Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Jenis-Jenis Burung Pandai dan Cerdas Di Indonesia
20 Mei 2024 17:55 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Tri Haryoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita seringkali mendengar kata "pandai dan cerdas", kadang menganggap kedua istilah ini sama artinya, namun sebenarnya berbeda maknanya. Berdasarkan KBBI kata pandai mempunyai arti: cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu. Sedangkan cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya). Oleh karena itu kepandaian mengacu pada kemahiran dalam melakukan segala sesuatu yang sudah dipelajari dan diajarkan, sedangkan kecerdasan mengacu pada kemampuan untuk memecahkan suatu masalah dengan pendekatan yang tidak biasa. Ternyata kepandaian dan kecerdasan tidak saja dimiliki oleh manusia saja. Beberapa jenis hewan diketahui mempunyai kepandaian dan kecerdasan, diantaranya sering dijumpai pada jenis primata (gorila, monyet, simpanse dan lainnya) serta beberapa jenis burung. Untuk membedakan kedua istilah tersebut maka dapat dilihat pada perilaku beberapa jenis burung yang dianggap pandai dan cerdas.
ADVERTISEMENT
Jenis Burung Pandai
Sesuai definisi maka burung pandai adalah burung yang mampu menangkap pelajaran yang diajarkan oleh manusia. Salah satu ciri karakter penandanya adalah mampu menirukan suara atau perilaku manusia. Diantara jenis burung yang terkenal pandai adalah burung beo dan kakatua. Jenis burung ini mampu mengingat dan menirukan beberapa kosakata yang berulang-ulang diajarkan oleh pemiliknya.
Burung Beo/ Tiong Emas
Merupakan burung anggota suku Sturnidae atau kerabat jalak. Burung ini memiliki bulu seluruh tubuhnya berwarna hitam mengkilap dan terdapat bercak berwarna putih pada bagian sayap. Paruh melengkung berwarna oranye terang dengan ujung kekuningan, kaki dan tungkainya berwarna kuning. Mempunyai pial yang menjuntai berwarna kuning cerah dari belakang mata hingga ke belakang di sekitar tengkuk. Sebaran burung ini ada di India, Sri Lanka, Bangladesh, China, dan Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia terdapat di Jawa, Kalimantan, Sumatra ( dan pulau sekitarnya seperti Nias, Mentawai, Simeuleu, Enggano, dan Bangka) serta Nusa Tenggara. Pada awalnya burung beo mempunyai nama ilmiah Gracula religiosa yang memiliki beberapa anak jenis, namun adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang menunjukkan perbedaan ciri dan daerah sebarannya maka beo yang berada di Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis.
1. Gracula religiosa ( Beo, Tiong emas)
ADVERTISEMENT
Jenis beo ini terdiri atas beberapa anak jenis yang dibedakan berdasarkan daerah sebarannya, yang berarti bahwa semua anak jenis ini dianggap masih dalam satu jenis yang sama. Burung Gracula religiosa berukuran panjang sekitar 30-32 cm dengan berat antara 161-229 gram. Penelitian masih terus dilakukan pada semua burung dalam jenis ini untuk menetapkan masih dalam jenis yang sama ataukah sebagai jenis yang berbeda.
Gracula religiosa religiosa
Diidentifikasi pertama kali oleh Carolus Linnaeus tahun 1758 pada burung beo yang diperoleh dari Pulau Jawa. Burung beo ini yang mempunyai sebaran di Sumatra, Bangka, Jawa, Bali, dan Kalimantan
Gracula religiosa batuensis
Diidentifikasi pertama kali oleh Friedrich Hermann Otto Finsch tahun 1899 pada burung beo yang diperoleh dari Pulu Tello (Pulau Batu) yang sekarang berada di Kepulauan Nias Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara. Burung beo ini mempunyai sebaran di P. Batu dan Mentawai.
ADVERTISEMENT
Gracula religiosa miotera
Diidentifikasi pertama kali oleh Harry Church Oberholser tahun 1912, pada catatan publikasi tertulis berasal dari P. Simalur pada tahun 1901 (sekarang bernama P. Simeulue). Namun demikian burung ini diperkirakan sudah punah di alam, tidak ada catatan terbaru perjumpaan jenis ini di pulau tersebut.
Gracula religiosa enganensis
Diidentifikasi pertama kali oleh Adelardo Tommaso Salvadori tahun 1892 pada burung beo yang diperoleh dari P. Engano (P. Enggano, Bengkulu). Burung ini mempunyai ukuran panjang sekitar 27 cm sehingga berukuran lebih kecil dibandingkan jenis beo lainnya.
2. Gracula robusta (Beo Nias, Tiong Nias)
Diidentifikasi pertama kali oleh Adelardo Tommaso Salvadori tahun 1887 pada burung beo yang diperoleh dari P. Nias. Sebaran lainnya dapat dijumpai di P. Banyak (Babi, Bangkaru, dan Tuangku) di Provinsi Sumatera Utara. Ukuran fisik paling besar dari lainnya dengan panjang total sekitar 32 cm dan ukuran kepala juga lebih besar. Beo Nias ini dapat dibedakan dengan jenis beo lainnya dari beberapa ciri lainnya yaitu warna bulu yang lebih cerah, pial bawah mata dan pial belakang mata terpisah membentuk pial besar di tengkuk yang bertemu di garis tengah, paruh lebih besar dengan warna dasar oranye-merah. Warna bercak putih di bulu primer memanjang sekitar 47 mm sehingga lebih panjang dari jenis beo lainnya yang panjangnya kurang dari 31 mm.
ADVERTISEMENT
3. Gracula venerata (Beo, tiong nusa-tenggara)
Diidentifikasi pertama kali oleh Charles Lucien Jules Laurent Bonaparte tahun 1850 pada burung beo yang berasal dari P. Sumbava (P. Sumbawa). Ciri-cirinya seperti pada burung beo lainnya tetapi warna hitam bulunya terlihat dengan kilapan hijau, dan berukuran panjang sekitar 26-30 cm sehingga lebih kecil dibandingkan dengan jenis beo lainnya. Sebaran burung ini adalah di Sumbawa, Flores, Pantar, Lomblen, dan Alor.
Burung Kakatua
Kakatua merupakan keluarga burung paruh bengkok (Psittciformes). Hal ini disebabkan oleh keluarga burung ini memiliki ciri paruh yang bengkok dan kuat. Berukuran besar dengan sebaran di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Diantara ciri khas burung kakatua adalah hampir semuanya memiliki jambul yang khas. Ciri lainnya adalah memiliki jari kaki tipe Zygodactyl yaitu dua jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan 4). Sehingga burung ini memiliki perilaku memanjat dan dapat memegang sesuatu dengan jari kakinya.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki 7 jenis kakatua yaitu kakatua putih (Cacatua alba), kakatua koki (Cacatua galerita), kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana), kakatua Maluku (Cacatua moluccensis), kakatua rawa (Cacatua sanguiena), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), dan kakatua raja (Probosciger atterimus).
Namun demikian diantara jenis kakatua tersebut yang sering diajari dan dapat menirukan suara manusia adalah kakatua yang memiliki jambul berwarna kuning. Sebenarnya burung kakatua yang memiliki jambul berwarna kuning ada 2 jenis yaitu kakatua koki (Cacatua galerita) dan Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea). Oleh karena itu seringkali kedua jenis ini dianggap sama dan disebut dengan nama “kakatua jambul kuning”. Namun sesungguhnya keduanya adalah jenis yang berbeda. Burung kakatua koki (Cacatua galerita) mempunyai ukuran yang jauh lebih besar dengan panjang antara 45–55 cm dan berat antara 815–975 gram, sedangkan kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang hanya mempunyai panjang sekitar 33 cm dan berat badan sekitar 350 gram.
ADVERTISEMENT
Kakatua Koki (Cacatua galerita)
Burung kakatua jenis ini diidentifikasi pertama kali oleh Joannes Latham tahun 1790 dari New South Wales dengan nama awalnya adalah Psittacus galeritus.
Cacatua galerita triton
Diidentifikasi pertama kali oleh Coenraad Jacob Temminck tahun 1849 burung ini diperoleh dari P. Aiduma, dekat pantai Triton (Papua Nugini). Mempunyai daerah sebaran di Papua Barat dan Papua Nugini serta pulau kecil sekitarnya. Burung ini berukuran besar dengan panjang tubuh total dari ujung paruh sampai ujung ekor mencapai sekitar 55 cm, dengan berat 815-975 gram. Bulu berwarna putih dan penutup telinga berwarna kuning pupus. Warna sayap dan ekor bagian bawah kuning pupus. Jambul berwarna kuning cerah dengan panjang sekitar 14 cm ketika jambul berdiri. Kulit di sekeliling mata berwarna kebiruan. Paruh berwarna hitam sedangkan kaki abu-abu tua.
Cacatua galerita eleonora
ADVERTISEMENT
Diidentifikasi pertama kali oleh Friedrich Hermann Otto Finsch tahun 1863 yang mempunyai sebaran di P. Aru. Menyerupai jenis Cacatua galerita triton namun berukuran lebih kecil dengan panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor sekitar 44 cm dan berat sekitar 404 - 602 gram. Kulit di sekeliling mata berwarna putih-pucat beda dengan Cacatua galerita triton yang berwarna kebiruan.
Jenis Burung Cerdas
Sesuai dengan definisi maka kecerdasan akan mengacu pada kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Sebagai salah satu penanda kunci makhluk hidup itu dikatakan cerdas adalah kemampuan penggunaan suatu alat untuk membantu memecahkan permasalahannya. Seperti halnya manusia purba mampu menggunakan batu dan menciptakan alat-alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu apakah ada jenis burung yang memenuhi persyaratan ini sebagai hewan yang cerdas? Hasil penelitian telah menyimpulkan bahwa jenis burung yang termasuk mempunyai kecerdasan yang tinggi yaitu Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana). Penelitian menyimpulkan bahwa burung Kakatua Tanimbar mempunyai kemampuan perkembangan kognitif setara dengan kemampuan anak berusia empat tahun.
ADVERTISEMENT
Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana)
Salah satu kakatua terkecil di antara ketujuh jenis kakatua tersebut adalah Cacatua goffiniana. Berukuran panjang total 30-32 cm dan berat badan sekitar 300 gram. Burung ini mempunyai ciri bulu berwarna putih, bulu sekitar pangkal paruh berwarna kemerahjambuan. Jambul agak pendek berwarna putih. Pertama kali diidentikasi oleh Friedrich Hermann Otto Finsch pada tahun 1863 dengan nama Lophochroa goffini, namun selanjutnya diidentifikasi ulang oleh Roselaar dan Michels pada tahun 2004 dan berganti nama menjadi Cacatua goffiniana yang dan hanya mempunyai sebaran endemik Kepulauan Tanimbar di Maluku.
Pengujian kecerdasan burung Kakatua Tanimbar
Untuk menguji kecerdasan pada burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana) telah dilakukan rangkaian penelitian dengan memberikan tantangan untuk memecahkan suatu masalah mendapatkan makanannya. Penelitian dilakukan oleh tim Peneliti dari University of Vienna Austria, Universitas Oxford, Mac Planck Institute, dan juga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Hasil penelitian sudah dipublikasikan di beberapa jurnal internasional yaitu Current Biology (2012), PloS One (2013), Biology Letters (2013), Journal of Comparative Psychology (2014), Behaviour (2018), Treubia (2018), dan Current Biology (2021).
ADVERTISEMENT
Apakah bukti kecerdasan yang dimiliki oleh burung ini?
1. Peneliti membuat suatu kotak dilengkapi beberapa tipe kunci dimana didalam kotak tersebut diletakkan pakan sejenis kacang. Peneliti juga memodifikasi tantangan dengan merubah urutan kuncinya. Hasil penelitian menunjukkan burung ini mampu membuka kunci pintu kotak untuk mendapatkan pakan tersebut.
2. Pengujian ini terinspirasi perilaku simpanse mengambil rayap dalam tanah, maka peneliti juga menguji kakatua tanimbar untuk mengambil kacang yang ditempatkan dalam kotak tertutup. Peneliti menyediakan alat berupa sebuah potongan kayu (seperti pensil yang pendek) dan satu alat lainnya seperti sedotan yang agak panjang. Hasilnya burung mampu menggunakan kedua alat tersebut untuk mendapatkan kacang tersebut.
3. Temuan perilaku yang cerdas dijumpai pada burung kakatua tanimbar untuk mendapatkan biji buah bintaro (Cerbera manghas). Burung dapat membuat dan menggunakan serpihan kayu yang sesuai ukurannya untuk membuka atau memecah kulit pembungkus biji buah untuk menjadi pakannya
Konservasi pada burung yang pandai dan cerdas di Indonesia
ADVERTISEMENT
Adanya ketertarikan masyarakat terhadap burung yang pandai dan cerdas maka permintaan terhadap burung-burung tersebut sangat banyak. Namun demikian ketersediaan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut sebagian besar dipenuhi dari penangkapan dan pengambilan langsung dari alam. Eksploitasi dengan pengambilan jumlah besar untuk perdagangan akan mengancam kepunahan populasinya di alam. Oleh karena itu melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 menetapkan semua jenis burung kakatua dan beo/ tiong emas termasuk dalam daftar jenis burung yang dilindungi. Dengan demikian pemanfaatan untuk komersial diijinkan hanya berasal dari usaha penangkaran. Seluruh masyarakat mempunyai tanggungjawab bersama untuk menjaga dan mencegah kepunahan serta melestarikan keberadaan berbagai jenis burung yang ada di Indonesia.