Difteri: Masih Mengancam, namun Terlupakan di Masa Pandemi COVID-19

Tria Rahmawati
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2021 5:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tria Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Vaksinasi Difteri. (Sumber : Shutterstock.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vaksinasi Difteri. (Sumber : Shutterstock.com)
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, difteri masih menjadi bahaya yang mengancam bagi masyarakat Indonesia, terutama anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang terjadi pada tahun 2017. Terdapat 954 kasus yang terjadi di 170 kabupaten/kota dari 30 provinsi, dengan jumlah kematian sebanyak 44 kasus (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
ADVERTISEMENT
Pada evaluasi artikel jurnal yang dilakukan oleh Noer Endah Pracoyo (2020), terbukti bahwa kejadian penyakit difteri berkaitan erat dengan status imunisasi, di mana status imunisasi yang tidak lengkap berpotensi mengakibatkan kejadian difteri. Lalu, bagaimana keadaan vaksinasi difteri di masa Pandemi COVID-19?
Di masa Pandemi COVID-19, Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) begitu gencar pada penanganan pandemi sehingga proses pemberian vaksin penyakit lain kurang terpantau. “Ketika negara-negara berebut untuk mendapatkan vaksin COVID-19, kita mengalami kemunduran dalam imunisasi, membuat anak-anak berisiko terpapar penyakit sangat buruk yang sebenarnya dapat dicegah.” ujar Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Kemudian, baru-baru ini banyak laporan yang menyatakan keterbatasan dalam persediaan vaksin difteri di beberapa kota, seperti di Bangka, Semarang dan Pangkal Pinang.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan dan UNICEF juga melakukan riset pada April 2020 lalu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84% Puskesmas dan Posyandu mengalami kendala dalam pelayanan imunisasi yang disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat terhadap penularan COVID-19 saat melakukan vaksinasi. Jika terus terabaikan, skenario apa yang dapat terjadi?
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit difteri (Acosta et al., 2021). Penyakit ini menyerang saluran pernapasan dan kulit, serta beberapa bagian di selaput lendir non-pernapasan seperti genitalia dan konjungtiva (WHO, 2018). Gejala yang ditimbulkan berupa sakit tenggorokan, demam dan meriang, serta adanya membran berwarna putih yang dapat ditemukan pada tonsil, faring, dan rongga hidung.
Pada skenario terburuk, orang yang mengalami komplikasi difteri pada saluran pernapasan dapat mengalami sumbatan pada jalan pernapasan, kerusakan pada otot jantung, kerusakan saraf, lumpuh, serta gagal ginjal, bahkan berujung kematian (CDC, 2020). Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui cairan yang keluar saat penderita batuk dan bersin, atau menyentuh luka terbuka di kulit penderita (Hartoyo, 2018; CDC, 2020).
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan vaksinasi secara lengkap dengan jadwal pemberian yang disesuaikan dengan usia dinilai efektif untuk pencegahan difteri (Kemenkes, 2017). Vaksinasi sangat penting karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh seseorang, sehingga mengurangi efek penyakit difteri, bahkan mengurangi angka kematian secara drastis.
Terdapat 3 jenis vaksin yang diberikan untuk imunisasi yang terbagi atas imunisasi rutin dan lanjutan, yaitu DPT-HB-Hib, DT, dan TD. Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri Kemenkes (2017), vaksinasi diberikan secara bertahap, dengan waktu pemberian vaksin yang sesuai, yaitu:
ADVERTISEMENT
Pemberian vaksin difteri dinyatakan aman, kebanyakan orang yang telah diberi vaksin difteri tidak memiliki masalah yang serius, hanya beberapa efek samping ringan yang timbul (CDC, 2021). Pada umumnya efek setelah vaksin difteri yaitu tubuh lemas dan ruam merah pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, serta tak jarang menyebabkan gejala demam (Purwati et al., 2018).
Difteri dinilai sebagai penyakit yang sudah jarang terjadi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa bahaya tersebut masih dapat mengancam kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya terus mendorong gerakan vaksinasi difteri serta masyarakat yang turut aktif melakukan vaksinasi sesuai dengan yang dianjurkan oleh pemerintah.
Referensi
Acosta, A.M., Moro, P.L., Hariri, S. and Tiwari, T.S.P., 2021. Diphtheria. In: CDC. pp.97–110.
ADVERTISEMENT
CDC, 2020. Complications of Diphtheria. [online] CDC. Available at: <https://www.cdc.gov/diphtheria/about/complications.html> [Accessed 28 Sep. 2021].
Diphtheria | CDC (no date). Available at: https://www.cdc.gov/diphtheria/index.html (Accessed: 22 September 2021).
Hartoyo, E., 2018. Difteri pada Anak. Sari Pediatri, 19(5), p.300.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri’, Buku pedoman pencegahan dan pengendalian Difteri, pp. 1–34. Available at: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2018/01/buku-pedoman-pencegahan-dan-penanggulangan-difteri.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Pemerintah Optimis KLB Difteri Bisa Teratasi. [online] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at: <https://www.kemkes.go.id/article/view/18011500004/pemerintah-optimis-klb-difteri-bisa-teratasi.html> [Accessed 21 Sep. 2021].
Purwati, A. and Putri, M. N. (2018) ‘Pemanfaatan Imunisasi sebagai Upaya Pencegahan Difteri Utilization of Immunization as a Prevention of Diphtheria’, Jurnal Agromedicine, 5(1), pp. 418–426.
WHO. (2018) ‘Vaccine-preventable diseases Diphteria’, Emerging Infectious Diseases, 4(3), p. 404. doi: 10.3201/eid0403.980314.
ADVERTISEMENT
Pracoyo, N.E., 2020. Faktor Penyebab Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri pada Anak di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, 19(3), pp.184–195.
UNICEF and Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Imunisasi rutin anak selama pandemi COVID-19 di Indonesia | UNICEF Indonesia. [online] UNICEF Indonesia. Available at: <https://www.unicef.org/indonesia/id/laporan/imunisasi-rutin-anak-selama-pandemi-covid-19-di-indonesia> [Accessed 13 Oct. 2021].
Mazrieva, E., 2021. Hampir 800 Ribu Anak Indonesia Belum Diimunisasi DPT. [online] VOA. Available at: <https://www.voaindonesia.com/a/hampir-800-ribu-anak-indonesia-belum-diimunisasi-dpt/5979888.html> [Accessed 13 Oct. 2021].