Konten dari Pengguna

Sinergisme Perempuan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Trifena Audria
Seorang Mahasiswa aktif Universitas Udayana
10 Desember 2022 17:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trifena Audria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Women Working. Sumber : Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Women Working. Sumber : Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah agenda yang banyak dijalankan oleh hampir semua negara yang ada di dunia. Secara sederhana, pembangunan berkelanjutan merupakan strategi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat pada masa kini maupun pada masa mendatang. Pembangunan berkelanjutan juga dapat dipahami sebagai pendekatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan sumber daya bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Ide mengenai pembangunan berkelanjutan sejatinya lahir dari konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam agenda Millennium Development Goals (MDGs). Dalam agenda tersebut terkandung misi mengatasi kemiskinan, kesehatan, dan keadilan bagi masyarakat. Seiring perkembangannya, ide terkait pembangunan berkelanjutan ini mengalami revolusi dan perubahan yang kemudian agenda tersebut berubah menjadi Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pengesahan agenda ini dilakukan pada tahun 2015 oleh 193 kepala negara di Markas Besar PBB. Berbeda dengan MDGs, agenda SDGs dirancang untuk melibatkan seluruh aktor selain pemerintah, seperti sektor, swasta, akademisi, civil society organization (CSO) dan lain sebagainya.
Penerapan pembangunan berkelanjutan tentu memberikan manfaat kesinambungan dalam pencapaian pembangunan. Hal ini kemudian tidak hanya menjamin ketersediaan sumber daya saja, namun berpengaruh pada terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik dan pemenuhan harkat dan manfaat setiap individu dalam masyarakat. Prioritas negara-negara di dunia dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) mencakup 5 (lima) fokus utama yaitu Water (air dan sanitasi lingkungan), Energy (energi), Health (kesehatan), Agricultural (pertanian dan pangan), Biodiversity (keanekaragaman hayati). Agenda ini memaparkan 17 tujuan utama yang hendak dicapai dimulai dari menghapuskan kemiskinan hingga Kemitraan untuk mencapai tujuan (partnership for the goals).
ADVERTISEMENT
Dalam penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terdapat tiga pilar utama yang menjadi landasannya, yakni pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar lingkungan (ekologis). Hal ini bertujuan agar seluruh kegiatan pembangunan harus layak secara ekonomi, dapat diterima secara sosial serta tidak mengganggu atau merusak lingkungan sekitar.
Masyarakat menjadi target sekaligus aktor dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sejatinya, baik kaum laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama, termasuk dalam konteks agenda pembangunan berkelanjutan. Namun sering kali peran perempuan sering diabaikan dan dianggap kurang berdampak pada proses pembangunan.
Sebelum diselenggarakannya Konferensi Perempuan Sedunia pada tahun 1995 di Beijing oleh PBB, isu-isu perempuan berfokus pada aksesibilitas perempuan dalam manfaat pembangunan, sehingga keterlibatan sebagai pelaku pembangunan kurang diperhitungkan. Kondisi ini berdampak pada kebijakan di banyak negara pelaku pembangunan berkelanjutan yang cenderung meminggirkan posisi perempuan. Tak jarang kondisi ini menjurus kepada fenomena ketidaksetaraan gender yang menjadi hambatan dari tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Di samping itu, jika kita melihat dari populasi antar dua gender, perempuan menduduki jumlah populasi tertinggi dibandingkan laki-laki di banyak negara-negara seperti Ukraina, Portugal, Nepal, bahkan Rusia. Tak dapat disangkal bahwa keberadaan perempuan menjadi aspek penting dalam agenda pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, pemahaman terkait keberadaan perempuan dalam pembangunan memicu gerakan dari para kaum feminisme untuk memperjuangkan potensi-potensi yang dimiliki perempuan. Potensi yang dimiliki perempuan dalam konteks pembangunan berkelanjutan dapat dianalisis dalam peran pemeliharaan, pelestarian, serta pencegahan pencemaran lingkungan. Dalam Tujuan MDGs 2015, perempuan diikutsertakan dalam pengelolaan lingkungan.
Pemberdayaan perempuan dalam proses Tujuan Pembangunan Berkelanjutan bertujuan memampukan perempuan dalam mengakses, berpartisipasi, mengontrol dan memanfaatkan pembangunan berkelanjutan. Diharapkan kaum perempuan mengalami peningkatan kualitas hidup yang berimplikasi dengan capaian agenda pembangunan.
Terdapat prioritas pemberdayaan perempuan yang diharapkan mampu memecahkan masalah pembangunan yang antara lain:
ADVERTISEMENT
Apabila permasalahan ini dapat diperbaiki, tentu hal ini menghantarkan masyarakat pada pencapaian prioritas utama lainnya yang terdapat dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga pilar yang menjadi landasan dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Melalui ketiga pilar ini kita dapat mengidentifikasi peranan yang dimiliki perempuan.
Sosial
Pada pilar sosial perempuan identik dengan peranannya sebagai istri, ibu dan aktor yang membina kesejahteraan dalam unit masyarakat terkecil yakni keluarga. Berkaitan dengan hal ini perempuan berkontribusi dalam pembekalan kualitas keluarga seperti mendidik, membina dan melatih anak, generasi muda dan anggota masyarakat di dalam dan di luar keluarga agar mereka sungguh-sungguh menghayati, mengetahui dan melaksanakan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tentu dalam mencapai hal ini kualitas dari perempuan itu sendiri perlu untuk diperhatikan, seperti berada dalam kondisi sehat fisik dan mental, terampil, hidup disiplin, tekun, ulet, sabar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya. Faktor-faktor tersebut menunjang kualitas dari perempuan itu sendiri yang kemudian berguna bagi terwujudnya ketahanan nasional yang dimulai dari kehidupan keluarga. Kualitas perempuan ini juga bertujuan sebagai tindakan preventif dari kemunculan penyakit sosial dan masalah masyarakat (Yusuf, 2000).
Ekonomi
Selanjutnya, pada pilar ekonomi, peran perempuan dapat dianalisis dari kehidupan rumah tangga, di mana perempuan umumnya berperan sebagai manajer keuangan keluarga. Tidak sedikit pula, perempuan berperan sebagai pencari nafkah utama maupun tambahan bagi keluarganya. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan adanya peranan yang dimiliki perempuan dalam aktivitas ekonomi dalam masyarakat. Terdapat fakta menarik dari hasil riset UNDP (United Nations Development Programme) di Indonesia yang menunjukkan adanya ketahanan dari UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang didirikan perempuan pada saat pandemi berlangsung. Hal ini berdampak pada upaya penguatan ekonomi yang dialami Indonesia saat itu. Ini menunjukkan adanya pengaruh besar perempuan dalam pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Alam atau Ekologis
Dalam pilar ekologis dalam pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak hal yang memperlihatkan keterkaitan antara perempuan dan alam, salah satunya adalah air. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang dilindungi dalam pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, perempuan menjadi kaum yang sering menggunakan air dalam melaksanakan aktivitas domestik dan kebutuhan hidup seperti memasak, memelihara kebersihan tubuh, serta kegiatan lainnya. Kebutuhan perempuan terhadap air tentunya menjadi pertimbangan di mana perlunya partisipasi perempuan dalam pengelolaan air yang bijak. Adanya edukasi terkait pengelolaan dan penggunaan air yang benar pada kaum perempuan dapat membantu pemerintah dalam perlindungan ketersediaan air bersih yang menjadi agenda dalam pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Selain itu dalam pilar ekologis perempuan berperan dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan pelestarian lingkungan melalui pendekatan praktis dan konkret. Salah satu contoh populer yang menunjukkan perempuan sebagai penggerak masyarakat dalam pelestarian lingkungan adalah gerakan memeluk pohon atau Cipkho Movement di India. Gerakan ini bertujuan menentang penebangan hutan, yang mana keberadaan hutan menjadi tempat mereka menggantungkan hidup. Kegiatan ini menjadi salah satu upaya yang berhasil menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi agenda utama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kaum perempuan memiliki peranan yang signifikan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi agenda utama dari hampir seluruh negara-negara di dunia. Penting bagi kita untuk memahami peranan yang dimiliki kaum perempuan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi diskriminasi gender yang menghambat pencapaian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
ADVERTISEMENT
Referensi:
M.F. Mukthi. (2010, November 10). Gerakan Memeluk Pohon. Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama Di Indonesia. https://historia.id/ekonomi/articles/gerakan-memeluk-pohon-PKgpP/page/2Media, K. C. (2022, January 6).
[Fakta Bicara] Benarkah Perempuan Lebih Banyak Dibandingkan Laki-laki? Halaman all. KOMPAS.com. https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/06/160833382/fakta-bicara-benarkah-perempuan-lebih-banyak-dibandingkan-laki-laki?page=all
Sapta Dewi, Y. (2011). Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan Woman in Sustinable Development.