Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pentingnya Pembelajaran Berbasis Lapangan di Bidang Kesehatan Masyarakat
11 Agustus 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Trimawartinah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Berbasis Lapangan (PBL) telah menjadi metode pendidikan lapangan yang digunakan di berbagai bidang, termasuk kesehatan masyarakat. PBL menekankan pemikiran kritis, keterampilan analitis, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim, yang semuanya merupakan kompetensi inti bagi para profesional kesehatan masyarakat. Melalui pendekatan ini, mahasiswa dihadapkan pada situasi dunia nyata yang menuntut mereka untuk menerapkan pengetahuan teoretis dalam konteks praktis, menghasilkan pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi sebuah jawaban dari sebuah dunia kerja yang semakin kompleksnya tantangan di kesehatan global sehingga kegiatan PBL dalam mempersiapkan generasi profesional kesehatan masyarakat yang adaptif dan inovatif tidak dapat disangkal.
Metode pendidikan PBL sudah lama dikenal didunia pendidikan, pertama kali diperkenalkan di McMaster University, Kanada, pada akhir 1960-an sebagai respons terhadap kebutuhan akan metode pembelajaran yang lebih praktis dan terintegrasi dalam pendidikan kedokteran. Pendekatan ini dirancang untuk melibatkan mahasiswa dalam proses belajar yang lebih aktif dan mandiri, di mana mereka harus memecahkan masalah klinis sebagai bagian dari kurikulum mereka. Seiring waktu, konsep PBL mulai diadopsi oleh berbagai disiplin ilmu, termasuk kesehatan masyarakat, di mana kebutuhan akan pendekatan pendidikan yang responsif terhadap tantangan nyata menjadi semakin jelas.
ADVERTISEMENT
Dalam bidang kesehatan masyarakat, PBL mulai diterapkan di berbagai institusi pendidikan pada dekade 1980-an dan 1990-an. Salah satu institusi awal yang menggunakan adalah Harvard School of Public Health dan University of Maastricht di Belanda menjadi pionir dalam mengintegrasikan PBL ke dalam kurikulum kesehatan masyarakat. Di Harvard, misalnya, PBL digunakan untuk mengajarkan epidemiologi dan kebijakan kesehatan, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis data dan membuat rekomendasi kebijakan yang berbasis bukti.
PBL ini memberikan berbagai manfaat yang menjadikannya sangat relevan dalam pendidikan kesehatan masyarakat. Pertama, PBL membantu mahasiswa memberikan peluang yang luas dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dalam kesehatan masyarakat, masalah yang dihadapi sering kali kompleks dan tidak memiliki satu jawaban yang benar. PBL memungkinkan mahasiswa untuk terbiasa dengan ketidakpastian ini dan melatih mereka untuk mengevaluasi berbagai opsi sebelum mencapai kesimpulan.
ADVERTISEMENT
Kedua, PBL memperkuat keterampilan kolaborasi antar disiplin ilmu. Kesehatan masyarakat adalah bidang yang sangat multidisiplin, melibatkan ahli epidemiologi, ahli biostatistik, ekonom kesehatan, dan kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi, ahli K3 dan gizi kesehatan masyarakat. Dengan bekerja dalam tim PBL, mahasiswa belajar bagaimana berkomunikasi dan berkolaborasi dengan profesional dari berbagai latar belakang, yang sangat penting dalam pekerjaan kesehatan masyarakat di dunia nyata.
Ketiga, PBL memungkinkan mahasiswa untuk menghubungkan teori dengan praktik. Dalam kesehatan masyarakat, kemampuan untuk menerapkan teori dalam konteks yang kompleks dan dinamis adalah kunci. PBL menawarkan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempraktikkan pengetahuan mereka dalam skenario yang realistis, sehingga mereka lebih siap untuk menghadapi tantangan di lapangan setelah lulus.
Penerapan PBL di Indonesia sudah sangat luas dan sudah masuk dalam kurikulum nasional. Seperti di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA pada periode Mei dan Juni 2024 melaksanakan kegiatan PBL di wilayah Perkotaan. Hasilnya memeperlihatkan bahwa di lapangan, PBL telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam mendidik mahasiswa kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
University of Maastricht, Belanda, seluruh kurikulum kesehatan masyarakat dibangun di atas PBL. Mahasiswa di sini terlibat dalam studi kasus yang mencakup berbagai aspek kesehatan masyarakat, mulai dari penanggulangan wabah penyakit hingga pengelolaan sistem kesehatan. Hasilnya, lulusan dari program ini sering kali sangat dihargai di pasar tenaga kerja karena mereka memiliki keterampilan analitis dan pemecahan masalah yang kuat.
Penerapan PBL di Harvard School of Public Health juga memberikan hasil yang positif. Mahasiswa yang mengikuti kursus berbasis PBL menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan mereka untuk menganalisis data kesehatan dan membuat rekomendasi kebijakan yang efektif. Ini menunjukkan bahwa PBL tidak hanya meningkatkan pemahaman teoretis, tetapi juga kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks kebijakan yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Meskipun PBL menawarkan banyak manfaat, penerapannya di bidang kesehatan masyarakat memberikan dimensi kendala yaitu kebutuhan akan sumber daya yang signifikan, baik dalam hal waktu instruktur maupun infrastruktur pendidikan. PBL memerlukan kelompok kecil mahasiswa dan fasilitator yang terlatih, yang dapat menjadi beban bagi institusi tempat kegiatan sedangkan institusi terkadang memiliki sumber daya terbatas dalam mengarahkan mahasiswa.
Solusi kekinian untuk mengatasi tantangan kegiatan PBL adalah penggunaan teknologi digital untuk mendukung PBL. Platform e-learning dan simulasi online dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman PBL yang artinya memungkinkan institusi untuk berpartisipasi dalam skenario yang kompleks tanpa memerlukan kehadiran fisik sepenuhnya. Selain itu, pelatihan instruktur dalam teknik PBL juga penting untuk memastikan bahwa fasilitator dapat memimpin diskusi dengan efektif dan membantu mahasiswa mencapai hasil belajar yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
PBL memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan pendidikan kesehatan masyarakat yang semakin dinamis. Dengan tantangan kesehatan global yang semakin kompleks, seperti pandemi COVID-19 dan perubahan iklim, penting bagi pendidikan kesehatan masyarakat untuk melatih profesional yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam situasi nyata yang penuh tantangan. Model pendekatan PBL belajar lapangan yang praktis dan interdisipliner, berada di posisi yang tepat untuk menjadi landasan pendidikan kesehatan masyarakat di masa depan.
Daftar Pustaka
Barrows, H. S. (1986). A Taxonomy of Problem-Based Learning Methods. Medical Education, 20(6), 481-486.
Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-Based Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9-20.
ADVERTISEMENT
Wood, D. F. (2003). Problem-Based Learning. BMJ, 326(7384), 328-330.
Albanese, M. A., & Mitchell, S. (1993). Problem-Based Learning: A Review of Literature on Its Outcomes and Implementation Issues. Academic Medicine, 68(1), 52-81.
Schmidt, H. G., Rotgans, J. I., & Yew, E. H. J. (2011). The Process of Problem-Based Learning: What Works and Why. Medical Education, 45(8), 792-806.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.
Norman, G. R., & Schmidt, H. G. (2000). Effectiveness of Problem-Based Learning Curricula: Theory, Practice, and Paper Darts. Medical Education, 34(9), 721-728.
Dolmans, D. H. J. M., De Grave, W., Wolfhagen, I. H. A. P., & Van der Vleuten, C. P. M. (2005). Problem-Based Learning: Future Challenges for Educational Practice and Research. Medical Education, 39(7), 732-741.
ADVERTISEMENT
Dochy, F., Segers, M., Van den Bossche, P., & Gijbels, D. (2003). Effects of Problem-Based Learning: A Meta-Analysis. Learning and Instruction, 13(5), 533-568.
Hung, W., Jonassen, D. H., & Liu, R. (2008). Problem-Based Learning. In J. M. Spector, M. D. Merrill, J. van Merriënboer, & M. P. Driscoll (Eds.), Handbook of Research on Educational Communications and Technology (pp. 485-506). Lawrence Erlbaum Associates.