Konten dari Pengguna

Kampung Namatota, Desa Wisata Bak Surga di Kaimana yang Harus Dikunjungi!

Tria Nadila Desanti Margono
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
27 September 2023 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tria Nadila Desanti Margono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lampu menyinari tulisan I🤍NAMATOTA di malam hari. Sumber: Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Lampu menyinari tulisan I🤍NAMATOTA di malam hari. Sumber: Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Jika berbicara mengenai Kampung Namatota, maka tidak lepas dari momen ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyambangi kampung tersebut pada Oktober 2021 lalu. Beliau datang untuk melihat langsung kekayaan dan keindahan Kampung Namatota sekaligus menyerahkan plakat 300 Besar Ajang Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 sebagai bentuk apresiasi. Dijuluki sebagai “The Hidden Gem,” Kampung Namatota terletak di Pulau Namatota, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Indonesia, terpisah dari pulau utama Papua dan berbatasan langsung dengan Teluk Triton. Kampung ini berjarak sekitar 45-60 menit dari Pelabuhan Kaimana dengan menggunakan perahu nelayan, atau yang kerap disebut sebagai long boat. Diakui luar biasa oleh Sandiaga Uno, berikut sejumlah alasan Namatota harus diketahui dan dikunjungi oleh wisatawan domestik serta mancanegara!
Gapura 'Selamat Datang' atau 'Obaa Roa' di Kampung Namatota. Sumber: Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Gapura 'Selamat Datang' atau 'Obaa Roa' di Kampung Namatota. Sumber: Dokumen Pribadi.
Memiliki Keunikan Alam dan Sejarah
ADVERTISEMENT
Kondisi alam di Namatota masih sangat alami dan terawat. Dari segi pemandangan, matahari terbit dapat dilihat melalui spot khusus di pantai bagian belakang dan matahari tenggelam dapat dinikmati dari pantai bagian depan. Dengan berjalan di sepanjang jetty (dermaga), terlihat pemandangan laut biru yang luas dengan beragam biota laut khas seperti hiu paus (Rhincodon typus), ikan kakatua (Scarus forsteni), ikan ekor kuning (Caesio teres), ikan sersan mayor (Abudefduf saxatilis), muriya atau belut moray (Gymnothorax javanicus), dan lain-lain. Ketika air laut sedang surut, atau biasa disebut ‘meti’ oleh masyarakat setempat, anak-anak akan berkerumun di pinggir pantai bersemangat mengumpulkan ‘siput lasui’ untuk dikonsumsi atau mungkin mereka hanya akan sekadar mencari hewan laut seperti bintang laut dan kepiting kecil. Tidak hanya kaya akan lautnya, biota darat yang bersifat endemik pun akan mudah ditemui di kampung ini, misalnya kuskus (Spilocuscus maculatus), kakatua raja (Probosciger aterrimus), kakatua putih (Cacatua galerita), anggrek tanah ungu (Spathoglottis plicata), dan anggrek “Kasut Pita” (Paphiopedilum glanduliferum).
Belut Moray (Gymnothorax javanicus), atau yang sering disebut masyarakat setempat dengan 'muriya.' Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Di samping potensi alam tersebut, Kampung Namatota juga memiliki aspek sosial yang tergolong unik. Pertama, mayoritas penduduknya beragama Islam dan berasal dari Suku Koiway, meskipun masih dapat ditemukan beberapa keluarga dengan marga berbeda. Adapun pendatang yang tinggal di kampung tersebut rata-rata berasal dari Bugis, Buton, dan Jawa. Alhasil, Namatota pun menjadi bagian krusial dari budaya toleransi yang selama ini berkembang di Kaimana. Kedua, terdapat dua pihak yang memegang sistem pemerintahan Kampung Namatota, yaitu Kepala Desa atau Bapak Desa yang memegang pemerintahan administratif dan Raja atau Bapak Raja yang memegang pemerintahan adat. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Namatota di Ufiyai, nama asli Kampung Namatota. Kitab Negarakertagama dari Kerajaan Majapahit (1365 M) menyebutkan bahwa Kerajaan Namatota berperan penting dalam perdagangan pala dan kayu masohi di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, peran kerajaan menjadi semakin berjasa ketika Raja Kasim Ombaier mendampingi Soekarno untuk menghadiri pertemuan 16 September 1961 di Washington DC, Amerika Serikat, dalam rangka memperjuangkan Irian Barat kembali ke wilayah Republik Indonesia.
Matahari tenggelam ketika air meti di Pantai Finay. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Disebut ‘Tanah Berkat’
ADVERTISEMENT
Selain dijuluki “The Hidden Gem,” Kampung Namatota juga disebut sebagai “The Gifted Land” atau tanah berkat. Julukan ini diyakini berasal dari cerita orang terdahulu mengenai legenda ikan lompa. Ikan lompa merupakan ikan berukuran kecil yang meskipun terus menerus diambil untuk dijadikan umpan bagi ikan besar tetapi tidak akan pernah habis dan akan terus mendiami tepian pantai kampung. Ikan ini juga diyakini hanya bisa ditemukan di Namatota. Meskipun tidak ada yang mengetahui pasti keabsahan dari legenda tersebut, hal ini mendorong perilaku masyarakat untuk senantiasa menjaga alam di sekitarnya. Tercermin melalui tradisi ‘Sasi’ atau ‘Nggama,’ yaitu larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu dalam periode waktu yang ditentukan dengan tujuan menjaga kelestarian alam.
Para pemuda pergi melaut untuk mencari ikan cakalang ketika musim angin timur. Sumber: Dokumen Pribadi.
Potensi Wisata Papua Barat Selain Raja Ampat
ADVERTISEMENT
Dengan potensi wisata yang hampir serupa dengan Raja Ampat, Kampung Namatota sebagai pintu masuk menuju Teluk Triton dan pulau-pulau kecil di sekitarnya merupakan destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika bepergian ke Papua Barat. Sebelum menyeberang ke Namatota, perjalanan menuju Kaimana dapat ditempuh dengan moda transportasi pesawat ataupun kapal, apabila ingin lebih menghemat biaya perjalanan. Sebagai perbandingan, berikut contoh rincian perjalanan yang dapat dipilih jika menggunakan rute Jakarta-Kaimana.
Rute: Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) - Bandara Utarom (KNG)
Kisaran harga: Rp4.500.000-Rp5.500.000
Waktu tempuh: 12-22 jam
Rute: Tanjung Priok Jakarta - Surabaya - Makassar - Baubau - Ambon - Banda Neira - Tual - Dobo - Kaimana (KM Nggapulu)
Kisaran harga: Rp700.000-Rp800.000
ADVERTISEMENT
Waktu tempuh: 8 hari
Catatan: jadwal keberangkatan tidak tersedia setiap saat
Lalu, apa saja yang bisa dilakukan di Kampung Namatota? Terdapat beberapa kegiatan yang menjadi daya tarik wisata di Namatota. Pertama, wisatawan dapat melakukan aktivitas snorkeling dan diving untuk menikmati pemandangan bawah laut Namatota yang termasuk dalam segitiga terumbu karang dunia. Oleh karena itu, lebih baik berkunjung selama musim angin barat (Oktober-Maret) sehingga gelombong cenderung tenang dan jika beruntung dapat berenang bersama dengan hiu paus. Wisatawan pun tidak perlu khawatir memikirkan fasilitas selam karena masyarakat setempat menawarkan jasa penyewaan alat selam. Kedua, wisatawan dapat melakukan pengamatan, pembelajaran, dan pemberdayaan biota, misalnya melalui birdwatching, transplantasi terumbu karang, dan pemahaman tradisi Nggama. Ketiga, bermalam di resort yang terdapat di pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Namatota. Keempat, mengunjungi spot wisata Teluk Triton, seperti Triton Bay Divers, Tangga Seribu Teluk Triton, dan masih banyak lagi.
Wisata snorkeling di Namatota. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Untuk fasilitas sehari-hari, Kampung Namatota telah memiliki akses internet cepat selama 24 jam, listrik dengan sumber panel surya, air sumur yang bersih, dan penginapan guest house. Namun, wisatawan juga diperbolehkan untuk tinggal di rumah warga apabila ingin lebih mengenal kehidupan masyarakat, meskipun tentunya harus tetap didasari oleh proses perizinan dan kesepakatan bersama. Masyarakat Namatota dikenal sangat ramah terhadap para pendatang. Mereka mengartikan kedatangan orang luar sebagai suatu simbol kebanggaan bahwa kampung mereka mampu menarik perhatian publik. Di sisi lain, mereka pun berkesempatan untuk memperkenalkan dan menjaga tradisi budaya yang telah diwarisi secara turun-temurun. Secara lebih lengkap, informasi mengenai opsi wisata dan pengembangan desa wisata Kampung Namatota dapat dilihat secara lebih jelas melalui media sosial Instagram @visit.namatota.
ADVERTISEMENT