Konten dari Pengguna

Mari Terbang ke Masa Lalu Menuju Masjid Saka Tunggal

Tria Ratih Alifa
Perempuan yang tinggal di kota satria. Mahasiswa UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto semester 1 jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
4 Januari 2022 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tria Ratih Alifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagian depan Masjid Saka Tunggal. Foto: Tria Ratih Alifa
zoom-in-whitePerbesar
Bagian depan Masjid Saka Tunggal. Foto: Tria Ratih Alifa
ADVERTISEMENT
Masjid Saka Tunggal merupakan sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah. Masjid ini sebenarnya bernama Masjid Baitussalam, tetapi kebanyakan orang lebih sering menyebutnya Masjid Saka Tunggal. Masjid Saka Tunggal ini menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah di Banyumas.
ADVERTISEMENT
Menurut data yang saya baca dari berbagai sumber, Masjid Saka Tunggal didirikan oleh Kyai Mustolih pada tahun 1288. Bangunan Masjid Saka Tunggal masih berdiri dengan kokoh sampai saat ini. Mengapa dijuluki Masjid Saka Tunggal? pastinya banyak pertanyaan seperti itu di benak kalian. Jadi, nama Masjid Saka Tunggal berasal dari bangunan masjid tersebut yang hanya memiliki satu pilar penyangga bangunan masjidnya.
Dalam satu pilar tersebut, terdapat empat sayap yang menempel pada pilar. Empat sayap yaitu empat kiblat lima pancer, menunjuk empat arah mata angin, dan satu pusat arah menunjuk ke atas. Manusia sebagai pancer atau biasa disebut tiang yang dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi. Yang menunjuk ke atas melambangkan bahwa setiap hidup seseorang harus memiliki kiblat atau pedoman, yaitu Allah.
ADVERTISEMENT
Masjid Saka Tunggal juga memiliki tradisi unik di antaranya yaitu, Saat akan atau sesudah menunaikan salat jumat, para warga berzikir dan berselawat dengan nada seperti lantunan kidung jawa. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Arab dan Bahasa Jawa. Tradisi tersebut disebut tradisi ura-ura. Setelah salat berjamaah, lampu akan dimatikan untuk beberapa menit, hal tersebut bertujuan agar lebih khusuk saat berdoa. Keunikan lainnya yaitu, imam masjid tidak menggunakan penutup kepala pada umumnya, imam di Masjid Saka Tunggal menggunakan udeng atau pengikat kepala.
Pada umumnya, muadzin hanya satu orang, tetapi di Masjid Saka Tunggal ada empat muazin.Empat orang muadzin tersebut secara bersamaan mengumandangkan azan dengan lantang. Ke empat muadzin tidak menggunakan pengeras suara ketika azan, mereka mengandalkan suara mereka yang lantang dan juga merdu.
ADVERTISEMENT
Di sekitar Masjid Saka Tunggal mayoritas warganya penganut Islam Aboge, penganut Islam Aboge merupakan umat islam yang menggunakan kalender alif rebo wage. Penganut islam aboge sebenarnya tidak jauh berbeda dari umat muslim pada umumnya, yang membedakan hanya tanggal hari besar umat Islam Aboge berbeda dengan umat muslim yang lain.
Selain keunikan bangunannya, Masjid Saka Tunggal juga dijaga oleh ratusan kera yang menyebar di area masjid. Kera-kera ini sudah ada sejak dahulu dan sampai saat ini belum punah keberadaannya, masih setia menunggu Masjid Saka Tunggal.
kawanan monyet di sekitar Masjid Saka Tunggal. Foto: Tria Ratih Alifa
Menurut beberapa sumber yang saya baca dan juga saya tanya, keberadaan kera di sekitar Masjid Saka Tunggal memiliki cerita di baliknya. Konon katanya, Kera-kera tersebut merupakan beberapa santri yang dikutuk oleh Kyai Mustolih karena kelalain santri tersebut. Diperintah untuk menunaikan salat jumat malah pergi menangkap ikan di sungai. Kyai Mustolih yang geram akan kelakuan santrinya pun mengucapkan sebuah kalimat yang menyebut kelakuan beberapa santri tersebut tidak ada bedanya dengan kera. Tak disangka, ucapan Kyai Mustolih menjadi sebuah kenyataan, kumpulan santri yang sedang menangkap ikan tersebut berubah menjadi kera.
ADVERTISEMENT
Keberadaan kera-kera di sekitar Masjid Saka tunggal menjadi nilai tambah di mata para pengunjung. Pengunjung yang datang dapat memberikan makanan untuk ratusan kera yang berada di sekitar Masjid Saka Tunggal. Ratusan kera tersebut tidak pernah diusir ataupun diperlakukan tidak baik oleh penduduk Desa Cikakak, karena masyarakat Desa Cikakak percaya kera tersebut merupakan salah satu warisan leluhur yang harus dijaga.
Begitu banyak keunikan Masjid Saka Tunggal mulai dari bangunannya yang unik, tradisi yang masih dijaga sampai sekarang, Pemandangan alam sekitar yang indah, dan juga ratusan kera yang menjaga Masjid Saka Tunggal menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata masa lalu.
Menurut saya, wisata Masjid Saka Tunggal ini sangat direkomendasikan untuk teman-teman yang mencari tempat wisata yang murah dan juga beredukasi, cocok untuk penghilang stres. Bagi yang ingin berkunjung juga harus menjaga sikap ketika berkunjung. Tidak boleh usil kepada kera-kera yang berada di sekitar Masjid Saka Tunggal karena itu membahayakan. Kita harus saling menjaga warisan budaya leluhur kita agar tidak punah keberadaannya.
ADVERTISEMENT