Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Representasi Stereotip Perempuan dalam Film 'Imperfect'
10 Januari 2022 19:44 WIB
Tulisan dari Tri Yuni Fatmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Film ‘Imperfect : Karier, Cinta & Timbangan’ menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan yang mengalami body shaming atas bentuk fisik yang dimiliki. Film yang disutradarai oleh Ernest Prakarsa ini diperankan oleh Jessica Mila, Reza Rahardian, Karina Suwandi, Yasmin Napper, Kiky Saputri, Deevina Aurel, Kiki Narendra, Shareefa Daanish, Dion Wiyoko, Karina Nadila, Boy William, Clara Bernadeth, Diah Permatasari, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel berjudul "Membaca Film" ditulis oleh Setio Budi H. Hutomo yang dimuat dalam buku berjudul "Menikmati Budaya Layar, Membaca Film (2016)", Setio Budi mengungkapkan bahwa film merupakan fenomena menarik untuk dijadikan objek studi berbagai disiplin ilmu. Produk film, dari masa putar dan beredar di bioskop-bioskop hingga terkoneksi dengan dunia televisi dan internet/online, tetap memiliki nilai kaji yang menarik. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana film ‘Imperfect : Karier, Cinta & Timbangan’ merepresentasikan stereotip perempuan tentang standar kecantikan yang berkembang saat ini dengan visualisasi karakter seorang perempuan di dalamnya.
Cerita dalam film ini berawal dari seorang perempuan bernama Rara yang lahir di tahun 90-an dari rahim seorang model terkenal pada saat itu bernama Debby. Di kehidupannya Rara hidup dengan mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan, seperti body shaming, bullying, dan beauty standard karena fisiknya yang berbeda dari adiknya yang bernama Lulu.
ADVERTISEMENT
Rara memiliki postur tubuh yang gemuk, kulit sawo matang turunan dari gen ayahnya yang bernama Hendro. Namun sebaliknya Lulu memiliki postur tubuh yang langsing dengan kulit putih keturunan deri gen ibunya.
Meskipun memiliki postur tubuh yang tidak ideal di mata masyarakat, tetapi Rara memiliki sifat baik hati yang tidak dimiliki banyak orang. Di lingkungan kerja Rara mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan, setelah ditertawakan oleh rekan kerja dan lingkungan hidup di sekitarnya karena perlakuan yang diterima Rara tentang body shaming dan beauty standard.
Kini Rara mulai mendengarkan nasihat dari sang ibu yaitu dengan mengubah pola makannya dan merawat dirinya sendiri dengan baik, sehingga kini Rara bisa memiliki postur tubuh yang diinginkan. Untuk mendapatkan sosok yang ideal, Rara mulai bekerja keras untuk menurunkan berat badan, rajin pergi ke gym serta minum jus buah dan sayuran di setiap harinya secara teratur. Selain itu Rara juga mulai mempercantik dirinya dengan belajar make up.
ADVERTISEMENT
Setelah usaha keras Rara merawat dirinya selama satu bulan, kini Rara berhasil menjadi perempuan yang cantik dan berpenampilan menarik. Sehingga Rara meraih posisi menjadi manajer di perusahaan tempat Rara bekerja. Setelah waktu berjalan Rara mendapat teguran dari Melinda Ibunda dari Kelvin (yang mempunyai perusahaan) menyebut bahwa perusahaan belum berhasil mengatasi keadaan dengan semakin turunnya persentase perusahaannya.
Hari demi hari Rara memikirkan bagaimana cara mengubah keadaan yang krisis ini. Pada suatu hari setelah semua terjadi, Rara memiliki konsep pemikiran Rara berusaha meningkatkan kinerjanya dengan mengajukan konsep baru untuk Malathi. Rara menciptakan konsep tentang beauty standard bahwa sebaiknya perempuan tidak dibatasi oleh beauty standard seperti itu karena menurut Rara perempuan itu beragam. Dengan mengusungkan konsep seperti itu sehingga membuat Malathi bangkit kembali dari masa krisisnya.
ADVERTISEMENT
Khansa Maura Syahrania, Ria Rahma Sukmawardani, & Pindy Subaldan dalam artikel berjudul Representasi Perempuan Jepang sebagai Standar dalam Iklan Shinzui Body Lotion Edisi Tahun 2015 yang dimuat dalam Jurnal Audiens Vol. 3, No. 1 (2022) menyebutkan bahwa semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula standardisasi masyarakat terhadap sesuatu, salah satunya adalah kecantikan. Standar kecantikan berkembang sesuai zaman. Banyak standar-standar kecantikan yang dinilai dari berbagai aspek. Kata cantik sendiri sekarang didefinisikan dengan wajah yang mulus, cerah, dan berbadan ideal.
Film ‘Imperfect : Karier, Cinta, dan Timbangan’ menggambarkan bahwa kecantikan fisik seorang perempuan yang tidak sesuai dengan standar kecantikan saat ini, maka ia akan mendapatkan perlakuan yang tidak enak agar ia menyesuaikan standar yang ada saat ini.
ADVERTISEMENT
Penggambaran perempuan yang memiliki paras yang cantik akan mudah diterima dalam lingkungan pekerjaan untuk mewakili perusahaan. Memiliki bentuk tidak ideal dianggap menjadi suatu kutukan yang akan menghambat karirnya untuk naik jabatan. Film ini juga menggambarkan bahwa seorang perempuan yang cantik itu harus pintar make-up, langsing, memiliki kulit putih, seperti layaknya para model.
Perempuan ideal di film ini digambarkan sebagai perempuan dengan keterpaksaan untuk mengubah penampilannya demi mendapatkan pengakuan orang sekitar. Hal ini membuat stereotip bahwa perempuan wajib untuk mengubah penampilannya, di mulai dari merawat tubuh dan penampilan fisiknya secara keseluruhan agar mudah diterima di lingkungan pekerjaan.
Dalam film ini digambarkan jika ingin naik jabatannya itu harus menjadi seorang perempuan seperti pada umumnya yang memiliki paras cantik dan mempunyai penampilan yang menarik. Dalam film ini digambarkan bahwa di suatu perusahaan postur tubuh dan kecantikan fisik merupakan perbincangan yang sangat diperhatikan. Seorang perempuan akan dianggap memiliki wibawa bilamana menggunakan pakaian kantor, seperti memakai heels.
ADVERTISEMENT
Makna cantik dalam film ini mampu mematahkan stereotip negatif yang berkembang di masyarakat, film ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki tubuh yang ideal dan paras yang cantik akan selalu miliki kebahagiaan, namun pada kenyataannya cantik itu belum tentu bahagia. Dengan demikian, film ini mencerminkan bagaimana perempuan beranggapan bahwa paras yang cantik itu merupakan hal utama yang wajib dimiliki.
Salah satu percakapan Rara mengatakan bahwa “jadi perempuan memang tidak mudah, ada banyak sekali ekspektasi yang membebani kita. Standar kecantikan yang seringkali tidak masuk akal. cantik itu langsing, cantik itu putih. Padahal perempuan sangatlah beragam”. Dari percakapan tersebut mampu merepresentasikan cerminan hidup seorang perempuan yang rela melakukan hal apa pun demi mendapatkan pengakuan orang sekitar atas kecantikan dengan usaha keras untuk mempercantik diri.
ADVERTISEMENT
Tri Yuni Fatmawati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan