Konten dari Pengguna

Diplomasi Energi Cina melalui Belt and Road Initiative

Trifena Audria
Seorang Mahasiswa aktif Universitas Udayana
25 Oktober 2023 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trifena Audria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Diplomasi merupakan salah satu instrumen penting dalam lingkup hubungan internasional. Istilah diplomasi dalam kajian Studi Hubungan Internasional, dikenal sebagai praktik atau seni yang dilakukan melalui negosiasi, aliansi, perjanjian, dan kesepakatan baik secara bilateral maupun multilateral. Diplomasi sendiri terbentuk akibat adanya kepentingan yang menyangkut bidang tertentu seperti politik, ekonomi, keamanan, budaya, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Saat ini praktik diplomasi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Salah satu perkembangan yang terjadi membawa diplomasi memiliki jenis-jenis diplomasi baru, mulai diplomasi publik, diplomasi, budaya, diplomasi teknologi, diplomasi energi.
Diplomasi energi merupakan salah satu konsep turunan dari diplomasi yang merujuk pada usaha atau rancangan dalam pengambilan kebijakan luar negeri dalam bidang energi. Pada umumnya praktik ini bertujuan untuk menciptakan keamanan energi, mempercepat transisi energi global yang berkelanjutan, adil, ekstensif, dan merata. Selain merujuk pada sektor keamanan, praktik ini merujuk pada tujuan ekonomi dan politik global.
Salah negara yang aktif melakukan praktik diplomasi energi adalah Cina. Negara ini dikenal sebagai salah satu negara terbesar dalam hal penggunaan energi dalam kegiatan industri. Hal ini diakui bahwasanya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Cina berimplikasi terhadap konsumsi energi secara khusus. Adapun bahan sumber daya energi berupa bahan bakar fosil, minyak bumi, dan batu bara. Ketersediaan sumber daya energi yang dimiliki oleh Cina nyatanya tidak bisa memenuhi kebutuhan negaranya sendiri. Hal ini menyebabkan Cina mengimpor sumber daya energi dari negara lain. Salah satu energi yang diimpor adalah batubara, dimana pada tahun 2021 Cina mengimpor sebanyak 60% kebutuhannya dari negara lain. Kondisi ini mendorong pemerintah Cina untuk mencari taktik dalam memastikan tersedianya pasokan energi yang cukup dari negara-negara pengekspor bahan energi. Cina memilih langkah diplomasi energi dengan negara-negara lain khususnya negara penghasil energi seperti Rusia dan negara-negara di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Di samping statusnya sebagai pengguna energi terbesar di dunia, melansir dari laporan European Commission di tahun 2022, Cina merupakan penghasil emisi gas terbesar di dunia dengan sumbangan sebanyak 30,69% dari total emisi gas global . Situasi ini nyatanya berpengaruh pada keamanan lingkungan karena banyaknya emisi gas yang dihasilkan berimplikasi dengan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Menanggapi hal ini, pemerintah Cina mengambil kebijakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut melalui pembatasan penggunaan batu bara dan beralih kepada pengembangan energi terbarukan, serta mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Langkah-langkah tersebut diselaraskan dalam praktik diplomasi energi yang dilakukan Cina.
Dalam masa pemerintahan Presiden China Xi Jinping, tepatnya tahun 2013 dikeluarkannya sebuah kebijakan pengembangan infrastruktur global yang dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI). Kebijakan ini dirumuskan dengan tujuan menghubungkan wilayah China dengan Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Barat Daya, Eropa, Rusia, sebagian Afrika sub-Sahara dan Afrika Utara melalui jaringan infrastruktur dan meningkatkan kerjasama antara negara-negara yang terlibat dalam proyek ini. Terdapat dua komponen dalam pelaksanaan BRI yakni Silk Belt Road Economic yang meningkatkan konektivitas melalui jalur darat, dan komponen kedua yakni the 21st Century Maritime Silk Road yang berfokus pada pembangunan infrastruktur pada jalur lintas laut. Selain bertujuan untuk kepentingan peningkatan ekonomi dan kerjasama, inisiatif ini juga berkaitan dengan praktik diplomasi energi yang dilakukan oleh Cina.
US Global Investor
Adapun upaya diplomasi energi yang dilakukan Cina melalui BRI ini antara lain:
ADVERTISEMENT

Membangun Infrastruktur Energi

pixabay.com
Diketahui dalam pelaksanaan proyek BRI, Cina membangun infrastruktur yang menunjang produksi sumber daya energi seperti pembangkit listrik, pipa minyak dan gas, serta jaringan transmisi. Target dalam pembangunan infrastruktur energi ini ialah guna meningkatkan hubungan antara negara yang termasuk rute BRI serta menjamin ketersediaan sumber energi yang stabil dan terjangkau bagi Cina. Salah satu pembangunan infrastruktur energi yang sudah dilaksanakan adalah pembangunan pipa gas alam China-Central Asia. Fasilitas ini berhasil menghubungkan distribusi gas alam dari negara di kawasan Asia Tengah ke Cina. Selain memberikan manfaat pada terpenuhinya kebutuhan akan gas pemerintah Cina, keberadaan infrastruktur ini telah memberikan perluasan pasar ekspor gas negara-negara Asia Tengah.

Mendorong Pemajuan Energi Terbarukan

pixabay.com
Dalam usaha mendorong pengembangan dan pemajuan energi terbarukan Cina memberikan investasi dana dan distribusi teknologi kepada negara-negara yang menjadi rute BRI guna menekan penggunaan bahan bakar fosil yang menjadi salah satu penyebab emisi gas atau pemanasan global. Pada langkah ini, diketahui Cina telah membangun pembangkit listrik tenaga surya di Pakistan dan Kazakhstan. Hal ini menjadi bukti nyata adanya usaha Cina dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan sebagai usaha dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT

Menjalin Kerjasama Energi

en.trend.az
Negara-negara penghasil sumber daya energi seperti Rusia, Uzbekistan dan Kazakhstan yang juga menjadi negara yang dilalui rute BRI menjadi mitra kerjasama dengan Cina, hal ini dibuktikan dengan dibentuknya Road Energy Partnership pada tahun 2017. Program ini bertujuan meningkatkan pengembangan infrastruktur, efisiensi dan pembaharuan energi terbarukan oleh Cina dan negara-negara mitra. Program ini beragendakan forum dan konferensi aktif yang mempromosikan kerjasama yang juga melibatkan negara di luar mitra BRI seperti Amerika Latin. Selain pengembangan sektor energi terbarukan, forum ini juga mendukung pembangunan dan kerjasama energi surya dan angin.
Upaya-upaya di atas merupakan bagian dari praktik diplomasi energi yang dilakukan Cina dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan negara dalam energi sekaligus sebagai upaya dalam penanganan permasalahan produksi emisi gas dalam diplomasi energi melalui BRI.
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Referensi
Bremc.obor.nea.gov.cn. (2023). The Third Belt and Road Energy Partnership Forum. Nea.gov.cn. https://bremc.obor.nea.gov.cn/index?lang=en_
USHKTDC Research. (2020). Belt and Road Renewable Energy Development: the Path to Cooperation and Mechanisms for Promoting International Cooperation. Research.hktdc.com. https://research.hktdc.com/en/article/MzYyOTU2OTIx
Rudiany, N. P. (2020). Pentingnya Diplomasi Energi dalam Upaya Mencapai Ketahanan Energi Nasional. JSTOR. https://www.jstor.org/stable/resrep25407.4?seq=3&x=75.4166666666664&y=8.43769498715119e-14&w=615.8854166666666&h=537.5&index=3
Shafira, E. I. (2020). DIPLOMASI ENERGI CHINA DI KAWASAN TIMUR TENGAH PADA TAHUN 2013-2019. Repository.unsri.ac.id.
Shahna, Y., & Isnarti, R. (2022). Diplomasi Energi Tiongkok Terhadap Venezuela. Papua Journal of Diplomacy and International Relations, 2(2), 184–199. https://doi.org/10.31957/pjdir.v2i2.1982
The World Bank. (2010). Kawasan Asia Timur Mampu Melakukan Transformasi Energi – Dengan Biaya Tertentu, Menurut Laporan Bank Dunia. World Bank. https://www.worldbank.org/in/news/press-release/2010/04/18/kawasan-asia-timur-mampu-melakukan-transformasi-energi-dengan-biaya-tertentu-menurut-laporan-bank-dunia-siaran-pers