Perusahaan Asuransi Jiwa Membutuhkan Agen Asuransi di Era Digital

Trimo Pamudji Al Djono
Konsultan di lembaga pembangunan international dan dosen
Konten dari Pengguna
5 Maret 2021 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trimo Pamudji Al Djono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam asuransi jiwa, interaksi satu lawan satu masih menjadi bagian integral dari proses penjualan bahkan untuk jaminan berjangka dan rencana pengembalian terjamin. Sektor asuransi harus siap untuk transformasi digital dalam pemasaran, penjaminan emisi atau proses identifikasi dan seleksi resiko, dan pemrosesan klaim. Semakin banyak kebijakan yang dijual secara online. Layanan tersedia dalam mode layanan mandiri di portal pelanggan. Pembayaran premi perpanjangan juga dilakukan melalui media digital dalam jumlah yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Ini bukan hanya karena situasi pandemi yang memaksa orang untuk memilih saluran digital. Ini terutama karena saluran digital menjaga biaya operasional perusahaan asuransi menjadi rendah dan pengalaman pelanggan tinggi. Bagaimanapun, itu menjadi lebih penting dari sekedar "perlindungan asuransi". Dalam kondisi seperti itu, pertanyaannya adalah seperti apa peran agen asuransi di era digital ini?
Agen Asuransi PT Bhinneka Life (Sumber foto: Kontan)
Akuisisi pelanggan
Agen asuransi masih dapat memainkan peran yang sangat penting baik di bidang akuisisi pelanggan dan retensi pelanggan. Asuransi pada umumnya dan asuransi jiwa, pada khususnya, tidak dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang Indonesia bahkan sampai sekarang.
Pemasaran digital, insuretech, dan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu meningkatkan penetrasi asuransi. Dalam asuransi jiwa, interaksi empat mata masih menjadi bagian integral dari proses penjualan di Indonesia bahkan dalam produk yang paling sederhana seperti jaminan berjangka dan rencana pengembalian yang aman dan terjamin.
ADVERTISEMENT
Agen asuransi dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan penetrasi asuransi perusahaan bahkan negara dengan meningkatkan tingkat persistensi. Faktanya, rasio persistensi 61 bulan untuk hampir semua perusahaan asuransi masih jauh di bawah 50% sedangkan tolok ukur global di 65% (Sumber: Financial Express). Ini adalah catatan yang menyedihkan tentang keadaan industri ini.
Analisis Retensi (Retention Analytics) yang diaktifkan melalui Artificial Intellegence (AI) dan Machine Learning (ML) dapat membantu perusahaan asuransi mendapatkan banyak sinyal peringatan sebelum kebijakan benar-benar kedaluwarsa atau menyerah.
Kebanyakan agen memiliki kebiasaan menjaga kontak hanya dengan pelanggan yang mereka anggap "berharga". Faktanya adalah semua pelanggan berharga dan nilainya meningkat seiring dengan bertambahnya usia pelanggan, karena kebutuhan asuransi jiwa terwujud dengan baik hanya ketika seseorang jelas tentang tanggung jawab keuangan yang harus dipikulnya dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Agen harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan lokal. Banyak kebijakan yang jatuh karena agen mereka diberhentikan atau bahkan keluar dari industri. Beberapa pelanggan memiliki masalah yang belum terselesaikan dengan agen mereka.
Kepuasan pelanggan
Perusahaan asuransi harus memberikan prioritas utama dalam merawat dan menjaga pelanggan, setidaknya dalam waktu dekat. Perusahaan asuransi harus mencurahkan sebanyak mungkin waktu untuk mempertahankan pelanggan seperti yang mereka curahkan untuk mendapatkan pelanggan.
Persistensi yang lebih baik berarti rasio solvabilitas yang lebih baik dan ketersediaan uang investasi yang jauh lebih tinggi untuk investasi. Itu bisa memberikan keuntungan yang lebih baik bagi pelanggan. Meskipun asuransi jiwa bukanlah kendaraan yang tepat untuk menghasilkan keuntungan dari "investasi", di negara kita, orang akan terus mencari pengembalian untuk waktu yang lebih lama. Keterlibatan yang lebih baik diperlukan untuk menyampaikan pesan asuransi jiwa.
ADVERTISEMENT
Itu tidak bisa terjadi hanya melalui saluran digital. Agen asuransi dapat memainkan peran penting dalam memposisikan asuransi jiwa dengan baik di pasar keuangan. Untuk itu, merek dagang agen baru mungkin harus dikembangkan. Para agen diharapkan meninjau kebutuhan asuransi jiwa dari waktu ke waktu atas dasar perubahan profil nasabah.
Teknologi berbasis AI dapat mengidentifikasi orang-orang yang dapat menjadi perwakilan sebenarnya dari perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi harus mengambilnya dari pasar dan menjaganya dengan baik. Para muda-mudi bisa menjadi agen asuransi masa depan. Mereka generasi baru mungkin akan memiliki banyak karier sekaligus. Beberapa dari mereka pasti menemukan semangat dalam menjual asuransi. Agen-agen ini akan lebih ahli dalam mendapatkan pelanggan, mempertahankan mereka, dan memenuhi berbagai kebutuhan asuransinya selama seluruh siklus polis.
ADVERTISEMENT
Oleh: Trimo Pamudji Al Djono (Komite Independen Manajemen Risiko dan Audit PT. Bhinneka Life Indonesia)