tidak teroksidasi namun rasanya lebih kuat dan tajam daripada white tea. Green tea pun memiliki rona citrus atau nabati. Biasanya green tea diolah dengan memanggangnya langsung setelah dipanen karena dipercaya dapat mempertahankan keaslian rasanya. Cina dan Jepang banyak memproduksi green tea, namun produksi green tea di Taiwan lebih sedikit dibandingkan oolong tea.
Oolong tea (烏龍茶,wūlóngchá) adalah teh semi-oksidasi yang berkisar antara 10 persen hingga 80 persen, sehingga oolong tea dapat terdiri dari berbagai macam varian. Oolong tea dapat diseduh beberapa kali, dan setiap seduhan akan menghasilkan rasa yang berbeda. Jenis teh terbanyak yang diproduksi di Taiwan dan penikmat teh di Taiwan sangat menyukai teh ini sehingga harganya pun bervariasi, dari harga biasa hingga harga yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Varian teh terakhir yang ada di Taiwan adalah black tea/red tea (紅茶, hóngchá). Black tea sepenuhnya teroksidasi dan memberikan rasa yang kuat. Teh ini terutama banyak dihasilkan dari India dan Sri Lanka. Jenis black tea yang semakin umum dikonsumsi di Taiwan adalah black tea beraroma madu. Aroma madu ini adalah rasa natural yang dihasilkan dari gigitan serangga pada daun tehnya.

Bubble Milk Tea, Minuman Khas Taiwan

Masyarakat Taiwan sangat menyukai teh yang dicampur dengan susu (奶茶, nǎichá). Lalu mereka tambahkan lagi bubble/pearl (珍珠, zhēnzhū) yang berasal dari tapioka sehingga terciptalah minuman pearl milk tea (珍珠奶茶, zhēnzhū nǎichá). Zhēnzhū nǎichá sendiri mulai dikembangkan pada tahun 1980-an dan hingga kini menjadi ikon tersendiri bagi Taiwan.
ADVERTISEMENT
Bubble milk tea dikembangkan oleh seorang pedagang teh di tahun 1940-an ketika Taiwan berada di bawah penjajahan Jepang (CNN). Chang Fan Shu, membuka sebuah toko minuman teh dan membuat teh yang berbeda. Ia mengocok tehnya dengan cocktail-shaker menggunakan tangannya (手搖, shǒu yáo, hand-shaken) sehingga dihasilkanlah es teh dengan rasa yang kaya dan halus dan terdapat bubble di atasnya. Sehingga terdapat ungkapan “沒有手搖沒有珍珠奶茶, méiyǒu shǒu yáo méiyǒu zhēnzhū nǎichá” yang kurang lebih artinya adalah, “tanpa teh kocok, tak ada bubble milk tea.
Bubble milk tea pun sudah merambah hingga Indonesia. Banyak sekali gerai-gerai minuman yang menawarkan minuman khas Taiwan ini. Apakah Anda termasuk salah satu yang menyukainya?
Penulis menyukai bubble milk tea dan pernah menimba ilmu di Taiwan.
ADVERTISEMENT